close

Saatnya Mengoreksi Ungkapan, “Apalah Arti Sebuah Nama”

Di tengah-tengah penduduk , kita sering mendengar ungkapan, “Apalah arti suatu nama” yg memperlihatkan bahwa nama itu tak terlalu penting bagi seseorang. Padahal, dlm agama Islam, nama itu sungguh terkait dgn kepribadian pemilik nama.

Hal ini pernah disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam menyebutkan beberapa kabilah Arab,

أَسْلَمُ سَالَمَهَا اللهُ، وَغِفَارُ غَفَرَ اللهُ لَهَا، وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللهَ وَرَسُولَهُ

Aslam gampang-mudahan Allah mendamaikan hidupnya, ghifar gampang-mudahan Allah mengampuninya & ushaiyyah sudah durhaka kepada Allah & rasul-Nya. (HR. Al-Bukhari & Muslim).

Demikian pula dgn sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sewaktu menyaksikan Sahl bin Amr tiba pada hari perjanjian Hudaibiyah, ia memujinya,

سَهُلَ أَمْرَكُمْ

“Semoga urusan kalian menjadi mudah (Sahl). (HR. Al-Bukhari)

Terkadang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil makna dr mimpinya atau pun makna dr sesuatu yg dia alam tatkala tersadar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berimajinasi bahwa beliau & para shahabat lainnya berada di perkampungan Uqbah bin Rafi.

Lalu mereka menghidangkan pada dia ruthab (kurma yg ranum & segar) yg berasal dr Ruthab kepunyaan ibnu Thab.

Kemudian dia menyiarkan takwil mimpi tersebut bahwa mereka akan mendapat derajat yg tinggi di dunia & ganjaran yg baik di alam baka kelak. Sedang agama yg telah dipilihkan Allah untuk mereka sudah arthab wa thab (ranum & matang). Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.

Silakan anda amati bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakan dirinya dgn dua nama yg sesuai dgn makna, berasal dr pecahan kata dasar yg sama, yakni Muhammad & Ahmad.

  Inilah 10 Tips untuk Hidup Penuh Cinta

Kata ‘Muhammad’ mengandung sifat yg terpuji, sedangkan ‘Ahmad’ mengandung sifat yg lebih mulia & lebih utama dibandingkan sifat manusia lainnya. Dengan demikian kaitan antara nama & orangnya seperti kaitan antara ruh & jasad.

Contoh lain yaitu kun-yah (julukan) Abu Jahal (bapak kolot) yg diberikan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Abul Hakam bin Hisyam. Sebuah kun-yah yg sesuai dgn penduduknya & ia yakni makhluk yg paling berhak mendapatkan kun-yah ini.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Bersambung ke Saatnya Mengoreksi Ungkapan, “Apalah Arti Sebuah Nama” (Bagian 2)