Pulsa Handphone dan Ayat-Ayat Kematian

Kita pernah menghadapi kondisi yg sungguh mendesak & membutuhkan ponsel untuk menelepon seseorang. Sayangnya, tatkala ingin menghubungi, ada suara dr bot operator yg menyatakan pulsa kita tak memadai alias habis. Ingin menggunakan paket data internet, ternyata tak ada jaringan & paket data sudah habis. Di posisi seperti itu kita seperti mati gaya & pula mati guna.

Peristiwa habisnya pulsa, baik untuk internetan maupun komunikasi sambungan telepon ini memang sungguh-sungguh serupa dgn diri kita. Hape adalah diri kita, & pulsa yaitu nyawanya. Tidak sama persis memang, sebab hape masih menyala tapi mengalam disfungsi selaku alat komunikasi.

Pertanyaan saat ini; jikalau pulsa habis kita bisa langsung beli, bagaiman jika nyawa kita habis? Sebuah pertanyaan yg retoris. Nyawa yg sudah dicabut tak akan kembali & tak besi di toko faktual maupun toko maya mana pun.

Saat kejadian meninggalnya ibu penulis, ada sebuah peristiwa yg menciptakan direnungkan sehingga lahir pemikiran ini. Handphone penulis dlm kondisi mati. Itu terjadi pada malam hari saat istirahat. Baru paginya tatkala hape menyala banyak notifikasi menginformasikan itu.

 

Saat Malaikat Maut Mencabut Nyawa

Percaya pada malakul maut yg mempunyai peran mencabut nyawa, qabdhul arwah, yaitu kredo seorang muslim.

Dalam kitab “Al-Minhah Al-Ilhaiyah fi Tahdzib SYarh Ath-Thahawiyah Li Imam Ali bin Abil Izz Al-Hanafi” yg ditakhrij oleh Abdul Akhir Hummad Al-Hanafi disebutkan: “Dan kita beriman pada malakul maut, yg diutus untuk mencabut roh seluruh insan.”

Allah pun menegaskan dlm beberapa ayat tentang ajal. Tentang pencabutan nyawa. Seperti ayat-ayat berikut:

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Katakanlah: “Malaikat maut yg diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kau; lalu hanya pada Tuhanmulah ananda akan dikembalikan. (QS. As-Sajdah: 11)

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ

Dan Dialah yg mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, & diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila tiba ajal pada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, & malaikat-malaikat Kami itu tak melupakan kewajibannya. (QS. Al-An’am-61).

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرٰى إِلٰى أَجَلٍ مُّسَمًّى ۗ إِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Allah memegang nyawa (seseorang) pada dikala kematiannya & nyawa (seseorang) yg belum mati tatkala ia tidur; maka ia tahan nyawa (orang) yg telah ia menetapkan kematiannya & Dia lepaskan nyawa yg lain sampai waktu yg diputuskan. Sesungguhnya pada yg demikian itu terdapat gejala (kebesaran ) Allah bagi kaum yg berpikir.

Itulah kematian. Hadirnya memberikan pesan pada siapapun semoga melipatgandakan mutu amal diri. Pulsa mempunyai masa berlaku & kita mengetahuinya. Sementara nyawa kita tak tahu kapan masa berlakunya rampung.

[@paramuda/Wargamasyarakat]