Psikologi Dan Tantangan Pada Milenium Ke Tiga

PSIKOLOGI DAN TANTANGAN PADA MILENIUM KE TIGA: DAMPAK  TEKNOLOGI INTERNET PADA KEHIDUPAN MANUSIA DAN PENGELOLAAN INSTITUSI PENDIDIKAN PSIKOLOGI

Pengantar

Banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh ilmu Psikologi di dalam menghadapi problem milenium ke tiga. Bila pada dua dekade yang kemudian kita berada dalam kondisi yang lebih pasti, segala sesuatu bisa diprediksi secara linear; kini kita dihadapkan pada ketidakpastian. Sangat susah untuk memprediksi apa yang bakal terjadi di kala depan. Sesuatu yang merupakan kepastian hanyalah ketidakpastian itu sendiri. Situasi yang kita hadapi kini ini berbeda dengan situasi abad lalu. Bila diibaratkan dengan suatu bahtera, periode tiga dekade yang kemudian kita berlayar di sebuah sungai yang tenang yang segala lika-liku perjalanan sepanjang sungai dapat diprediksi. Secara niscaya kita mampu memperhitungkan kapan sebuah tujuan akan dicapai. Kini kita sudah memasuki situasi berlayar di arung riam yang kita tidak pernah bisa memprediksi apa yang bakal terjadi di depan.
Dalam keadaan demikian dibutuhkan adanya paradigma gres di dalam menghadapi kehidupan. Paradigma usang hanya akan menghantarkan pada kehancuran (lihat Ancok, 1997; Gibson, 1997). Demikian pula dengan paradigma pendidikan psikologi.Tampaknya diperlukan sebuah paradigma baru. Paradigma lama cuma akan menciptakan ilmu psikologi menjadi usang, dan tidak berkaitan dengan permintaan pergeseran..

Pergeseran Pola Hidup Manusia.
Don Tappscott (1996) dalam buku yang sangat laris dengan judul Digital economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence menggambarkan bagaimana efek teknologi internet pada kehidupan manusia.
Kehadiran teknologi internet yang makin mutakhir telah merubah pola hidup manusia dan permintaan pada kompetensi manusia. Kini kehidupan insan kian tergantung pada komputer. Hal-hal berikut menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam kehidupan insan.

1. Produk yang digerakkan sistim komputer.
Di abad depan produk-produk keperluan hidup insan sehari-hari akan menjadi produk yang pintar (smart product). Produk yang pintar yaitu produk yang sudah memiliki bagian inteligensi manusia. Produk yang demikian bisa menolong insan untuk melakukan hal terbaik bagi kehidupannya. Berikut ini berbagai pola produk yang pintar.
a. Mobil yang cerdas (smart car). Mobil masa depan tidak bisa dihidupkan jikalau supirnya mabuk. Bau alkohol yang keluar dari ekspresi supir akan menutup sistim kerja mesin kendaraan beroda empat. Kalau mobil rusak, sistim komputer akan memberitahu bab mana saja yang rusak. Layar monitor dalam mobil memberi tahu tempat yang macet kemudian lintasnya.
b. Kartu yang cerdas (smart card). Berbagai kartu yang ada (ATM, SIM, KTP, Asuransi, Kesehatan, dll) akan dihimpun dalam satu kartu saja. Selain itu kartu bisa dipakai untuk berbagai fungsi lain, misalnya untuk kunci kendaraan beroda empat, kunci rumah, dll.
c. Rumah yang cerdas ( smart house). Rumah bisa diperintah untuk melaksanakan sendiri peran-peran seperti, memilih suhu ruangan, menghidupkan mesin air di kolam mandi di saaat pemilik rumah dalam perjalanan menuju rumah, memberi kuliner buat kucing/anjing, membangkitkan dan mematikan kompor, menutup pintu dan garasi, mengevaluasi persedian makan di kulkas, dll.
d. Jalan yang pandai (smart road). Jalan bisa memberitahu pengendara kendaraan beroda empat bila ada kecelakaan di depan. Selain itu ia mampu mengingatkan bahaya kecelakaan bila jarak antar kendaraan beroda empat yang di depan dan di belakang terlalu dekat.

