Planning Pelaksanaa Studi Masalah

BAB III
RENCANA PELAKSANAAN STUDI KASUS

A.Rencana Pengkajian Fisioterapi
1.    Anamnesis
            Anamnesis ialah cara pengumpulan data dengan Tanya jawab antara terapis dengan sumber data.dilihat dari segi pelaksanaan anamnesis dibedakan atas dua adalah : Autoanamnesis,ialah anamnesis yang pribadi ditujukan kepada pasien yang bersangkutan Heteroanamnesis,merupakan anamnesis yang dilaksanakan terhadap orang lain (keluarga,temanataupun orang terdekatdengan pasiesn yang mengenali kondisi pasien tersebut). Anamnesis yang mau dilaksanakan berupa :
a.       identitas Penderita
              Identitas penderita mencakup nama, umur,jenis kelamin,agama,alamat, dan pekerjaan penderita sangat menentukan timbulnya Spondyloatrosis Cervikal.
b.      Keluhan utama
              Merupakan suatu gejala, gangguan ataupun unek-unek utama yang pertama kali dinikmati penderita dan mendorong penderita untuk mencari bantuan atau pengobatan. Dari pasien diperoleh informasi bahwa pasien mengeluhkan adanya nyeri dan kekurangan gerak pada leher yang lalu meganggu aktifitas sehari-hari.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
              Memperincikan unek-unek utama di dalam hal ini ditanyakan dua hal yaitu : 1. Riwayat perjalanan penyakit yang menggambarkan riwayat penyakit secara kronologis dengan terperinci dan lengkap. Tentang masing-masing gejala itu muncul dan kejadian apa yang bekerjasama timbulnya gejala. 2. Segala pengobatan yang dilakukan sebelumnya dan bagaimana jadinya.
              Pada kasus ini umumnya pasien tidak mampu melakukan gerakan feksi,ekstensi,lateral fleksi kiri dan lateral fleksi kanan.
d.      Riwayat penyakit dulu
              ditanyakan tentang penyakit yang pernah dialami pasien yang bekerjasama dengan penyakit kini. Pada masalah ini umumnya pasien pernah mengalami syok. Hanya saja alasannya adalah penggunaan yang berlebihan.
e.       Riwayat penyakit penyerta
              Merupakan riwayat penyakit yang menyertai penyakit yang sedang diderita saat ini.pada pasien tidak di dapat adanya penyakit yang menyertai terjadinya masalah ini.
f.  Riwayat penyakit langsung
              Merupakan riwayat penyebab penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan dan pekerjaan penderita.hasil yang diperoleh adalah os ibu rumah tangga yang mana kegiatan sehariannya mengolah masakan,mencuci,menyapu,menyiram bunga dan lain-lain.
g.      Riwayat penyakit keluarga
               Dalam hal ini apakah ada diantara keluarga penderita yang mengalami penyakit yang serupa.Pada penderita diperoleh info bahwa tidak ada keluarga os yang mengalami penyakit yang sama.
2.    Pemeriksaan fisik
a.       Tanda Vital
              Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengenali keadaan penderita, dari investigasi vital sign ini akan diperoleh perihal tekanan darah,denyut nadi,frekuensi pernapasan,temperature,tinggi badan dan berat tubuh.
b.      Inspeksi
              Inspeksi ialah salah satu pemeriksaan dengan cara menyaksikan dan memperhatikan.inspeksi dikerjakan dengan cara statis (membisu) dan dinamis (bergerak). Biasanya pada perkara ini, inspeksi statis ditemukan hasil : 1. Wajah pasien tidak terlihat pucat. 2. Bahu tida simetris. 3. Atropi pada otot sekitar leher. Pada inspeksi statis,adanya gangguan pada leher saat bergerak.
c.       Palpasi
              Palpasi ialah pemeriksaan yang dilaksanakan dengan cara memegang, meraba, menekan bagian yang mengalami gangguan. Yang dapat dipalpasi yaitu keadaan suhu di daerah leher dalam batas normal, pada kasus ini biasanya terdapat adanya spasme dan nyeri pada otot sekitar leher.
d.      .Auskultasi
              Pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop, pada keadaan spondyloatrosis cervical pemeriksaan ini tidak pelu dijalankan.
e.       Perkusi
              Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk, bab badan mana yang mau diperiksa. Pada perkara ini perkusi dikerjakan.
f.       Kognitif,intra dan interpersonal
              Kognitif dikerjakan untuk menilai kesanggupan pasien dalam menjawab pertanyaan terapis dan kemampuan menanggapi perintah terapis. Pada penderita spondyloartrosis cervical lazimnya kognitif, umumnya baik pasien mampu menjawab pertanyaan dan bisa menanggapi perintah terapis. Intra personal ialah kesanggupan pasien menerima  keadaan dirinya dan kemauan pasien untuk sembuh.Inter personal korelasi interaksi antara seseorang dengan orang disekitar lingkungan. 
g.      Kemampuan fungsional
            Kemampuan pasien untuk melaksanakan gerakan secara aktif pada leher serta kesanggupan pasien untuk melaksanakan gerakan secara optimal pada leher.
h.      Aktivitas fungsional
            Didalam kegiatan fungsional penulis akan mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan leher, mirip melihat ke kiri dan kenan, serta kesanggupan aktifitas perawatan diri. 
