Pontianak 1930An – 2002, Kehidupan Budaya Ekonomi, Orang Batak – Jawa

Kehidupan suku orang batak silaban (perompak kapal) terhadap faktor ekonomi budaya di Pontianak, pada kala 1980an – 21 berlanjut menjadi catatan terhadap kebiadaban keberadaan mereka selama di Pontianak,  Kalimantan Barat. 

Apa yang menjadi kontibusi mereka selama hidup politik, ialah “seksualitas“ penyakit bagi penduduk , yang hendak diketahui dengan kehidupan berpindah – pindah dengan pekerjaan, dan kehidupan sosial mereka selaku budaya di setempat Pontianak.

Mimpi, menjadi bagian dari kehidupan sosial mereka terhadap kelas sosial yang mereka terima di masyarakat, dengan identitas budaya mereka selaku manusia. Kehidupan awal, yang brutal, dan dengan pendidikan rendah, guna untuk bertani di pulau Jawa dan Sumatera, menjelaskan perjalanan itu selama di Pontianak itu saja.

Kedatangan mereka hidup di tengah masyarakat, dan perubahan ilmu pendidikan kesehatan yang menyimpang, kepada budaya Batak – Dayak (makan orang), bahu-membahu terjadi pada tahun 1930an di pedesaan Serukam, Kalimantan Barat.

Perjuangan kelas sosial, dan banyak sekali hal terkait dengan kehidupan budaya, menjadi alasan bagaimana mereka hidup dengan penyimpangan ilmu pengetahuan dan kedokteran, pastinya tidak lepas dari campur tangan banyak sekali perguruan Tinggi, dan Universitas di Pontianak dan Tionghoa, dan numpang hidup, sebagai kelas sosial rendah sebelumnya.

Hal ini contohnya “berani ingin menyetuh saya bahkan menjamah”, cuma duduk perkara mengenai faktor kehidupan sosial mempengaruhi mereka, utamanya pada moralitas yang masih rendah dan lingkungan yang membentuk dalam suatu budaya setempat, Indonesia, hilang pada alat vitalitasnya secara paksa Marpaung – Sihombing.

Kesehatan sosial, secara medis menjadi permulaan bagaimana mereka hidup dengan aspek kehidupan sosial mereka secara visual tergambarkan dengan jelas. Kepentingan ekonomi (Tionghoa) dan angkutantidak memiliki aib pula hidup di Indonesia, dan numpang makan di berbagai Negara bahkan di Indonesia, dan berimajinasi untuk masuk pada metode kelas sosial dan identitas keluarga juga dilaksanakan, Sihombing.

  Pemahaman Wawasan Tentang Politik Seksualitas ?

Akal sehat dan kelas sosial, serta berbagai ekonomi politik dan pajak penduduk , sebelumnya menjadi permulaan bagaimana mereka hidup dan berprilaku sesuai karakteristik mereka pada kelas sosial di Indonesia, merupakan bab dari kehidupan penduduk yang memprihatinkan.

Orang Batak disini, memang tidak jauh dari masalah seksualitas terjadi, pada orang Tionghoa Khek – Tiochu dan orang Dayak, hasil dari ekonomi, politik dan pendidikan serta Demokrasi di Pontianak,   tidak juga berlainan dari partai PDI Perjuangan, dapil Kalimantan Barat Cornelis MH dan Sutarmidji MH.

Tidak mengurang rasa hormat dan rasa aib mereka kepada ekonomi budaya mereka terima, dan dapatkan sebelumnya, menjadi permulaan dari pembangunan Pontianak, pada periode 1800an – 2021, menjadi bagian dari catatan sejarah tersendiri, kepada kebrutalan seksualitas mereka secara individu, kelompok, dan etnik di Kalimantan barat.

Hal ini menjelaskan bahwa, kualitas sumber daya manusia yang menyimpang pada ilmu wawasan, menjelaskan banyak sekali hal perihal insan, dan budaya mereka secara nyata, pada tembok agama, baik itu agama Islam – Protestan (HKBP), dan katolik yang merupakan hasil dari seksualitas masyarakat di Kalimantan – Jawa – Sumatera.