2. Perancangan produk dikontrol oleh komputer.
Sistim komputer yang telah menjadi net-worked intelligence akan memudahkan kehidupan pelanggan. Melalui internet pembeli dapat menghubungi banyak sekali perusahaan yang memperlihatkan produk. Di kurun depan produk yang hendak dibeli dirancang sendiri oleh konsumen. Pembeli rumah bisa merancang sendiri bentuk rumahnya, jumlah kamar, susunan kamar, serta asesoris yang diperlukannya. Pembeli sepeda dapat merancang sendiri bentuk sepeda yang diinginkannya menurut opsi komponen yang tersedia dalam komputer. Akan ada butik roti (bakery boutique) yang memungkinkan konsumen untuk menciptakan sendiri komposisi gizi di dalam rotinya.
Komputer yang dimiliki perusahaan pembuat produk sudah memasukkan bagian produk mirip unsur kecil dalam permainan lego. Berdasarkan opsi bagian yang tersedia rancangan produk mampu dibentuk sendiri oleh pembelinya.

3. Proses kerja yang digerakkan oleh komputer
Tersedianya akomodasi intranet dan internet memungkinkan orang melakukan pekerjaan dari mana saja. Orang bisa bekerjasama dengan kantornya dari rumah, dari pesawat, dan dari kamar hotel. Pekerjaan mampu dilakukan dari jarak jauh. Kantor menjadi maya (virtual). Bank tidak perlu lagi memiliki karyawan terlampau banyak sebab transaksi dilayani secara elektronik. Kini semakin banyak bank maya (virtual bank). Kondisi yang demikian ini menimbulkan jumlah ruangan kerja yang diperlukan makin menciut dan pengurangan ongkos kantorpun dapat dijalankan.
Kini orang mampu membeli dari rumah lewat internet. Barang mampu dikirim eksklusif ke pembeli oleh produsen. Kini posisi para biro, distributor, wholesaler semakin terancam. Penengah (perantara) antara produsen dan konsumen semakin tidak diperlukan, alasannya adalah konsumen dapat langsung berafiliasi dengan produsen. Biro perjalanan makin tersaingi oleh internet, sebab orang mampu memesan pribadi tiket pesawat, tiket kapal bahari, tiket kereta api, atau tiket bis pada perusahaan transportasi. Pembayaran cukup dibayar dengan kartu kredit, dan tiket mampu diambil di bandar udara.

4. Komputer menjadi sarana komunikasi efektif.
Kehadiran bisnis internet sudah merubah acuan komunikasi. Kiriman surat semakin berkurang alasannya adalah orang lebih banyak berkirim surat dengan e-mail. Orang sekarang mampu mengobrol dari dalam kamarnya dengan siapa pun tanpa batas ruang dan waktu. Program internet relay chatting (IRC) yang tersedia dalam komputer bisa diakses dengan internet, dan sipemakai mampu menelepon siapa saja, apakah sahabat chatting berasal dari kota yang sama, atau di kota lain di seluruh dunia.
Internet makin mengurangi pengggunaan mesin faksimili, sebab dokumen dapat dikirim dalam waktu yang sungguh cepat dengan e-mail. Dokumen dapat dikirim pada banyak orang diseluruh dunia. Penghematan yang sangat hebat, dari segi waktu, ongkos dan tenaga.

5. Komputer selaku sentra info.
Tersedianya situs web yang bisa diakses melalui internet telah membuat komputer sebagai suatu sentra info. Komputer yang terhubungi oleh internet menjadi guru buat siapa pun. Hampir semua jenis berita mampu dicari dari internet. Kini pengguna komputer dapat memperbesar pengetahuannya dalam berbagai bidang disiplin ilmu dengan gampang.
Di beberapa perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, sudah banyak dosen yang menyimpan catatan kuliah, artikel jurnal, dan bahan bacaan yang lain di dalam homepage pribadi mereka. Mahasiswa mampu dengan leluasa membuka homepage tersebut dan membaca serta mencetak postingan untuk keperluan studi mereka.

Masih banyak lagi hal-hal lain yang merupakan pengaruh internet dan teknologi komputer pada kehidupan manusia yang terlalu panjang untuk diuraikan dalam tulisan ini.

