close

Puisi Buya Hamka Kepada M. Natsir yang Baru Dibalas Dua Tahun Kemudian

Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau pemilik nama pena Hamka pernah mengirimkan puisi pada sahabatnya Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia Mohammad Natsir pada tahun 1950an.

Puisi Buya Hamka itu baru terbalas dua tahun lalu. Berikut puisi Hamka pada M. Natsir.


Kepada Saudaraku M. Natsir

Di pertengahan 1950an itu…

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yg benar kamu sebut pula benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail bangkit sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka & sedih kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, bunyi kaummu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup & mati tolong-menolong
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan gue pun masukkan
Dalam daftarmu…!

[Puisi di atas di tulis dengan-cara khusus untuk Pak Natsir, pada tanggal 13 November 1957 setelah mendengar uraian pidato Pak Natsir dgn tegas menunjukkan pada Sidang Konstituante semoga mengakibatkan Islam selaku dasar negara RI)

Dua tahun kemudian Pak Natsir pun membalas dgn sajak untuk Buya Hamka, berjudul “Daftar”.


Daftar

Saudaraku Hamka,

Lama, suaramu tak kudengar lagi
Lama…
Kadang-kadang,
di tengah-tengah si pongah mortir & mitralyur,
Dentuman bom & meriam sahut-menyahut,
Kudengar, tingkatan irama sajakmu itu,
Yang pernah kau hadiahkan kepadaku,

Entahlah, tak kunjung namamu bertemu di dalam
“Daftar”,
Tiba-tiba,
Di tengah-tengah gemuruh ancaman & gertakan,
Rayuan umbuk & umbak silih-berubah,
Melantang menyambar api kalimah hak dr mulutmu,
Yang lazimbersenandung itu,
Seakan tak terhiraukan olehmu ancaman mengancam.

Aku tersentak,
Darahku berdebar,
Air mataku menyenak,
Girang, diliputi syukur

Pancangkan!
Pancangkan olehmu, wahai Bilal!
Pancangkan pandji-pandji Kalimah Tauhid,
Wahai karihal kafirun..
Berjuta kawan sepaham bersiap masuk
Ke dlm “Daftarmu”…

Saudaramu,
Tempat, 23 Mei 1959

[Paramuda/Wargamasyarakat]

Dikutip dr buku "Mohammad Natsir: Islam Sebagai Dasar Negara"