Ria Jenaka Program Komedi Terlaris Di Era 80’An

Acara Ria jenaka yang ditayangkan TVRI setiap minggu pukul  Ria Jenaka Acara Komedi Terlaris di Era 80'an
 Ria Jenaka: Iskak, Ateng, Teten, Slamet, dan Sampan 
Acara Ria jenaka yang ditayangkan TVRI setiap ahad pukul 11.15 mungkin program paling popular pada dikala itu. Anak-anak yang dari pagi main diluar rumah, secepatnya meninggalkan halaman dan masuk rumah ketika mendengar irama gamelan pembuka acara. Untuk yang kurang gemar menonton Sari Berita Sepekan lazimnya akan mematikan pesawat televisinya sejenak. Dan secepatnya menghidupkanya kembali pas jam di atas. 

Ria Jenaka termasuk program yang mampu bertahan cukup usang, terhitung semenjak Maret 1981. Acara satu-satunya yang bisa menyaingi film boneka Si Unyil dan film seri Little House on the Praire

Keutuhan grup pengisi Ria Jenaka cukup menyisihkan pertanyaan mengenang banyak grup lawak di Indonesia ini yang merepotkan bertahan lama, belum lagi mesti mengisi program tiap pekan yang tidak semata-mata pengulangan lawakan maupun pengulangan misi.

Nama-nama Ateng, Iskak, Teten, Sampan Hismanto dan Slamet Harto memang tak sekelompok. Hanya tiga nama pertamalah pada dasarnya. Slamet Harto menggantikan Suroto yang saat itu hijrah ke Surabaya. Sampan Hermanto memiliki golongan lain. Dia sendiri yang memimpinnya.

Jika dirinci Ria Jenaka terdiri atas 30 persen komedi, 30 persen misi, 30 persen cerita dan sisanya untuk menghibur. 

Sejarah Berdirinya Ria Jenaka.
Bermula Drs. H. Subrata yang waktu itu menjabat sebagai Direktur TVRI Jakarta ingin agar program pemerintah mampu sampai pada masyarakat dengan tanpa kendala. Figur panakawan khasanah pewayangan itulah alhasil yang jadi media. Kelompok Ateng secepatnya dikontak. Waktu itu anggotanya cuma Ateng dan Iskak. Pemeran lain pilihannya diserahkan pada mereka berdua.

Semula, Ateng menghubungi Kris Biantoro selaku pemeran Semar. Tapi Kris sibuk mengisi acara kuis TVRI, waktu itu Darto Helm didaftar selaku kandidat, tetapi Darto pun tak mungkin meninggalkan grup Bagio cs. Akhirnya Sampan Hismanto yang terpilih, betapa pun ia bukan pelawak. Tapi, toh sampan mengetahui komedi, apalagi nantinya golongan karawitan Sampan lah yang mengiringi musik secara live. 

Dengan dua dasar di atas untuk penerangan dan pemalakan khasanah wayang panawakan jadi terasa melenceng. Panakawan dalam dongeng wayang diketahui selaku simbol rakyat (kadang juga Dewa atau sekaligus Dewa yang bernurani rakyat kecil) dalam Ria Jenaka menjadi jauh dari rakyat. Mereka begitu cerewet memberi petuah soal keluarga berencana, kesehatan selokan depan rumah, lalulintas yang kacau, dan tetek-bengek lainnya.

  Buku yang berjudul Max Havellar berisi tentang

Seorang Sarjana Swiss yang berjulukan Monique de Meuro Landolt sudah meneliti dan mencatat kekuksesan impian dan tujuan Ria Jenaka, utamanya terhadap anak-anak. Ada yang berhenti laga jengkrik sesudah nonton Ria Jenaka.