Dampak Psikologi Teknologi Internet
Sepengetahuan penulis belum ada kajian yang sistimatik perihal imbas dari teknologi internet dan permainan elektronik terhadap aneka macam dimensi psikologi kehidupan manusia. Apa yang ditulis berikut ini lebih banyak merupakan pertanyaan yang kiranya perlu dijawab lewat suatu penelitian yang sistimatik.
Penulis menerka teknologi komputer, internet, elektronika game akan berpengaruh pada berbagai faktor psikologi. Berbagai faktor yang kiranya akan terpengaruh akan diuraikan berikut ini:

1. Perbedaan kepribadian laki-laki dan perempuan.
Kehadiran komputer dan internet sudah merubah dunia kerja, dari tekanan pada kerja otot ke kerja otak.. Implikasinya adalah perbedaan perilaku pria dan wanita kian mengecil. Kini bertambah banyak pekerjaan kaum laki-laki yang dijalankan oleh kaum wanita. Banyak pakar yang beropini bahwa kini kian besar takaran perempuan yang memegang posisi selaku pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan pergantian perilaku ke arah sikap yang sebelumnya ialah pekerjaan laki-laki semakin menonjol.
Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) memberikan bahwa tugas wanita dalam kepemimpinan makin membengkak. Semakin banyak perempuan yang memasuki bidang politik, selaku anggota badan legislatif, senator, gubernur, menteri, dan aneka macam jabatan penting yang lain. Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan perusahaan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan. Di Indonesia selama 54 tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden perempuan, sekarang di tahun 1999 Indonesia sudah memilikinya.
Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan keluarga makin besar. Hasil penelitian menawarkan bahwa di Amerika Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga ditentukan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli kendaraan beroda empat mereka yaitu kaum perempuan. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan pelanggan sehari-hari dibelanjakan oleh kaum wanita.
Hal yang tidak kalah menariknya ialah semakin banyak perempuan yang melakukan pekerjaan yang tadinya pekerjaan yang mayoritas dilaksanakan kaum laki-laki. Kalau semula pekerjaan berbelanja ban baru untuk mobil umumnya dilaksanakan pria, kini ban kendaraan beroda empat yang terjual di USA sekitar 45 persen dibeli oleh kaum perempuan. Peralatan sport yang laris di USA 40 persen berasal dari pembeli wanita. Hal lain yang menonjol yaitu 75 persen busana pria dibeli oleh perempuan, dan seperempat dari mobil truk yang laku di USA dibeli oleh wanita (Aburdene & Naisbitt, 1993).
Tampaknya perempuan makin mayoritas perannya dalam kehidupan era kini. Sayang sekali data sikap perempuan yang rinci seperti itu tidak dimiliki oleh kita di Indonesia.. Namun rasanya kecenderungan seperti itu juga timbul di Indonesia meskipun tidak sepantastis wanita di Amerika Serikat. Diduga kecenderungan perilaku wanita mirip yang dikemukakan di atas akan kian mayoritas di milenium gres ini.
Selain internet ada permainan komputer yang disangka akan mempersempit perbedaan kepribadian pria dan perempuan. Banyak permainan elektronika Play Station yang sangat populer di Indonesia. Permainan dalam PS sangat banyak yang menonjolkan kekerasan. Permainan ini sangat digemari oleh anak pria maupun anak perempuan. Kini aneka macam permainan tersebut mampu diakses dan dimainkan lewat internet. Kini internet sudah menjadi pusat hiburan.
Kita belum mendapatkan isu yang sistimatik tentang perbedaan faktor kognitif dan kepribadian laki-laki dan wanita sebagai akibat penggunaan teknologi komputer seperti yang dikemukakan di atas. Apakah masih ada perbedaan sifat kepribadian seperti yang secara tradisional kita pahami bahwa wanita lebih mencolokdalam faktor lisan dan emosional, sedangkan pria lebih menonjol dalam aspek non-ekspresi dan lebih asertif (lihat Conger, 1975). Apakah cemas akan sukses semakin menipis pada kaum wanita (lihat Alimatus Sahrah, 1996). Kalau dikaitkan dengan faktor psikologi tugas seks ( Bem, 1983.), apakah kini kian banyak golongan androgini, ataukah kian banyak porsi perempuan yang berperan seks maskulin? Bila demikian apakah dampaknya bagi kekerabatan sosial pria dan wanita?

  Slide Ppt Materi Pesantren Kilat Ramadhan Wacana Keistimewaan Membaca Al-Qur’An

2. Perkembangan kognitif.
Berbeda dengan menonton televisi yang para penonton bersifat pasif, internet dan permainan elektro sangat bersifat interaktif. Diduga internet dan permainan elektronika dapat merangsang kemajuan kecerdasan bawah umur dan orang remaja.
Sejauah ini belum ada pemantauan untuk menyaksikan pertumbuhan inteligensi bawah umur Indonesia. Apakah bawah umur semakin tinggi IQnya dibandingkan dengan generasi sebelumnya? Apakah anak-anak pengguna internet lebih tinggi kecerdasannya jikalau dibandingkan dengan yang bukan pengguna internet?. Di dalam bagian inteligensi, apakah terjadi perbedaan yang menonjol antara unsur perceptual speed dan spatial orientation daripada unsur lisan ability?

