Ringkasan Cerita Asal Mula Telaga Warna dan Unsur Intrinsiknya

Di Indonesia ada dua telaga warna yg menjadi salah satu kawasan wisata terkenal. Yakni telaga warna puncak Bogor Jawa Barat & telaga warna Dieng Wonosobo Jawa Tengah.

Artikel ini akan menceritakan legenda telaga warna puncak Bogor Jawa Barat.

Asal mula telaga warna merupakan pola kisah fiksi yg cukup melegenda di kelompok penduduk Jawa Barat.

Dalam cerita ini banyak pesan moral yg dapat kita ambil hikmahnya.

Bagaimana asal muasal telaga warna di Jawa Barat? Berikut kisahnya.

Daftar Isi

Keinginan Raja & Ratu untuk Memiliki Anak

Pada zaman dulu, di Provinsi Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yg hening & sejahtera.

Rakyatnya sejahtera & sejahtera alasannya di pimpin seorang raja & ratu yg bijaksana. Kerajaan tersebut berjulukan Kerajaan Kutatanggeuhan.

Nama Raja Kutatanggeuhan yakni Prabu Suwartalaya. Nama ratu kerajaan tersebut yakni Ratu Purbamanah.

Namun, kesenangan rakyatnya tak sama dgn Raja & Ratu. Hingga ketika ini, Raja & Ratu belum memiliki anak.

Hal inilah yg menjadikan keduanya tak senang, walaupun memimpin kerajaan yg makmur & sejahtera.

Sering kali Raja melihat Ratu menangis sebab mendambakan seorang anak. Tentu saja keadaan ini menciptakan Raja murung.

Sebenarnya Prabu Suwartalaya & Ratu Purbamanah sudah melaksanakan aneka macam upaya agar mempunyai anak.

Salah satunya dgn menghadirkan banyak dukun untuk membacakan mantra supaya Ratu hamil.

Dan pula mereka berdua sering meminum bermacam-macam ramuan biar dapat mempunyai keturunan.

Namun, upaya yg dijalankan tak membuahkan hasil sehingga keduanya sering di landa kesedihan yg mendalam.

Karena sudah lama belum mempunyai keturunan, suatu hari penasehat Kerajaan menyarankan mereka untuk mengangkat anak.

Anak yatim piatu cukup banyak di Kerajaan Kutatanggeuhan. Anak yatim piatu itu berasal dr perwira & tentara Kerajaan yg gugur di medan perang.

Raja & Ratu di sarankan untuk mengangkat anak yatim piatu tersebut.

Namun, keduanya tak sepakat. Dengan pertimbangan bahwa mereka masih mau berupaya untuk mempunyai anak kandung.

Dan mempunyai anak kandung pastinya akan berlainan rasanya dgn anak angkat.

Raja & Ratu Bertapa Agar Memiliki Anak

Hingga suatu hari Raja & Ratu menetapkan untuk bertapa di hutan selama beberapa minggu.

Prabu Suwartalaya & Ratu Purbamanah pamit utuk meninggalkan kerajaan dlm beberapa minggu.

Sang Prabu meminta orang kepercayaannya untuk mempertahankan & memerintah kerajaan selama Raja & Ratu bertapa.

Selama bertapa, Prabu Suwartalaya & Ratu Purbamanah konsentrasi untuk meminta keturunan.

Hingga pada suatu hari ada bunyi tanpa wujud seolah sedang menjawab apa yg mereka harapkan.

Suara tanpa wujud itu kemudian menanyakan maksud & maksudnya bertapa pada sepasang suami istri.

Pasangan suami istri kemudian menjawab bahwa mereka ingin memiliki keturuan.

Selanjutnya, bunyi itu menyuruh Prabu Suwartalaya & Ratu Purbamanah untuk kembali ke Kerajaan Kutatanggeuhan.

Kemudian selang beberapa ahad sesudah keduanya bertapa di hutan, Ratu Purbamanah mulai menunjukkan tanda kehamilan.

Setelah di cek, ternyata Ratu benar hamil. Berita baik ini pribadi menyebar ke seluruh wilayah Kerajaan Kuta Tanggeuhan.

Rakyat bersuka cita menyambut kabar baik ihwal kehamilan Ratu. Dan para rakyat membanjiri istana dgn kado sebagai istilah rasa bahagia.

Kelahiran Putri Raja

Setelah kurang lebih sembilan bulan Ratu mengandung, lahirlah seorang bayi perempuan yg sangat elok.

Putri raja Kerajaan Kutatanggeuhan diberi nama Putri Gilang Rukmini.

Rakyat kerajaan Kutatanggeuhan kembali mengirimi kado ke istana sebagai perumpamaan senang atas lahirnya anak raja.

Putri kecil raja tumbuh menjadi anak yg bagus & lucu di usianya yg masih kecil.

Dan menjadi putri yg sangat cantik di usianya yg masih remaja.

Raja & Ratu sungguh menyayangi anak satu-satunya itu. Mereka menunjukkan apapun yg putrinya inginkan.

