Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuknya kami mampu menuntaskan makalah sesuai dengan tugas yang diamanahkan terhadap kami, sehingga makalah ini mampu terselesaikan secara tuntas. Dan pastinya dengan karunia-Nya jualah penulis mampu menuntaskan penulisan Makalah ini pada waktunya.
Shalawat beriring salam tak puas-puasnya kita kirimkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, alasannya adalah cuma dengan petunjuknya dan segala perjuangan upaya dia, kita mampu rasakan kehidupan yang berbudaya, beraturan dan menjadikan kita makhluk yang lebih mulia dihadapan Tuhan.
Harapan saya semoga makalah dengan judul “MEMBANGUN BANGSA MELALUI PERILAKU TAAT” ini membantu kami dalam panunjang penilaian dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini, supaya menjadi lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami berharap kepada para guru, dan teman sekalian untuk menawarkan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga saya mampu memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 1
C. Tujuan ………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 2
1. Pengertian dari Perilaku Taat…………………………………………………… 2
2. Dalil Tentang Perilaku Taat ……………………………………………………. 7
3. Hukum Bacaan Surah An-Nisa’ [4]:59…………………………………….. 8
4. Isi Kandungan dari Dalil Perilaku Taat ……………………………………. 9
5. Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59 ……………………………….. 9
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………… 11
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. 11
B. Sekapur Sirih Kelompok ……………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt yakni yakni khalik, pencipta alam semesta beserta isinya ini, dan Rasulullah Saw adalah delegasi-Nya. Oleh sebab itu siapapun yang sudah berikrar (bersyahadad) maka dengan sendirinya mempunyai suatu kewajiban dalam bentuk ketaatan terhadap keduanya dalam suasana dan kondisi apapun. Ketaatan tersebut dalam artian harus senantiasa taat dan mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ditelurkan secara bareng , pasti selam peraturan itu masih diatas nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari hukum agama Islam. Ketaatan itu bukan cuma harus dilaksanakan pada pemimpin dalam artian luas saja dalam artian sempitpun harus menjadi keseharian kita. Ketatatan yang kita lakukan terhadap Allah, Rasul dan ulil amri merupakan ketaatan yang akan berakibat baik kepada amal ibadah kita selama ketatan tersebut tidak diselimuti oleh aneka macam bentuk kebohongan, penyakit hati, kemunafikan, dan aneka macam sifat lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pegertian dari perilaku taat ?
2. Apa dalil yang memperjelas keharusan muslim untuk memiliki sifat taat ?
3. Apa saja aturan bacaan yang terdapat pada surah An-Nisa’ [4]:59 ?
4. Apa isi kandungan dari dalil yang dijadikan ajaran perilaku taat ?
5. Bagaimana Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59 ?
C. Tujuan
1. Untuk mengenali pegertian dari sikap taat.
2. Untuk mengetahui dalil yang memperjelas kewajiban muslim untuk mempunyai sifat taat.
3. Untuk mengenali aturan bacaan yang terdapat pada surah An-Nisa’ [4]:59.
4. Untuk mengetahui isi kandungan dari dalil yang dijadikan pedoman sikap taat.
5. Untuk mengenali Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59 .
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perilaku Taat
Taat memiliki arti tunduk (terhadap Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan yaitu tindakan atau perbuatan yang mesti dijalankan. Taat pada hukum yaitu perilaku tunduk terhadap langkah-langkah atau perbuatan yang sudah dibentuk baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang yang lain. Aturan yang paling tinggi yakni hukum yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada hukum yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis.
Di bawahnya lagi ada hukum yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Taat pada Allah tidak cuma asal taat, didalam pelaksanaan teknisnya mesti benar dan sungguh-sungguh sesuai dengan kesanggupan yang dimiliki, dan dengan tampa argumentasi apapun menghentikan segala larangan-Nya. Semua yang menjadi perintah Allah Ta’alla telah tidak diragukan lagi niscaya mengandung kemaslahatan (kebaikan), sedangkan yang menjadi larangan-Nya niscaya mengandung kemudharatanya (keburukan) jika dilaksanakan. Kemudharatan (musibah dimana-mana) yang sering terjadi selesai-selesai ini ialah imbas dari tidak acuh segala larangan Allah dan Rasul-Nya.