3. Perkembangan seksualitas.
Selain dapat dipakai untuk berpacaran melalui progam internet relay chatting (IRC), internet mampu pula digunakan untuk mengakses gambar dan filem porno. Walaupun gambar porno dan dongeng porno mampu diperoleh dari berbagai sumber, kehadiran internet makin memeriahkan perolehan pronografi tersebut.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa rangsangan seksual yang diperoleh anak akan mempercepat proses kematangan seksual (lihat Conger, 1975). Sejauh ini belum penulis ketahui apakah ada percepatan dalam kehadiran menstruasi pertama pada anak gadis, dan mimpi lembap pertama pada anak pria.Selain itu belum ada pula info yang sistimatik ihwal pengaruh internet pada keterlibatan seks di luar nikah di kelompok dewasa.

4. Kecemasan teknologi
Menjelang pergeseran tahun 2000 aneka macam manusia yang dilanda kecemasan dan cemas menghadapi kutu Y2K (year two kilo). Ketakutan akan listrik mati, pesawat akan tabrakan, uang di bank hilang, senjata nuklir menembakkan peluru tanpa terkendali. Itu yaitu beberapa teladan panik di permulaan millenium ini.
Selain itu ada kecemasan skala kecil akhir teknologi komputer. Kerusakan komputer sebab terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer inilah beberapa pola stres yang terjadi karena teknologi. Rusaknya modem internet sebab disambar petir. Smart products yang diatur oleh sistim komputer seperti kendaraan beroda empat, rumah, kartu dll. Akan menjadi sumber stres yang besar bila terjadi gangguan dalam sisitim komputernya. Fenomena stres seperti ini yang disebut dengan technostress (Hanson, 1989). Stres karena teknologi yaitu salah satu sumber stres dalam kehidupan insan. Tentu saja banyaknya gosip yang masuk melalui e-mail atau internet mampu pula menjadikan information overload, dan ini menjadi sumber stres yang lain. Berapa besar pengaruh stres teknologi ini pada kehidupan manusia, sepengetahuan penulis belum pernah ada studi yang mengidentifikasinya.

5. Pola interaksi antar insan
Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga kalangan menengah ke atas telah mengganti acuan interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan tilpon telah membuka potensi bagi siapa pun untuk berafiliasi dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail sudah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya aneka macam warung internet ( warnet) telah memberi kesempatan terhadap banyak orang yang tidak mempunyai komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain lewat internet. Kini bertambah banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) belum dewasa mampu asyik mengobrol dengan sobat dan orang ajaib kapan saja.
Apakah pengaruh nyata dan negatif dari kondisi yang demikian ini? Apakah kematangan sosial anak datang lebih permulaan atau justeru telat ataukah lebih singkat?

6. Penggusuran insan
Dalam kehidupan yang digerakkan oleh teknologi isu (komputer dan internet) keberhasilan hidup didunia sangat tergantung pada penguasaan wawasan, dan kemampuan mengelola emosi, dan kesanggupan mengelola relasi sosial. Banyak pakar beropini bahwa kunci sukses untuk mengarungi kehidupan turbulensi perubahannya sungguh tinggi, orang mesti memiliki tiga modal, ialah intellectual capital, social capital, soft capital, and spiritual capital (lihat Ancok, 1998; Ancok, 1999; Nahapiet & Ghoshal, 1998).
Persingan dalam kehidupan, baik itu kehidupan bisnis, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan perorangan sangat ditentukan oleh kemampuan berinovasi. Untuk mampu berinovasi diperlukan kreatifitas yang tinggi dan pengetahuan yang luas. Teknologi informasi sudah meribah dunia kerja, dari kerja yang bertumpu pada otot ke pekerjaan yang bertumpu pada otak. Pekerjaan kala kini lebih menuntut karyawan yang berpengetahuan (knowledge workers). Kondisi ini akan membuat jurang sosial antara mereka yang berpengetahuan (know) dan yang tidak berpengetahuan (know-not). Mereka yang tidak mempunyai wawasan akan tergusur dari dunia kerja (Tappscott, 1996).
Selain itu ada hubungan anatara wawasan dan kekuasan (power).. Mereka yang memiliki wawasan akan mempunyai kekuasaan. Sebaliknya mereka yang memiliki kekuasaan mampu mempunyai wawasan, karena mereka mampu memakai orang yang berpengetahuan untuk kepentingan kekuasaan. Kondisi ini akan menciptakan jurang sosial yang lain, yaitu jurang antara yang memiliki jalan masuk pada kekuasaan dan yang tidak mempunyai saluran pada kekuasaan. Golongan ke dua ini akan termarginalisasi dalam kehidupan. Jurang sosial ini akan menjadi pemicuk konflik yang berwujud keresahan sosial.

