Salim A. Fillah; Menikah Bukan untuk Bahagia

Sosok muda & enerjik asal Kota Gudeg ini tidaklah aneh bagi kaum Muslimin negeri ini. Pria bertubuhgagah & shalih yg murah senyum ini ialah satu di antara sekian banyaknya permata yg menerangi negeri ini lantaran ilmu & cara dakwahnya yg santun.

Dibesarkan dr ayah & ibu yg merupakan perpaduan antara Nahdhatul ‘Ulama’ & Muhammadiyah, dai muda yg menuntaskan pendidikan strata satunya di Universitas Gajah Mada ini merupakan sosok yg memulai tebar dakwahnya di bidang goresan pena.

Karya pertamanya yg beredar sekitar tahun 2004, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, merupakan salah satu buku yg hingga kini masih terus dicetak ulang. Sedangkan karya terakhirnya yg ditulis sendiri-Lapis-Lapis Keberkahan-langsung cetak ulang dlm hitungan hari.

Dalam banyak kajiannya, ustadz yg berjulukan orisinil Nursalim ini banyak mendatangkan goresan pena-goresan pena yg segar, inspiratif, & menggerakkan pembacanya terkait tema akad nikah, amal, & sejarah Islam. Selain santun & kronologis hingga mudah dirasakan, opsi diksi dai yg sudah berkeliling nusantara & mancanegara ini terbilang langka sehingga menjadi daya gugah bagi pembaca maupun penyimak kajiannya.

Khusus dlm soal ijab kabul, banyak kaum Muslimin yg merujuk pada buku-buku & ceramah yg dia tulis. Berikut di antara cuplikan ceramahnya soal tema yg senantiasa seru untuk dibincangkan ini.

Unik, dlm cuplikan ceramah berdurasi pendek yg diedit oleh Saling Sapa ini, ustadz yg lebih diketahui dgn nama Salim A. Fillah ini berkata,  “Kita menikah bukan untuk berbahagia.”

Lalu, buat apa menikah?

Kita menikah bukan untuk berbahagia. Kita menikah untuk beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernikahan itu menjadi kepingan dr misi ibadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, di dlm ijab kabul itu, semoga kita bisa melakukan visi ibadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu, yg kita cari adalah keberkahannya.

Karena, berkah itu ziyaadatul khairi fii kulli hal, bertambahnya kebaikan di segala kondisi; semakin mesra pada Allah Subhanahu wa Ta’ala di semua peristiwa; semakin bersahabat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala di banyak sekali cobaan hidup-lapang ataupun sempitnya, sulit ataupun senangnya, kehilangan ataupun mendapatkannya. Semua keadaan itu dlm rangka ibadah. Maka kita mengharapkan ada barakah.

Di mana letak kebahagiaan? Bahagia hanya makmum bagi keduanya. Kebahagiaan hanyalah makmum di dlm kehidupan ijab kabul kita. Hanyalah makmum bagi ibadah & berkah yg kemudian kita tegakkan.

Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga ia & seluruh dai di muka bumi ini. Semoga Allah Ta’ala kurniakan keberkahan pada ia, ilmunya, keluarganya, bukunya, ceramahnya, & seluruh hidupnya. Semoga Allah Ta’ala menyebabkan ia jalan keberkahan bagi sebanyak-banyaknya kaum Muslimin & sesama insan. Aamiin. [Pirman/wargamasyarakat]

  Wahai Para Lajang, Inilah Keutamaan Menikah (Bagian 3)