Video ini menawarkan keberanian bawah umur Palestina. Berhadap-hadapan dgn tentara Israel bersenjata, dewasa-remaja Palestina dgn tangan kosong berdiri gagah menghadang. Sesekali mendesak. Sesekali saling dorong.
Karena masih dewasa, tinggi badannya pun tak setara. Rata-rata, dewasa Palestina itu tingginya sedada serdadu Israel, atau selehernya. Namun, itu tak menyurutkan keberanian. Mereka tetap gagah saling berhadapan.
Anak-anak Palestina tahu betul bahwa senjata yg ditenteng serdadu Israel berpeluru tajam. Siap dilesakkan kapan saja. Pelurunya siap dihamburkan & menembus tubuh siapa pun. Tetapi mereka tak takut.
Beberapa tahun kemudian, tatkala intifadhah masih memakai kerikil, jurnalis yg meliput di Palestina heran. Mengapa bocah-bocah itu tak takut berhadapan dgn tentara Israel. Mereka cuma mampu melempar watu. Sedangkan serdadu Israel tak sungkan-sungkan memuntahkan peluru. Namun tak terlihat cemas pada paras bocah-bocah Palestina itu.
“Apakah kalian tak takut tertembak peluru serdadu Israel?” tanya seorang jurnalis pada seorang bocah Palestina.
“Tidak. Sebab gue percaya bahwa setiap peluru prajurit Israel, bila memang ditakdirkan untuk mematikan, mempunyai arti telah ada nama siapa yg akan terkena & tak mungkin tertukar dgn nama yang lain,” tanggapan bocah itu membuat sang jurnalis terpana.
Jawaban itu bukan balasan belum dewasa. Jawaban itu yakni jawaban yg berakar dr akar ideologi yg kuat. Dan belum dewasa Palestina sudah sampai di level itu?
Itulah iman. Iman yg telah dimiliki belum dewasa sekecil itu. Iman pada Allah yg meneguhkan kepercayaan bahwa cuma ia yg Mahakuasa membangkitkan & mematikan. Iman pada takdir yg melahirkan kepercayaan bahwa akhir hayat datang, tak mungkin seseorang meninggal dunia. Meskipun tentara Israel menembakkan peluru-peluru tajam, jikalau takdir kematian belum datang, peluru itu takkan menembus jantungnya.
Bagaimana anak-anak sekecil itu telah mempunyai doktrin sekuat itu? Itulah taurits tarbawi. Ayah & ibu-ibu mereka mewariskan tarbiyah imaniyah semenjak dini. Menanamkan aqidah semenjak bayi & mengenalkan Al Quran semenjak dlm kandungan. Lalu guru & murabbi mereka menguatkannya.
Demikianlah keberanian belum dewasa Palestina, di segi sebaliknya yakni ketakutan tentara-prajurit Israel. Sebab mirip kata Hasan Al Banna yg sudah membangkitkan keberanian bangsa Palestina dlm melawan Israel beberapa dekade lalu, kekuatan pertama gerakan Islam adalah kekuatan dogma, kemudian kekuatan ukhuwah & sehabis itu gres kekuatan fisik & persenjataan. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]