7. Kerahasiaan alat tes makin terancam
Melalui internet kita mampu mendapatkan berita ihwal tes psikologi, dan bahkan dapat menemukan layanan tes psikologi secara langsung dari internet. Tes yang tersedia dalam internet yang pernah penulis buka antara lain yakni tes asertifitas, locus of control, tes inteligensi emosional, tes kecemasan. Kini kian susah untuk merahasiakan alat tes sebab begitu mudahnya aneka macam tes diperoleh melalui internet.
Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses lewat compact disk.. Implikasi dari permasalahan ini ialah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran lewat internet tersebut.

Pergeseran Paradigma Pengelolaan Institusi Pendidikan Psikologi.
Perubahan lingkungan strategik dalam aneka macam dimensi membutuhkan adanya adaptasi paradigma (cara pikir dan cara pandang) pengelolaan institusi pendidikan psikologi. Adanya ketentuan bahwa institusi pendidikan tinggi harus menjadi forum otonom yang harus mencari dana sendiri menimbulkan paradigma usang tidak mampu dipertahankan lagi.
Banyak pakar yang mengajukan gagasan ihwal pergantian paradigma pengelolaan organisasi. Oleh alasannya instutusi pendidikan juga yaitu sebuah organisasi, maka pergeseran paradigma ini juga berhubungan jikalau dipraktekkan dalam pengelolaan pendidikan psikologi. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Paradigma kemandirian (independence) bergeser ke saling tergantung
(interdependence)
Bila pada milenium kedua organisasi berkonsentrasi untuk membangun kemandirian, sekarang paradigma tersebut sudah ditinggalkan. Organisasi birokrasi, atau organisasi apapun (termasuk negara) tidak bisa menghindari ketergantungan dengan pihak lain. Dunia ini sudah terlalu kompleks untuk dihadapi secara sendiri-sendiri. Perubahan lingkungan strategik yang sangat cepat menyebabkan berbagai masalah psikologis yang kompleks.
Apa yang terjadi di sebuah negara akan mempengaruhi kehidupan di negara lain. Misalnya menguatnya nilai dollar atas mata duit negara lain, membuat ekonomi aneka macam negara di Asia menjadi sukar. Perilaku abnormal yang terjadi di dunia barat, akan menular ke negara lain. Dalam keadaan dunia yang demikian, akan lebih menguntungkan, jika aneka macam pihak melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dalam sebuah aliansi strategik (lihat De La Sierra, 1995)..
Menurut pandangan beberapa pakar (lihat Mohrman, et.al., 1998) untuk menanggapi situasi yang demikian organisasi mesti berganti strukturnya, dari organisasi yang terkotak-kotak (functional organization) menuju organisasi lintas kotak (cross-functional organization). Cara kerja organisasi berganti dari kerja individual menjadi kerja tim (team based organization). Rancangan kerja organisasi berganti dari organisasi yang berdasarkan pada peran (task based organization) menuju organisasi yang bertumpu pada proses (process based organization ).
Sejauh ini sungguh terasa jaringan kerja antar fakultas psikologi negeri belum terjalin dengan baik. Kotak-kotak antar fakultas dan bahkan kotak-kotak antar jurusan masih kental. Belum ada penggunaan ‘resources’ (perpustakaan, test psikologi, dosen, dll) secara gotong royong pada level antar fakultas psikologi. Demikian pula koordinasi dengan pengguna jasa psikologi belum terbina secara maksimal. Proses saling belajar belum dapat dilakukan dengan baik dengan pihak pengguna jasa psikologi.

