Puisi Luapan Emosi Hati untuk Seseorang
Karya Wahyu Bin Kalisan
Banyak hal di dunia ini yang tidak mampu ku mengerti…
Salah satunya yaitu bagaimana cinta itu bersemi…
Ada lebih dari jutaan bahasa di dunia ini..
Namun, tak ada satu bahasa pun yang bisa membuat saya mengerti perihal perasaan ini…
Dan ada lebih dari miliaran kata di dunia ini…
Namun hanya ada sedikit kata yg bisa melukiskan perasaan ini…
Indah….
Mungkin itu kata yang sempurna dikala saya lihat senyummu.
Damai…
Entah mengapa rasa itu begitu besar lengan berkuasa masa di dekatmu.
Bersamamu…
Mungkin hanya itu cita-cita besar yang ku simpan di dalam hati kecilku.
Entah sejak kapan rasa ini datang dan hinggap di hatiku…
Aku tak tahu…
Karena yang saya tahu cuma apa yang saya rasakan
dan perasaan ini begitu kuat tertahan…
Berulang kali aku coba untuk menepis rasa ini
dan beberapa kali pula hanya kegagalan yang ku dapati.
Dan entah kenapa perasaan abnormal mulai saya rasakan..
Samar dan pekat….
Kemanapun mata ini melihat, hanya wajahmu yang ku dapat.
Aku telah mencoba untuk memendam rasa ini
akan namun..
justru di situlah letak kesalahanku.
Rasa yang ku pendam sekarang malah badan membengkak dan membuahkan impian
Harapan-impian semu yang menghantui hidupku..
Aku bimbang,
aku ragu,
saya sedih, dan marah.
Tapi semua itu tak akan pernah mampu menebang perasaan yang sekarang kian rindang dan lebat..
Tak pernah terpikir olehku…
Bagaimana mungkin tawa semu itu mampu membuatku merasa rindu..
Rindu dalam angan-angan kosong tanpa isi.
Sampai sempat sesaat,.. Rasa itu terasa begitu hebat.
Merobek hari, menusuk ahad, dan membelenggu waktu…..
Dalam rindu akan hadirmu mengisi menitku.
Aku pernah berpikir untuk menyerahkan semua ini terhadap waktu.
Akan namun waktu seolah membisu dan membuat kebimbangan.
Senyum itu membuat saya terlena, dan terhanyut dalam lamunan.
Lamunan yang begitu dalam, hingga merasuk sukma dan otaku
Jasad yang lemah dalam rasa sakit
Sakit ketika melihat kau bareng orang lain.
Sakit ketika senyum itu terukir indah namun bukan untukku.
Dan sakit saat menghadapi realita bahwa aku tak punya sedikitpun hak untuk cemburu.
Hari sudah berganti..
Minggu sudah berlalu..
Detik demi detik bagaikan jentik yang menggelitik.
memaksaku untuk mengatakan..
Mengatakan perasaan yang kalah oleh rasa ragu..
Hingga secercah cahaya terang menyoroti..
Menyinari hati yang buta akan kelemahan diri.
Sinar yang tak ubahnya sebilah cermin yang memaksaku untuk berkaca..
Bagaimana mungkin aku mampu membiarkan kebodohan ini mengelabui kenyataan..
Kenyataan jikalau aku tak pernah layak bersanding denganmu..
Seketika terasa raga ini tak lagi bernyawa…
Angan indah yang melayang, seakan terhempas di udara.
Tersapu angin…
Sayap-sayap impian seolah patah,.
Membuatku jatuh,.
Jatuh tenggelam dalam genangan air mata.
Melawan arus bagiku tiada arti.
ketika sembilu takdir sudah menusuk ke urat nadi..
Menghapus denyut yang tak pernah berhenti..
Kini saya sadari,..
Memelukmu dalam dekapku tak mungkin terjadi,..
Namun, biarkan senyum indahmu tetap terukir indah di hati.
Sampai menutup hari.