Dalam pemahaman budaya, peradaban maju akan menjadi penuntun bagi manusianya yang tinggal dalam sebuah perkampungan kehidupan yang layaknya menjadi aspek kehidupan budaya mereka selaku simbol kepada adanya kelahiran mereka sudah tidak baik untuk di masyarakat.
Hal ini terang ketika banyak sekali hal terkait dengan faktor kehidupan masyarakat Batak diberbagai kawasan, salahsatunya di Kalimantan Barat. Memahami tugas budaya, akan memiliki pengaruh pada perumpamaan kesukuan mereka, tentunya erat dengan budaya Jawa dan budaya Batak.
Pada suatu kebudayaan, tidak terpisahkan bagi orang Indonesia, apalagi ditambah dengan metode konsumsi mereka pada kebudayaan lainnya yang amat berlainan jauh dengan orang Indonesia. Seringkali hal ini berperan dan saling mensugesti aneka macam faktor sosial budaya di masyarakat.
Begitu memahami suatu wawasan, maka banyak sekali faktor wawasan menjadi meningkat bagi manusia menerapkannya, baik itu dalam faktor kebudayaan itu sendiri sebagai peradaban mereka yang maju, sampai dengan faktor agama mereka selaku batas-batas kepada segi manusia itu sendiri.
Pemajuaan budaya, terus meningkat sesuai dengan waktu yang berjalan. Baik itu pada kebudayaan Jawa dengan asimilasi budaya mereka dengan Orang Batak, dapat diketahui bagaimana mereka berproses dengan ilmu pengetahuan dan faktor sosial mereka di masyarakat.
Tiada henti aneka macam masalah budaya, dan konflik menjadi dampak kepada banyak sekali faktor kehidupan mereka di masyarakat dengan pembiasaan kepada wawasan terbaru yang jauh sekali untuk budaya mereka pahami.
Kesehatan & Kebudayaan, Serta Agama
Pengetahuan tentang peradaban manusia paling tertua ada di pulau Jawa, hal ini memang berasal dari insan, sampai faktor yang lain. Pembentukan suatu kerajaan akan mengarah pada faktor budaya dan agama insan sebagai simbol terhadap wawasan mereka miliki, akan berlawanan jauh dengan pengobatan yang ada pada Negara lain contohnya.
Kondisi yang mampu dipahami dalam hal ini, maka ada insan yang memang membentuk suatu ketidakbaikan terhadap faktor pendidikan dan kesehatan di Kalimantan Barat, dalam hal ini memakai suku selaku bab dari pengobatan tradisional, sedangkan modernnya pada aspek kedokteran.
Penerapan pengetahuan itu, ada pada masayarakat suku Batak Silaban (Katolik), dan Orang Jawa (Islam), dan Orang Tionghoa djan 003 (Kristen), (Konghucu) di Kapuas Hulu yang masih menjadi doktrin tradisional mereka kepada banyak sekali penyakit dengan mengerjakan kehidupan ganda mereka pada agama, melalui perkataan dan tindakannya, serta aneka macam pelanggaran aliran agama Katolik, hal ini mampu diketahui dikala berkunjung Tahun Baru Imlek berlangsung.
Hal ini terperinci, bahwa berbagai duduk perkara sakit atau kesehatan bila tidak mampu di tangani mereka akan mengarahkan banyak sekali hal terkait duduk perkara yang tidak tampak kearah yang gaib, dan mengancam akhir hayat yang direncanakannya ketika berkeluarga.
Akan berlawanan jauh dengan Tiongkok, maka akan terang bagaimana pengetahuan suatu kedokteran mereka bisa hingga dengan baik. Berbeda jauh dengan penduduk dikala ini, akan sangat berlawanan dengan hal doktrin mereka.
Kebringasan mereka kepada profesi yang mereka emban, tentunya akan sangat menkhwatirkan dengan hal persoalan ekonomi politik, budaya, dan sosial. Maka, terang kalau banyak sekali dilema mereka di penduduk , akan mengarah pada faktor kematian setiap manusia yang berada pada kondisi sakit.
Hal yang bisa melaksanakan hal tersebut, pada penduduk Batak baik itu marga Sihombing, Marpaung, dan Siregar, jelas dikala berada di Kota Pontianak. Untuk memahami aneka macam hal terkait dengan perumpamaan ajal dalam suatu insan, Suatu pengalaman dalam hal ini, terang dengan kesukuan mereka yang mendapatkan aneka macam pengobatan yang mereka terapkan.
Melalui aneka macam proses kesehatan dapat mengarah pada aspek insan itu dalam hal ini, kekhwatiran banyak sekali tempat dan rumah sakit menjadi bagian proses pengoperasian mereka untuk saling memakan manusia.
Hal ini terang dengan label yang mereka terima, dimulai dari faktor pendidikan dan kesehatan. Pengasingan tidak cukup bagi mereka diberbagai kawasan, termasuk di Kalimantan Barat. Jelas sekali dengan aneka macam problem identitas mereka pada sebuah kebudayaan dan agama.
Jika pada faktor agama, Orang Batak Katolik sebelumnya tidak patuh pada agama sebab mereka hidup pada aliran agama Islam. Jelas dan singkatnya bagaimana mereka mengakses ekonomi, sosial, budaya dan agama, diberbagai kawasan.
Perjalanan yang mereka lalui memang berada kondisi yang memprihatinkan selaku manusia di masyarakat, hal ini jelas dengan suku Jawa dan Batak. Bagaimana dengan faktor insan sebagai dari kehidupan mereka.
Pada sebuah pengalaman rohani akan hal ini terang dengan adanya semenjak kelahiran dalam kandung sudah menjadi gugur oleh kebodohan orang tua nya, dan menjadi wangi dagingnya. Hal ini terang merupakan dosa asal yang mereka terima selama berkehidupan budaya dan agama.
Pemahaman perkampungan akan erat dengan faktor keberadaan insan tersebut dalam suatu bulat hidup manusianya. Seringkali hal ini menjadi citra rohani bagi manusia, untuk paham bagaimana kehidupan mereka berjalan.
Jika untuk menekan angka ajal ibu dan anak, yang sebelumnya menjadi acara dan rencana kesehatan Negara, akan sungguh berlawanan jauh dengan problem yang terjadi pada ruang lingkup terkecil di masyarakat.
Pada pementingan angka kematian anak dan ibu, dengan program yang akan menyelamatkan nyawa pastinya berbalik, dengan perolehan genetika yang dibuat oleh Orang Batak Siregar (Militer), sedangkan pada kala renta dan muda mampu dimengerti pada akhir kehidupan yang dibentuk oleh masyarakat Batak Sihombing (Silaban), di Sumatera.
Sehingga dalam hal ini, terdapat dua era kepemimpinan selama proses perebutan kekuasaan yang terjadi pada periode kepresidenan. Sehingga kepentingan masing-masing suku, jelas akan berlainan dengan keberadaan budaya, agama dan Negara.