2. Berfokus pada Ukuran dan skala besar bergeser menjadi konsentrasi pada Kecepatan
dan daya reaksi.
Organisasi di kala ke 20 lazimnya menekankan pentingnya kekuatan organisasi melalui organisasi yang berskala besar dan struktur organisasi dan jumlah karyawan yang besar. Organisasi menjadi sungguh besar mirip seekor dinosaurus yang berkepala kecil tetapi bertubuhbesar. Akibatnya organisasi menanggung biaya yang besar dan sungguh lambat di dalam mengambil keputusan. Organisasi yang besar akan tidak lincah dan karenanya akan punah mirip punahnya dinosaurus. Pada kurun ke 21 organisasi kian mengecil namun mempunyai kecepatan reaksi yang tinggi. Perusahan besar dikecilkan ukurannya dengan meminimalkan jumlah hirarhi (layer) dengan penciutan karyawan (down-sizing). Kini struktur organisasi makin ramping dan mendatar (Mohrman, et.al. 1998).

3. Membangun organisasi pembelajaran (learning organization).
Oleh alasannya pergeseran lingkungan strategik (politik, ekonomi, sosial, teknologi, dlll) yang begitu cepat, organisasi harus mampu mencar ilmu untuk menyesuaikan diri pada perubahan lingkungan tersebut. Berubahnya struktur dan prosedur kerja organisasi menuntut sivitas akademika untuk memiliki pengetahuan gres, pengetahuan dan keahlian baru. Selain itu karyawan (dosen dan staf) perlu mempunyai perilaku mental gres, memakai teladan pikir gres, dan cara kerja baru yang cocok dengan keperluan organisasi. Untuk mampu beradaptasi pada suasana yang gres karyawan mesti kreatif, kreatif, proaktif, dan berwawasan entrepreneurial.
Organisasi kala kini harus berfungsi selaku organisasi belajar, dan tugas organisasi untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi semua anggota institusi untuk terus mencar ilmu (Senge, et. al, 1999). Persaingan dalam banyak sekali faktor di masa sekarang dan periode depan bertumpu pada kompetisi pengetahuan (knowledge based competition). Hanya lewat ‘knowledge management yang bagus organisasi akan sukses. Di samping menyediakan sarana pendidikan dan pembinaan, organisasi harus pula membangun perilaku mental mau menyebarkan ilmu dan isu (information & knowledge sharing). Karyawan mesti membangun jaringan kekerabatan sosial (social net-working) baik dengan sesama anggota sivitas akademika di dalam institusi, maupun dengan pihak yang berkepentingan (stake-holders) di luar institusi supaya akumulasi wawasan (knowledge building) mampu berjalan cepat dan dapat menunjukkan nilai tambah untuk kenaikan mutu kerja, kualitas pendidikan dan mutu pelayanan yang menguntungkan semua pihak .
Learning organization gres bisa ditumbuhkan jikalau penduduk belajar (learning community) telah terwujud. Kegiatan colloquium, pelatihan, dan diskusi yang disertai oleh semua unsur instutusi ialah fasilitas bagi terwujudnya masyarakat berguru.
Karyawan dan dosen makin perlu untuk mengembangkan dirinya untuk mengembangkan dirinya agar lebih siap untuk menghadapi pergantian. Perubahan lingkungan strategik yang menyebabkan pergantian dalam struktur dan cara kerja organisasi kadang kala memakan korban yang berbentukhilangnya peluang kerja bagi karyawan dan dosen. Karyawan dan dosen yang kehilangan peluang kerja ini ialah karyawan yang tidak mempunyai pengetahuan dan sikap mental yang cocok dengan tuntutan pergeseran. Dengan adanya training, karyawan dan dosen akan lebih adaptif pada perubahan. Selain itu, pengembangan diri melalui training mampu mengembangkan kepuasan dalam dirinya dan peningkatan nilai jual pribadi (marketability). Pengembangan diri akan menciptakan karyawan dan dosen merasa pengetahuan yang dia miliki akan menunjukkan pengaruh yang berarti pada pekerjaan. Hal ini akan menjadi faktor motivasi yang bersifat intrinsik.