Namun, sebab terlalu menuruti apapun yg di kehendaki anaknya. Putri Gilang Rukmini berkembang menjadi gadis yg manja.

Meskipun Putri Gilang Rukmini menjadi putri paling elok di Kerajaan. Namun ia memiliki sifat yg tak sopan.

Ketika keinginannya tak tercukupi, Gilang Rukmini akan murka bahkan mengeluarkan kata-kata yg agresif.

Namun Raja & Ratu tetap menyayanginya & selalu memperlakukan Gilang Rukmini dgn baik.

Baca Juga : √ Ringkasan Cerita Rakyat Telaga Bidadari & Unsur Intrinsiknya

Hadiah untuk Sang Putri

Suatu hari tatkala Putri Gilang Rukmini berusia tujuh belas tahun, Kerajaan Kutatanggeuhan mengadakan pesta besar-besaran.

Rakyatpun berlomba-lomba mengantarhadiah yg bagus mirip emas & permata untuk sang putri.

Prabu Suwartalaya mengumpulkan kado emas & permata tersebut untuk di jadikan kalung yg cantik.

Prabu Suwartalaya kemudian membawanya ke hebat pemanis.

“Tolong ubah perhiasan ini menjadi kalung yg anggun untuk putriku tersayang”. Kata sang raja.

“Dengan senang hati Yang Mulia Raja, hamba akan membuat kalung yg indah & satu-satunya di dunia”. Jawab sang empu.

Sang empu kemudian membuat kalung yg indah dgn sepenuh hati sesuai permintaan raja.

Ketika hari peringatan tiba, hadiah perhiasan dr rakyat yg di kumpulkan raja sukses di ubah menjadi kalung yg manis oleh sang empu.

Keindahan kalung tersebut menciptakan Raja & Ratu takjub, sehingga keduanya percaya bahwa sang putri akan menyukainya.

Seluruh rakyat pergi ke istana untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini dgn penuh suka cita.

Ketika Raja & Ratu tiba di halaman istana, rakyat menyambut dgn sarat suka cita.

Sambutan meriah semakin terdengar tatkala sang putri timbul di hadapan siapa pun. Seluruh rakyat mengagumi keelokan sang putri.

Asal Mula Telaga Warna

Di depan rakyat yg di pimpin & di saksikan sang ratu, Prabu Suwartalaya memberikan kalung indah pada Putrinya yakni Gilang Rukmini.

“Putriku, kalung indah ini ialah kado untukmu. Pemberian rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yg sangat mencintaimu.

Hadiah ini mereka persembahkan hanya untukmu sebagai perumpamaan syukur melihatmu tumbuh remaja. Pakailah kalung ini putriku!”. Kata Prabu.

Namun hal yg tak terduga terjadi. Sang putri tidak ingin menerima kado ulang tahun itu.

Putri Gilang melempar kalung itu di depan orang tua & rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yg mencintainya.

Kalung yg indahpun menjadi rusak. Emas permatanya tersebar dimana-mana.

“Aku tidak mau memakai kalung ini! Kalung ini sungguh jelek!”. Sahut sang putri.

Semua orang yg menyaksikan insiden ini sangat terkejut & tak menyangka dgn perlakuan sang putri.

Seketika situasi menjadi hening, siapa saja cuma bisa diam. Tiba-tiba terdengar bunyi tangis Ratu Purbamanah yg cukup keras.

Dia tak menyangka dgn sikap kurang sopan putrinya. Kemudian meledaklah tangis seluruh rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan.

Semua rakyat meneteskan air mata & terus menangis. Sampai pada alhasil air mata mulai membanjiri istana.

Perlahan mata air timbul di halaman istana & lama- lama alirannya kian deras.

Air terus keluar dr dlm bumi, sehingga menenggelamkan seluruh rakyat, raja, ratu & sang putri.

Volume air yg lumayan banyak menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan. Hingga risikonya tercipta sebuah telaga.

Telaga ini selalu menampilkan warna yg berbeda di bawah sinar matahari, sehingga diketahui dgn sebutan Telaga Warna.

Warna-warna itu di percaya masyarakat selaku pantulan dr komplemen Putri Gilang Rukmini yg menyebar di dasar telaga.

Baca Juga : √ Cerita Rakyat Asal Usul Kali Gajah Wong

Unsur Intrinsik Asal Mula Telaga Warna

Setelah membaca asal usul telaga warna dengan-cara keseluruhan, selanjutnya mampu kita analisis unsur intrinsiknya.

Tema

Tema Cerita
Tema kisah rakyat asal muasal telaga warna adalah ihwal anak yg durhaka pada orang tuanya.

Karena sikap durhakanya, datanglah suatu musibah yg menyebabkan dirinya & siapa saja di sekitarnya karam hingga membentuk telaga.

Tokoh & Perwatakan

Tokoh Cerita & Wataknya
Tokoh utama dlm kisah rakyat ini ada tiga yaitu Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah & Putri Gilang Rukmini.

