Rancangan Dasar Observasi Pendidikan


A. PENDAHULUAN
Untuk mengenali sesuatu yang masih gila dan gres, seorang peneliti dapat diibaratkan sebagai orang gres yang gres saja datang di kota atau di negara baru itu. Semuanya terlihat ajaib, mau pergi kemana tidak tahu letaknya geografis dan penduduknya, padahal mungkin jaraknya bersahabat dan banyak kendaraan mirip taksi, bus, becak, dan sepeda namun tidak tahu memakai kendaraan atau alat transportasi yang ada untuk menuju kesuatu tempat yang akan dituju itu. Banyak dan sring ditemui or­ang-orang melalui di sekitarnya, mau bertanya juga kurang berani sebab mungkin beda budaya, beda kepentingan, dan mengganggu kegiatan orang lain dengan orang-orang yang ada di sekeliling kawasan tersebut. Banyak kenalan di kawasan tinggal yang usang tetapi jauh tempat tinggalnya dan tidak tahu nomor telepon untuk menghubunginya. Orang lain di sekitarnya juga menganggap ajaib pula terhadap beliau. Dia membutuhkan derma biar mampu memecahkan problem keterasingannya tersebut. Tetapi siapa dan kemana semoga memperoleh bantuan untuk mencapai arah yang dituju itu.
Keterasingan para peneliti khususnya peneliti muda, juga terjadi seperti keterasingan orang yang tinggal di kawasan baru. Banyak problem observasi tetapi tidak mengenali bagaimana mengenali dan menentukan duduk perkara yang patut untuk suatu observasi; banyak instrumen untuk mengambil dan mengumpulkan data namun kurang mengenali apa instrumen yang bagus itu banyak alat analisis data tetapi tidak dapat menentukan yang sempurna dan mampu menunjukkan gosip. Mereka galau dan bahkan sebagian ada yang frustrasi untuk melakukan penelitian.
Mereka memerlukan alat untuk mampu memecahkan masalah keterasingan tersebut. Alat atau instrumen yang hendak dibahas secara luas dan sistematik ialah metodologi observasi yang biasanya berisi wacana cara­cara menggunakan beberapa tata cara pendekatan untuk memecahkan duduk perkara yang dihadapi. Ada pendekatan dari yang global menuju ke spesifik, dari spesifik menuju ke global dan ada pula pendekatan ilmiah dan scientific.
Modal yang pertama yaitu mengenali sesuatu tersebut dimulai dari yang global atau besar menuju ke arah lebih mendetail atau khusus. Untuk mengetahui struktur kendaraan beroda empat misalnya, seseorang dapat menguasainya dengan dimulai dari apa fungsi dan kegunaan mobil itu bagi manusia, apa peranan kendaraan beroda empat, kearah apakah bab utama dari kendaraan beroda empat, prosedur kerja mobil, dan apa material setup bab dari kendaraan beroda empat itu.
Model yang kedua ialah menggunakan pendekatan dari yang spesifik menuju ke arah yang global. Seseorang untuk mengenali perihal apakah kendaraan beroda empat itu dimulai dengan mengadakan kunjungan kerja ke bagian bengkel. Di sana ditunjukkan bab-bab utama kendaraan kendaraan beroda empat dan diajarkan pula bab-bab dan proses kerja mobil baik yang dua tak maupun empat tak kafetariau mengarah kepada bagian lain yang lebih besar sehingga orang tersebut mengenali secara menyeluruh apakah dan bagaimanakah fungsi kendaraan beroda empat tersebut.
Cara mengenali dengan versi kedua ini banyak dipraktekkan pada ilmu­ilmu biologi, kedokteran, dan sebagainya. Kedua pendekatan tersebut juga populer disebut sebagai versi deduktif dan induktif.
Modal ketiga ialah memakai pendekatan secara ilmiah. Tokoh yang mempelopori pendekatan ini diantaranya yakni John Dewey. Untuk mengenali sesuatu seseorang dapat mengawali dengan mencari duduk perkara, mencari data penunjang, dan mencari balasan problem tersebut. Cara ini yaitu yang banyak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam metodologi observasi yang biasa disebut dengan menggunakan versi pendekatan ilmiah.
Ketiga cara tersebut pada prinsipnya baik dan akan memperlihatkan keberha­silan yang memuaskan, jikalau dilakukan secara intensif dan teliti. Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pendekatan observasi yang sering dilakukan dan dipraktekkan dalam bidang pendidikan.
Manusia senantiasa ingin mencari tanggapan atas alasannya musabab dari suatu atau serentetan akhir. Dengan banyak sekali cara manusia ingin memperoleh aneka macam wawasan wacana berbagai fenomena. Semenjak dulu abad,manusia pertanda hasratnya yang besar untuk mengenali diam-diam alam sekelilingnya, bahkan juga manusia berikhtiar ingin menguasainya. Karena rendahnya kemampuan berfikir manusia, bukan insan yang menguasai alam namun justru sebaliknya,manusia justru takut dan mendewa-dewakan kekuatan alam. Iklim ini menyuburkan keyakinan kepada dukun itulah yang dipandang mampu berkomunikasi dengan sumber kekuatan mistik yang mereka sakralkan. Dengan demikian otoritas kebenaran berada ditangan para dukun. Di masyarakat yang sederhana hal ini berlaku bebuyutan dan berakar berpengaruh yang telah barang tentu menghalangi cara berfikir ilmiah.

Hasrat manusia yang tak pernah padam untuk memperoleh wawasan dan untuk dapat memanfaatkan alam mendorong manusia untuk selalu menyebarkan metode-metode pendekatan tertentu sesuai dengan tingkat kesanggupannya. Pada prinsipnya pendekatan-pendekatan itu mampu digolongkan menjadi dua, ialah metode non ilmiah dan metode ilmiah.