Rahasia Kebesaran Imam Syafi’i dan Imam Asy’ari

Ada dua ulama besar yg pengaruhnya sungguh luas. Pertama, Imam Syafi’i. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani menyampaikan, “Ulama-ulama hebat hadits tidur, sampai jadinya Imam Asy-Syafi’i membangunkan mereka.”

Dan kini, madzhab Syafi’i merupakan madzhab fiqih paling besar di dunia. Ia secara umum dikuasai di Asia Tenggara, Afrika Timur, & sebagian Jazirah Arab.

Banyak faktor yg membuat pengaruh Imam Syafi’i demikian besar. Selain anugerah kejeniusan ia dlm merumuskan ushul fiqih & ushul hadits, keberaniannya langsung berhadap-hadapan dgn pedoman yg menyimpang merupakan salah satu faktor penentu.

Imam Syafi’i pernah menghadapi 17 orang zindiq. Dengan izin Allah, mereka semua puas dgn jawaban-jawaban Imam Syafi’i & kemudian bertaubat. Beliau pula ekspansif saat berhadapan dgn ahlur ra’yu di Baghdad pada masa itu.

“Ketika Imam Syafi’i tiba di Baghdad, di Masjid Jami’ Al-Gharbi ada 20 majelis pengajian yg diajar oleh ulama-ulama ahlu ra’yi,” kata Ibrahim Al-Harbi. “Baru pekan kedua Imam Syafi’i menggelar pengajian di sana, tinggal tiga pengajian ahlu ra’yi yg tersisa.”

Kedua, Imam Al-Asy’ari. Jika Imam Syafi’i merupakan imam madzhab fiqih paling besar, Abu Al-Hasan Al-Asy’ari merupakan imam madzhab aqidah yg memiliki pengaruh paling luas. Keduanya ulama besar ahlus sunnah wal jama’ah.

Mengapa efek Asy’ariyah demikian luas? Sebab di dikala ulama lain tak mampu membendung paham mu’tazilah yg dianut banyak penguasa pada kurun ketiga hijriyah, Imam Al-Asy’ari terjun menyerang ke jantung pertahanan mereka.

Dengan gagah berani, Imam Al-Asy’ari mengunjungi majelis-majelis & sentra pertemuan Mu’tazilah. Berdiskusi & berdebat dgn mereka. Menyadarkan mereka. Hingga banyak yg kembali pada aqidah ahlus sunnah wal jama’ah.

  Dua Catatan Merah untuk Dina Sulaeman Soal Turki

Ketika sahabatnya mengajukan pertanyaan, “Wahai Abul Hasan, kenapa Anda menemui mereka padahal Anda pernah mengingatkan kami untuk meninggalkan ahlul bid’ah?”

“Yang gue jumpai ialah para tokoh. Di antara mereka ada yg menjadi Gubernur & hakim. Jika gue membiarkan mereka dlm kesesatan, akan bertambah banyak umat yg tersesat. Maka gue mengunjungi mereka, agar mereka kembali ke jalan yg benar & agar mereka tahu bahwa ahlus sunnah wal jama’ah memiliki pembela yg memakai hujjah.”

Di masa kini, terkadang kita takut untuk menyuarakan kebenaran. Takut dibully, takut dirundung. Akhirnya kadang kala kebenaran bersembunyi laksana kura-kura masuk ke dlm tempurung. Tidak sepenuhnya salah, alasannya memang ada opsi menyingkir dari kericuhan & menunggu peluang. Namun ingat, dlm pergulatan pedoman, yg menang ialah yg selalu disuarakan. Bukan yg berlindung dlm diam. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]