Allah Swt ialah adalah khalik, pencipta alam semesta beserta isinya ini. Rasulullah Saw adalah utusan-Nya untuk seluruh umat manusia bahkan kelahiran dari dia Saw alam semesta ini mendapat rahmat yang tidak terhitung nilainya harganya. Oleh alasannya itu siapapun yang sudah berikrar (bersyahadad) maka dengan sendirinya lahirlah sebuah keharusan dalam bentuk ketaatan terhadap keduanya dalam situasi dan kondisi apapun. Namun jenis ketaatan seperti yang disebutkan diatas akan lebih sempurna kalau diiringi dengan ketaatan dan kepatuhan terhadap ulil amri atau pemimpin. Ketaatan tersebut dalam artian mesti selalu taat dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditelurkan secara bersama, pasti selam peraturan itu masih diatas nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari hukum agama Islam. Peranan pemimpin sangatlah penting.
Sebuah institusi, dari terkecil hingga pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam suatu negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin sebab dengan ketaatan rakyat terhadap pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keselamatan dan ketertiban serta kemakmuran. Ketaatan itu bukan cuma harus diimplementasikan pada pemimpin dalam artian luas saja dalam artian sempitpun mesti menjadi keseharian kita, seperti kepada orang-orang yang mempunyai kuasa dan kedudukan yang lebih tinggi. Contohnya seorang anak mesti taat dan patuh pada kedua orang tuanya, murid terhadap gurunya, istri kepada suaminya dan aneka macam acuan ketaatan lainnya
.
a. Ketaatan terhadap Allah Swt.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang mampu mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt. menghendaki sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah makna keislaman kita terhadap Allah Swt. Menunaikan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan terhadap Allah Swt. Salah satu teladan taat kepada Allah swt., yakni:
a) melakukan salat fardu lima waktu dengan lapang dada dalam hati;
b) menunaikan zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah;
c) berpuasa di bulan bulan berkat;
d) melakukan ibadah haji bagi yang bisa melaksanakannya;
e) berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang bau tanah;
f) mempertahankan akhlak dikala mengatakan;
g) jujur memegang amanah yang diberikan;
h) sabar ketika tertimpa petaka, dan bersyukur dikala mendapat rezeki;
i) selalu berkalimah thayyibah, tidak berbicara kotor;
j) senantiasa berbuat dan beramal saleh;
k) saling menasihati dengan haq dan kesabaran.
b. Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.
Ketaatan kepada rasul mempunyai posisi sejajar dengan ketaatan terhadap Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini sebab apa pun yang disampaikan, dilaksanakan, serta diharapkan Rasulullah saw. merupakan wahyu dari Allah Swt. Pada ketika yang sama, Allah Swt. selalu menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dikerjakan beliau. Sedikit saja dia bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya pengamanan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau tersadar dari kesalahan.
Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan terhadap Rasulullah saw. merupakan prioritas yang serupa dengan ketaatan terhadap Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh menilai Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt. selaku Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt. selaku Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan alasannya Rasulullah hanyalah manusia umumyang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya bermakna menaati rasulNya. Hal ini alasannya perintah rasul berarti perintah Allah Swt.
c. Ketaatan terhadap Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga yaitu taat terhadap ulil amri. Sebagian ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada banyak sekali peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk mempertahankan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala hal atau aturan atau tata cara yang ada di sekitar dan terkait dengan kita. Oleh alasannya adalah itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan selaku taat pada orang renta, taat pada hukum masyarakat, taat pada norma yang berlaku sampai taat pada komitmen kita terhadap sobat.
Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu yaitu dilarang berlawanan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan hukum Allah Swt. dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita lewati. Kita juga diusulkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan terhadap guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan peran yang guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.Kita juga wajib menghormatinya, contohnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru mampu ditunjukkan dengan selalu mengenang jasa baiknya, mendoakannya, dan berbuat sesuatu yang mengasyikkan hatinya.
Ketatatan yang kita lakukan terhadap Allah, Rasul dan ulil amri merupakan ketaatan yang akan berakibat baik kepada amal ibadah kita selama ketatan tersebut tidak diselimuti oleh banyak sekali bentuk kebohongan, penyakit hati, kemunafikan dsb. Memiliki sifat taat akan menunjukkan akhir yang baik bagi pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, beliau akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mampu dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berlangsung dengan serasi. Manfaat dari perilaku taat yaitu :
a. Mengenali Diri ; Ajaran Allah yang terlihat sebagai bentuk pengekangan justru merupakan cara biar manusia makin mengetahui dirinya. Ketaatan pada Tuhan akan membantu manusia mengukur kadar mutu dirinya sendiri. Dengan mengenali potensi baik dan jelek dalam diri, manusia akan mengenali diri, sehingga tahu apa yang pantas dilakukan dan yang tidak pantas.
b. Rendah Hati ; Semakin taat kepada Allah, makin besar rasa rendah hati kita selaku manusia. Kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta akan menumbuhkan rasa rendah hati bagi sesama. Kebesaran Tuhan memaafkan kesalah manusia akan menumbuhkan rasa welas asih sesama manusia. Inilah pedoman dari Tuhan untuk insan, supaya insan menciptakan kedamaian, bukan penghancuran di muka bumi.
c. Kasih sayang sesama ; Manusia yang taat pada anutan Allah akan selalu mengimplementasikan fatwa-aliran Tuhan dalam hidupnya. Manusia akan senang menolong sesama, menolong sesama dan melindungi yang lemah. Ketaatan pada Allah akan tercermin dari perilaku kita terhadap sesam insan.
d. Optimistis ; Orang yang selalu taat pada Tuhan akan senantiasa terlihat optimis, karena mereka menganggap Tuhan memberi jalan bagi insan yang senantiasa berusaha melakukan kebaikan. Sikap optimis akan menolong manusia mewujudkan cita-citanya.
e. Akrab dengan Lingkungan ; Lingkungan ialah mahluk hidup ciptaan Allah, oleh alasannya itu manusia patut menjaga dan memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan sama dengan menyelamatkan kehidupan seluruh mahluk hidup yang mengambil manfaat di alam.
f. Manfaat Perdamaian ; Allah tidak senang permusuhan terlebih pertengkaran, oleh karena itu bila insan taat pada Allah, maka insan bisa menghindarkan dirinya darinya pertengkaran sesama insan.
g. Hubungan dengan Mahluk Lain ; Salah satu dongeng di kurun kemudian yang sungguh menyentuh ialah, dongeng seorang pelacur yang masuk surga karena menolog seekor anjing yang kehausan. Hewan yakni mahluk hidup, dan juga ciptaan Allah, mencintai binatang memiliki arti mengasihi mahluk yang diciptakan oleh Allah.
h. Menikmati Rasa Syukur ; Allah selalu bermurah hati pada hambanya yang selalu taat dan mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Jika insan diuji dengan harta, maka sepatutnya insan membelanjakan harta di jalan yang benar mirip menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Cara Allah menguji kita dengan harta akan menciptakan insan belajar bersyukur dengan rejeki yang dimiliki, dan kian peduli dengan kondisi sesama insan.