  • Prabu Suwartayala adalah seorang raja Kerajaan Kutatanggeuhan yg bijaksana. Karena budi raja, rakyat hidup makmur & sejahtera.

Prabu Suwartayala pula di gambarkan sebagai sosok ayah yg mencintai putrinya & penuh kasih sayang. Apapun yg putrinya kehendaki, sang raja mengabulkannya.

  •  Ratu Purbamanah adalah istri Prabu Suwartalaya sekaligus Ratu Kerajaan Kutatanggeuhan yg sabar & sarat kasih sayang.

Kesabaran Ratu di buktikan dgn sikapnya tatkala menginginkan anak & kesabarannya membesarkan putri yg manja.

Kasih sayang ratu terhadap putri sudah tak mampu di ragukan lagi. Ratu sungguh memperlakukan putrinya dgn baik.

  • Putri Gilang Rukmini ialah anak Raja & Ratu Kerajaan Kutatanggeuhan. Pada cerita asal muasal telaga warna putri kerajaan mempunyai sifat yg manja, kasar & perilakunya buruk. Meskipun terlahir manis jelita.

Perilaku buruk putri Gilang di gambarkan tatkala ia melempar kalung derma ayahnya. Hal ini memperlihatkan bahwa putri tak bisa menghargai tunjangan orang yg menyayanginya.

Alur

Alur Cerita
Alur kisah telaga warna ialah alur maju. Di bagian permulaan menceritakan wacana Kerajaan Kutatanggeuhan yg makmur & sejahtera.

Kemudian timbul konflik yakni raja & ratu yg tak memiliki keturunan. Konflik pertama bisa tertuntaskan dgn lahirnya seorang putri raja.

Konflik berikutnya muncul kembali yakni putri raja mempunyai kepribadian yg kurang baik karena Raja & Ratu terlalu memanjakannya.

Puncak konfliknya terjadi tatkala Putri Gilang Rukmini membuang kalung derma raja yg sebetulnya kado dr rakyatnya.

Kemudian cerita ini di tutup dgn munculnya sumber mata air sebab kesedihan rakyat & orang tua putri.

Yang pada akhirnya mata air itu menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan & menjadi suatu telaga.

Latar

Latar Cerita
Latar dongeng dlm legenda telaga warna ada dua kawasan. Yang pertama di Istana Kerajaan Kutatanggeuhan & kedua Hutan kawasan Raja & Ratu bertapa.

Sudut Pandang

Sudut Pandang Cerita
Sudut pandang dlm legenda telaga warna yakni sudut pandang orang ketiga. Karena legenda ini menceritakan kisah orang lain dgn memakai kata ganti orang ketiga seperti mereka & beliau.

Amanat / Pesan Moral

Psan Moral Cerita

  • Amanat yg terkandung dlm dongeng asal mula telaga warna yaitu hargailah santunan orang lain dlm bentuk apapun.
  • Pesan moral yang lain yaitu bersikap baiklah pada orang tua, durhaka pada orang renta hanya akan membawa petaka.
  • Terlalu memanjakan anak akan menenteng efek yg kurang baik kedepannya. Perlakukan anak sewajarnya, terlalu sayang sampai memanjakannya itu tak baik

Fakta Menarik Telaga Warna

Selain menyimpan legenda yg di percaya dlm kalangan masyarakat, ada beberapa fakta unik telaga warna Jawa Barat.

Kira-kira apa ya? Simak pembahasan berikut ini.

Menjadi Tempat Wisata

Meskipun telaga warna berasal dr legenda yg mengenaskan. Ternyata telaga warna merupakan salah satu kawasan rekreasi yg cukup populer di Jawa Barat.

Banyak pengunjung yg datang ke tempat ini. Baik dr dlm negeri maupun pengunjung dr luar negeri.

Ketika mendatangi kawasan wisata telahar warna, banyak hal yg mampu di kerjakan oleh pengujung.

Seperti naik sampan hingga ke tengah danau, memberi makan monyet liar di sekeliling telaga hingga naik wahana flying fox.

Kita pula mampu mengabadikan momen dgn mengambil foto-foto keren berlatar telaga warna.

Pemandangan alam yg indah & menarik sayang untuk di lewatkan.

Penjelasan Ilmu Sains Tentang Perubahan Warna Telaga

Secara ilmiah, pergantian warna telaga di pengaruhi oleh ganggang yg tumbuh di telaga. Ganggang yakni tanaman jenis algae yg hidup di sekeliling telaga & mensugesti warna air.

Jika matahari cerah tak di tutupi awan, maka kita mampu melihat perubahan warna yg di pantulkan telaga.

Terkadang warnanya bermetamorfosis kuning, coklat hingga menjadi warna hijau yg menyatu dgn warna pepohonan sekitar telaga.

Penutup

Nah, itulah ringkasan kisah asal mula telaga warna Jawa Barat. Gimana? Menarik bukan asal usulnya? Semoga legenda di atas mampu memberi inspirasi kita semua.

  1000 Lampion, 1000 Harapan Simbol Imlek Bukan Sekedar Tradisi