Rahasia di Balik Larangan Berteman dengan Orang Buruk

Islam mengendalikan kehidupan umat manusia dgn sangat bagus. Islam menawarkan petunjuk dengan-cara paripurna dgn cara yg sungguh sempurna. Islam mengontrol seluruh persoalan, pun yg dianggap tak penting bagi persepsi hidup orang kontemporer.

Banyak orang masa kini yg berkata “Berteman dgn siapa pun”. Padahal, Islam mengajarkan “Kalian akan dikumpulkan dgn siapa yg kalian cintai”. Islam pula menganjurkan agar kaum Muslimin berteman dgn pedagang minyak busuk & menyingkir dari pandai besi dlm urusan pertemanan.

Secara jelas, Islam melarang kaum Muslimin berteman dgn orang-orang yg jelek perangainya. Islam hanya merekomendasikan pertemanan dgn orang baik. Sebab kelak, teman-teman dekat akan saling bermusuhan di Hari Kiamat, kecuali orang-orang beriman.

Di dlm buku Bidayatul Hidayah, Hujjatul Islam Imam al-Ghazali memaparkan pesan tersirat agung di balik larangan berteman dgn orang yg buruk akhlaknya.

Beliau menyebutkan orang yg jelek akhlaknya dgn dua indikasi; tak bisa menguasai diri saat marah & tak sanggup mengendalikan emosi di tengah marah.

Berteman dgn orang-orang buruk akan menjadikan seseorang erat dgn keburukan sampai memakluminya. Tatkala seseorang sudah memaklumi, maka keburukan tak dianggap selaku kejelekan. Bahkan ia bisa menilai keburukan selaku suatu hal yg sungguh biasa & wajar.

Hilangnya kepekaan perasaan inilah permulaan mula timbulnya tragedi kemanusiaan dengan-cara biasa . Tatkala nilai-nilai kebaikan mulai dikaburkan & disamarkan, kemudian diganti dgn nilai-nilai keburukan dengan-cara perlahan & halus, tanpa disadari.

Dampak buruknya bisa kita saksikan ketika ini. Kebaikan diberitakan sebagai kejelekan bahkan kejahatan. Sedangkan keburukan dianggap selaku suatu kebaikan & patut disokong dgn aneka macam dalihnya.

  Membaca Zaman: Menaksir Bilangan Umur Umat Islam hingga Hari Kiamat

Sebagai pola, para orang tua merasa khawatir jikalau anaknya tak berpacaran di usianya yg beranjak dewasa. Ia merasa aib & gengsi karena anaknya digosipkan tak laris hingga tak memiliki pacar.

Sebaliknya, mereka merasa besar hati ketika anaknya dipacari & sering diajak pergi. Orang renta menganggap hal itu sebagai sebuah kebiasaan yg tak patut dipersoalkan. Dalam benak mereka, diajak pergi oleh pacar bukan masalah sebab banyak yg melakukannya dgn tanpa merasa aib atau berdosa.

Na’dzubillahi min dzalik.

Wallahu a’lam [Pirman/wargamasyarakat]