close

Satu Hal yang Membuat Alim vs Satu Hal yang Membuat Bodoh

Di zaman terbaru, terkadang dgn gampang sosok tertentu digelari sebagai alim (jamak: ulama). Apalagi kalau disokong media. Dengan mudah seseorang akan diorbitkan.

Misalnya pada bulan lalu. Seorang aktifis pembela LGBT yg tertangkap kamera menjadi akseptor demo tiba-datang tampil di suatu stasiun televisi dgn dandanan ustadz. Parahnya lagi, dgn jelas-terangan mengaku gay.

Masruq rahimahullah pernah mengatakan satu hal yg membuat seseorang menjadi alim & satu hal yg menjadi tanda bahwa orang itu jahil (ndeso).

كَفَى بِالْمَرْءِ عِلْمًا أَنْ يَخْشَ اللَّهَ وَ كَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلًا أَنْ يُعْجِبَ بِعَمَلِهِ

“Cukuplah seseorang itu dibilang alim kalau ia takut pada Allah & cukuplah seseorang itu dikatakan ndeso jikalau ia ujub dgn amalnya sendiri”

Inilah saran agung yg dituturkan oleh Masruq, seorang ulama tabi’in yg acap kali shalat sunnahnya menciptakan kakinya nanah sampai sang istri menangis melihatnya. Dialah ulama tabi’in yg sering puasa sunnah sampai pernah pingsan karena tetap berpuasa di animo kemarau yg sungguh panas. Dialah ulama yg tatkala menunaikan haji tak pernah tidur kecuali dlm kondisi sujud.

Dialah ulama yg pernah mendapat kado 30.000 dinar dr seorang pembesar Bashrah. Saat itu, bahu-membahu ia sungguh memerlukan duit alasannya berada dlm kondisi kelemahan. Namun ia tak mendapatkannya sembari menyampaikan “ini adalah rezeki dr arah yg disangka-sangka.” Masruq menolak bantuan penguasa itu. Tatkala ulama’ lain mengetahuinya, hal itu membuat mereka semakin tahu kemuliaan Masruq.

Nasehat Masruq merupakan petuah berguna bagi setiap muslim. Bahwa seorang alim, syarat utamanya ialah takut pada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yg takut terhadap-Nya hanyalah para ulama” (QS. Fathir: 28)

Indikator utama inilah yg membedakan antara ulama sesungguhnya atau ulama sekedar status saja. Imam Al Ghazali menggunakan istilah ulama su’. Ulama yg jelek. Yakni mereka yg tak memiliki rasa takut pada Allah. Mungkin pengetahuannya banyak, mungkin wawasannya luas, tetapi kalau ia tak takut pada Allah, ia bukanlah seorang ulama. Kalaupun mesti disebut ulama, ia yakni ulama su’.

Bagian kedua dr anjuran Masruq yaitu kebalikannya. Satu hal yg mengakibatkan seseorang jahil (ndeso). Yakni tatkala seseorang ujub dgn amalnya. Ia merasa amalnya banyak. Ia merasa amalnya paling baik. Lalu ia merasa takjub dgn dirinya sendiri, menganggap dirinya paling baik, menganggap dirinya pantas masuk nirwana.

Ini mengingatkan kita pada sabda Rasulullah wacana satu insiden di alam baka nanti. Ada seorang yg dimasukkan Allah ke dlm nirwana dgn rahmatNya, namun ia menilai berhak masuk nirwana dgn amalnya. Lalu ditimbanglah seluruh amalnya tersebut dgn dibandingkan lezat penglihatan. Rupanya, seluruh amal hebat ibadah itu tak cukup untuk “membayar” nikmat pandangan saja. Apalagi kalau dibandingkan dgn keseluruhan nikmat yg kita terima. Apalagi bila kita bukan jago ibadah sepertinya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]