i. Rasa Hormat ; Allah membenci anak yang tidak menghargai dan menghormati orangtuanya. Allah menyuruh supaya-biar setiap anak wajib mematuhi dan mendengar kedua orangtua alasannya adalah orangtua lah yang membesarkan anak dari kecil hingga sampaumur. Perintah ini membuat insan lebih peka dengan kesusahan orang renta sehingga seorang anak senantiasa melaksanakan kebajikan untuk merenggangkan beban orang tuanya.
j. Masyarakat tanpa fitnah dan bergunjing ; Allah melarang manusia bergunjing kejelekan orang lain dan hadist meriwayatkan bahwa insan yang senang bergunjing sama dengan memakan bangkai dirinya sendiri. Orang yang senang bergosip sama dengan seseorang yang mengeluarkan bau busuk dalam dirinya. Larangan ini ditujukan semoga manusia menjauhi perbuatan menggunjing karena bergunjing tidak menenteng manfaat bagi sesama.
k. Ketenangan Batin ; Mengapa Allah melarang insan bergunjing alasannya adalah dari hasil bergosip senantiasa mengakibatkan fitnah. Allah mengibaratkan jikalau fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Mentaati perintah Allah untuk tidak bergosip memiliki arti menyelamatkan diri Anda dari fitnah yang berbahaya.
2. Dalil Tentang Perilaku Taat
1) Surah An-Nisa’ [4]:59
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jikalau kau berlainan pendapat ihwal sesuatu, maka kembalikanlah terhadap Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), bila kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari lalu yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik balasannya “.
2) Surah At-Tagabun [64]:12
Artinya:
“Dan taatlah terhadap Allah dan taatlah kepada rasul, kalau kau berpaling, maka sebetulnya kewajiban rasul kami hanyalah memberikan (amanah Allah) dengan jelas “.
3) Surah .An-Nuur ayat 54
Artinya :
Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan kalau kau berpaling maka sesungguhnya keharusan rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan keharusan kau sekalian yaitu semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kau taat kepadanya, niscaya kau menerima isyarat . Dan tidak lain keharusan rasul itu melainkan memberikan (amanat Allah) dengan terperinci”.
4) Hadis Nabi Muhammad saw :
Artinya :
“Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi Muhammad saw.: Beliau bersabda, “Seorang Muslim wajib patuh dan setia kepada pemimpinnya, dalam hal yang diminati maupun tidak disenangi, kecuali beliau diperintah untuk melaksanakan maksiat, ia dihentikan patuh dan taat kepadanya”. (H.R. Muslim ).
3. Hukum Bacaan Pada QS. An-Nisa ayat 59
Berikut yaitu uraian tajwidnya :
1. Yang diberikan tanda bulat warna hijau tajwidnya = Mad jaiz mufassil
2. Yang diberikan tanda lingkaran warna ungu tajwidnya = Mad badal
3. Yang diberikan tanda bundar warna biru tajwidnya = Lam jalalah tafkhim
4. Yang diberikan tanda bulat warna cokelat tajwidnya = Lam jalalah tarqiq
5. Yang diberi kan tanda garis wana ungu tajwidnya = Mad tabi’i
6. Yang diberi kan tanda garis wana kuning tajwidnya = Alif lam syamsiah
7. Yang diberi kan tanda garis wana merah tajwidnya = Alif lam qamariah
8. Yang diberi kan tanda garis wana hijau tajwidnya = Ikhfa
9. Yang diberi kan tanda garis wana biru tajwidnya = Mad layyin
10. Yang diberi kan tanda garis wana merah muda tajwidnya = Idgam bigunnah
4. Isi Kandungan Surah
1) Isi kandungan pada QS. An-Nisa ayat 59 yakni:
a. Perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri atau Pemimpin.
b. Apabila terjadi perbedaan pendapat maka hendaklah dikembalikan ke Allah dan Rasulnya.
2) Isi kandungan pada QS. At-Tagabun ayat 12 yakni:
a) Perintah untuk taat pada Allah dan Rasul.
b) Kita diberi opsi oleh Allah untuk mengikuti jalan yang baik atau buruk
3) Isi kandungan pada QS. An-Nur ayat 54 ialah:
a. Perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul.
b. Menjalankan kewajiban dan apa yang sudah kita tanggung jawabkan dengan sebaikbaiknya.
5. Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan yang lain yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan riwayat ringkas: bahwa turunnya ayat ini (An-Nisa ayat 59) berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais dikala diutus oleh Nabi Saw memimpin sebuah pasukan.
Keterangan:
Menurut Imam Ad-Dawudi riwayat tersebut menyalahgunakan nama Ibnu Abbas, karena cerita tentang Abdullah bin Hudzafah itu yakni selaku berikut: “Di ketika Abdullah marah-murka pada pasukannya dia menyalakan api unggun, dan memerintahkan pasukannya untuk terjun ke dalamnya. Pada waktu itu sebagian menolak dan sebagian lagi nyaris menerjunkan diri ke dalam api”. Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa Abdullah mengapa ayat ini dikhususkan untuk mentaati Abdullah bin Hudzafah saja, sedang pada waktu yang lain tidak. Dan sekiranya ayat ini sesudahnya, maka menurut hadis yang sudah mereka ketahui, yang wajib ditaati itu ialah di dalam ma’ruf (kebaikan) dan tidak pantas dibilang kepada mereka mengapa dia tidak taat.
Al-Hafidz Ibnu Hajar beropini bahwa maksud kisah Abdullah bin Hudzafah, munasabah disangkut pautkan dengan alasan turunnya ayat ini (An-Nisa ayat 59) karena dalam dongeng ini dituliskan adanya perbatasan antara taat pada perintah (pemimpin) dan menolak perintah, untuk terjun ke dalam api. Di ketika itu mereka perlu akan petunjuk apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini (An-Nisa ayat 59) turun menunjukkan petunjuk terhadap mereka bila berbantahan hendaknya kembali kepada Allah dan Rasul-Nya.
Menurut Ibnu Jarir bahwa ayat ini (An-Nisa ayat 59) turun berkenaan dengan Ammar bin Yasir yang melindungi seorang tawanan tanpa perintah panglimanya (Khalid bin Walid) sehingga mereka bertikai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taat pada hukum yakni perilaku tunduk terhadap tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang yang lain. Taat pada Allah tidak hanya asal taat, didalam pelaksanaan teknisnya mesti benar dan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan dengan tampa argumentasi apapun menghentikan segala larangan-Nya. Memiliki sifat taat akan menunjukkan akhir yang bagus bagi pemiliknya. Jika setiap orang sudah mengerti maksud perilaku ini, beliau akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.
B. Sekapur Sirih Kelompok
Beberapa pendapat dari anggota kalangan kami tentang perilaku taat adalah:
a Nur Fadillah : Menurut saya perilaku taat ialah pembuktian atau wujud keimanan kita pada Allah swt dan Rasul juga ialah hukum atau aturan agar bisa tercipta keselarasan atau kedamaian untuk diri kita maupun lingkungan.
b. Rilang Hartati : Melakukan apa yang ditugaskan tetapi dalam hal aktual.
c. Nanda Nur Qur’ana : Patuh dalam peraturan atau menaati peraturan yang ada.
Sumber :
Kelompok 4 (Al-Zalzalah)
Nur Fadillah
Nanda Nur Qur`ana
Rilang Hartati
Siti Nur Namirah
Putri Aprilia
SMAN 1 KENDARI
SOBAT .. TERTARIK UNTUK MEMBAGIKAN TUGAS SEKOLAH ATAU KULIAH AGAR BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN ??
DARIPADA TUGASNYA DISIMPAN DAN PENUH DI LAPTOP,, YUUK BAGI DI BLOG INI..
SILAHKAN KIRIMKAN TUGAS KALIAN KE EMAIL : annisawally8@gmail.com
TERIMA KASIH DAN SALAM SUKSES… 🙂
Wallahu a’lam..