4. Menggantikan paradigma hirarki ke paradigma kompetensi.
Paradigma lama dalam pengelolaan institusi pendidikan psikologi menekankan pada pangkat dan hirarki. Untuk menduduki jabatan/hirarki tertentu orang mesti mempunyai pangkat tertentu. Kepangkatan sangat menentukan apakah seseorang bia menjadi pengelola institusi pendidikan. Kini paradigma yang mirip itu telah ditinggalkan oleh pada umumnya organisasi (Lihat Lawler III, 1996). Paradigma gres menekankan pada kompetensi yang dimiliki orang. Kalau seseorang memiliki kompetensi baik dari segi akademik maupun sisi kepemimpinan dia mampu menjadi pengurus institusi.
Pada dunia yang turbulensi perubahannya sangat tinggi, organisasi mesti dikontrol oleh mereka yang bersungguh-sungguh membangun kompetensi yang dituntut oleh pekerjaan. Walaupun pangkat dan gelar akademik mungkin terkait dengan kompetensi seseorang, tetapi perlu dikenang bahwa kompetensi orang menurut gelar akademik cuma bisa bertahan tiga tahun saja (Tapscott, 1996, halaman 199). Ilmu pengetahuan berkembang begitu cepat, bila seorang doktor tidak menambah pengetahuannya secara aktif sesudah dia mendapatkan gelar doktor, sehabis tiga tahun dia tidak lagi mempunyai kompetensi selaku doktor. Demikian pula halnya untuk penyandang gelar akademik dan jabatan akademik lainnya. Untuk memeriksa kompetensi seorang penyandang gelar diperlukan ada mekanisme untuk mengukur kompetensi tersebut. Misalnya menugaskan mereka menciptakan makalah setiap tahun yang mengacu pada pertumbuhan baru dalam dunia ilmunya, atau melalui makalah atau buku yang dipublikasikannya.

  √ Sejarah Terbentuknya Osis

5. Gaya kepemimpinan otoriter ke kepemimpinan partisipatif.
Pengelola institusi pendidikan perlu mengembangkan paradigma baru dalam kepemimpinannya. Untuk membuatkan kualitas wawasan dan wawasan budaya kerja gres, orientasi kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi mesti berubah dari kepemimpinan yang bergaya ‘command and control’ kearah kepemimpinan yang bergaya partisipatif. Kepemimpinan yang absolut akan membunuh kreatifitas dan penemuan. Kondisi demikian ini akan menutup potensi berkembangnya pengetahuan gres yang mampu menambah nilai tambah organisasi bagi pihak yang berkepentingan (stake holders). Selain itu orientasi kepemimpinan model lama, yang lebih terpusat pada ‘one person’, harus dirubah menjadi kepemimpinan yang berorientasi pada ‘leadership from everybody’. Untuk ini organisasi mesti menunjukkan pemberdayaan yang besar pada semua lini kepemimpinan yang ada dalam organisasi (Pasmore, 1994, hal 189).

6. Sifat reaktif,dan menghindari resiko bergeser ke proaktif dan berwawasan
kewirausahaan.
Organisasi yang tidak berfikir ke depan umumnya tidak siap menghadapi perubahan. Bila organisasi hanya bersifat reaktif atas pergeseran, bukan bersifat proaktif maka organisasi demikian akan cepat mati. Kelangsungan hidup suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuannya untuk mengantisipasi apa yang hendak terjadi di depan. Keberanian mengambil resiko yaitu ciri seorang pengurus institusi yang berhasil. Mereka cepat mengambil potensi dan meninggalkan cara kerja usang. Organisasi yang sangat birokratik dan konvensional biasanya kurang berani mengambil resiko. Mereka akan berpegang pada status-quo, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mereka tidak adaptif pada tuntutan perubahan. Akibatnya mereka tidak berbuat apa-apa hingga malapetaka perubahan menghampiri mereka, dan terjadi kemunduran dalam organisasi (Oakley & Krug, 1993).
Oleh sebab institusi pendidikan tinggi akan menjadi lembaga otonomi yang pendanaannya harus dicari sendiri, maka akan ada pementingan pada kesanggupan pengurus untuk mempunyai sifat kewirausahaan. Ini tidak memiliki arti lembaga pendidikan bermetamorfosis forum komersial.
Pelaksanaan peran yang didasarkan hukum birokrasi yang berbelit-beli perlu diganti dengan orientasi kewirausahaan. Untuk ini perlu ada upaya untuk merubah cara berfikir dan cara bekerja.
Investasi dalam pengembangan manusia yaitu strategi terbaik untuk keunggulan organisasi. Keunggulan organisasi dalam konteks global antara lain yakni keunggulan dalam hal pelayanan pada customer yang melebihi impian customer, karyawan yang sadar biaya, karyawan yang mampu melakukan pekerjaan dengan kecepatan tinggi, karyawan yang memiliki kemampuan pengelolaan stres yang tinggi. Pelatihan yaitu salah satu fasilitas utama untuk membangun insan yang mempunyai ciri seperti itu. Berbagai observasi yang dilaporkan para ahli dalam banyak sekali tulisan menunjukkan adanya kekerabatan antara peningkatan mutu karyawan dengan efektivitas organisasi (lihat Pfeffer, 1998). Hal yang demikian ini bermakna bahwa pelatihan manusia yang efektif akan ialah investasi yang meningkatkan kinerja organisasi.

7. Penyediaan layanan pendidikan yang bersifat virtual (maya)
Dengan kedatangan teknologi informasi (internet) jarak secara fisik mampu dihilangkan. Mahasiswa mampu bekerja dan mencar ilmu dari rumah, dan hasil pekerjaan bisa dikirim melalui internet. Kini makin banyak perguruan tinggi tinggi yang maya. Virtual learning institution sudah merambah dunia pendidikan. Di Indonesia, Universitas Bina Nusantara (Ubinus) telah menjadi sekolah tinggi tinggi maya. Universitas ini telah terakreditasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sudah memperoleh sertifikasi ISO 9002 untuk kualitas manajemen. Selain itu ijazah lulusan Ubinus sudah diakui oleh salah satu sekolah tinggi tinggi resmi di Australia. Univeritas Bina Nusantara merencanakan akan memuat 300.000 mahasiswa dalam beberapa tahun ke depan.
Pendidikan psikologi mungkin belum saatnya di buat menjadi virtual. Namun akomodasi virtual ini dibutuhkan untuk para alumni dan bagi pengembangan pengetahuan ilmu psikologi. Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya pertumbuhan ilmu sangat pesat. Alumni yang meninggalkan alma-maternya dan tak punya kesempatan untuk menambah pengetahuannya, akan kehilangan kompetensi sebagai sarjana. Sebaliknya ada alumni yang mungkin sungguh rajin menambah wawasannya dan mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang aplikasi psikologi. Alumni yang seperti ini akan menjadi sumber pengetahuan. Untuk ini diharapkan adanya sistim untuk mengakumulasi pengetahuan yang terbuka bagi alumni untuk berinteraksi dan menyebarkan pengalaman.
Selain itu penyediaan kemudahan homepage untuk menyimpan bahan kuliah masing-masing dosen (teaching notes, artikel jurnal, dan materi bacaan lain) bagi keperluan mahasiswa akan sangat membantu proses mencar ilmu mengajar. Mahasiswa bisa membuka hompage tersebut dan membaca materi bacaan yang diperintahkan. Di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pasti Alam, UGM telah ada beberapa dosen yang menciptakan homepage untuk kebutuhan mahasiswa.
Fasilitas administrasi yang virtual juga telah sangat dibutuhkan. Mahasiswa bisa membayar duit kuliahnya di mana saja, dan mampu mengambil mata kuliah dari mana saja, dan menganalisa jumlah kredit dan indeks prestasinya dari mana saja. Ini akan memotong birokrasi yang sungguh mengganggu produktivitas dosen, karyawan dan mahasiswa. Sistim mirip ini telah berlaku di banyak sekali universitas, misalnya Universitas Islam Indonesia.

8. Kurikulum pendidikan psikologi yang adaptif.
Perubahan penduduk yang sangat cepat menjadikan berbagai permalasahan gres dan keperluan baru. Permasalahan dan kebutuhan ini harus mampu dijawab oleh institusi pendidikan psikologi. Untuk itu dibutuhkan adanya kemampuan penyesuaian kurikulum yang cepat. Kurikulum yang dikelola secara tersentralisir seperti yang diberlakukan sekarang ini memerlukan kelonggaran untuk merubahnya. Oleh karena itu kewenangan untuk mengganti kurikulum harus diberikan terhadap institusi penyelenggara pendidikan psikologi.

Penutup
Dampak teknologi internet yang maju dengan pesat ini akan dan sudah mengganti contoh kehidupan insan. Walaupun dikala ini baru sebagian orang yang sudah sudah biasa memakai internet, tetapi kecepatan internet memasuki kehidupan manusia sunguh luar biasa. Di Amerika Serikat sudah lebih dari 25 persen rumah tangga yang mempunyai komputer yang memiliki terusan internet (Tappscott, 1996). Walaupun belum ada data resmi berapa persen dari rumah tangga yang memiliki komputer dan jalan masuk pada internet di Indonesia, kini semakin banyak rumah tangga yang mempunyai komputer dan terusan pada internet.
Aspek psikologi yang terkait dengan komputer dan internet jauh lebih luas dari apa yang dikemukakan di atas. Semoga pembaca goresan pena ini akan terpesona untuk mengkaji imbas psikologis lain yang belum tertulis dalam makalah ini Semoga goresan pena yang pendek ini akan memacu kita bersama untuk lebih meningkatkan pengertian kita tentang dampak psikologis akhir teknologi.