3.    Pemeriksaan gerak dasar 
            Periksaan gerak dasar meliputi : a. gerak aktif , b. gerak pasif,  c.gerak isometric atau melawan tahanan.
a.       Gerakan aktif
              Pemeriksaan ini dilaksanakan atas seruan terapis dengan menunjukkan arahan terhadap pasien untuk melakukan gerakan. Terapi melihat seberapa mampu pasien dapat menggerakan sendiri gerakan-gerakan tersebut.info yang diperoleh dari investigasi ini yaitu perihal rasa nyeri,LGS,kekuatan otot dan kerjasama gerakan. 
b.      Gerakan pasif
               Pemeriksaan ini dilaksanakan sepenuhnya oleh terapis, sementara pasien dalam keadaan pasif dan rileks. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengenali ada tidaknya kekurangan LGS,end feel, provokasi nyeri, dan kelenturan otot.jikalau sampai pada final gerakan tidak mampu dilakukan, semestinya gerakan tersebut tidak dipaksakan dan ditanyakan unek-unek pasien,oleh alasannya selesai LGS sungguh diperlukan untuk mengetahui end feel.
c.       Gerakan isometric melawan tahanan
               Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh pasien secara aktif, sementa terapis memberi tahanan melawan gerakan yang dikerjakan pasien. 
4.    Pemeriksaan spesifik 
               Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang dibutuhkan sebagai informasi dalam menegakan diagnose ataupun menyusun duduk perkara tujuan dan langkah-langkah fisioterapi .adapun investigasi yang dilaksanakan antara lain :
a.       Pemeriksaan skala nyeri
               Pemeriksaan nyeri pada perkara ini parameter yang digunakan ialah visual analog scale (VAS).Skala VAS ( Visual Analog Scale) ialah sebuah garis lurus mendatar sepanjang 10 cm tanpa penanda/ grid. Diujung kiri (0 cm) terbukti tanpa nyeri dan ujung kanan (10 cm) tertulis nyeri tidak tertahankan. Prosedur pelaksanaan, subyek diberi penjelesan perihal cara mengisinya. Skor VAS dijumlah berdasarkan jarak dari titik 0 mm sampai tanda yang dibentuk subyek yang merefleksikan nyeri saat ini.  
b.      Pemeriksaan LGS (Luas gerak sendi) memakai Goniometer.
Goniometer yaitu persyaratan pengukuran ukuran untuk evaluasi/pengukuran besarnya luas gerak sendisesuai dengan ISOM.
c.       Test-test yang dilaksanakan untuk pemeriksaan spesifik ialah :
1)      Tes Provokasi
      Test ini ini dilakukan dengan cara posisi leher di ekstensikan dan
 kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tahanan kebawah pada puncak kepala. Hasil aktual jika terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah ritasi kepala.
2)      Tes distraksi
      Test ini dilakukan dengan cara posisi pasien duduk di bangku.
 Fisioterapi berada di samping badan pasien, tangan fisioterapi memegang dagu bagian bawah dan tangan yang satu lagi memegang occiput lalu perlahan lahan fisioterapi mengangkat kepala pasien. Test ini di kerjakan dalam waktu 30-60 detik. Pada perkara ini di dapati hasil aktual dimana penderita merasa tenteram alasannya adalah dengan dilakukan test distraksi maka aksentuasi pada saraf cervikalis akan berkurang.
3)      Tes valsava
      Test ini dilakukan dengan cara pasien disuruh mengejan sewaktu dia
menahan nafasnya. Hasilnya aktual bila muncul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan. Dengan tes ini diketahui intaracranial naik kalau terdapat proses desak ruang di canalis vertebra bagian cervical. Dengan naiknya tekanan intracranial maka akan menghidupkan nyeri radikuler.
A.    Pelaksanaan Fisioterapi
            Penanganan yang dilakukan pada kasus Spondylosis Cervikal ini berbentukkonservatif. Berdasarkan tujuan yang sudah diterapkan fisioterapi dapat menunjukkan penatalaksanaan fisioterapi pada penderita Spondylosis Cervikal dengan memakai modalitas berupa:
1.      Pelaksaan Ultra Sound
                        Ultra sound yakni suatu Getaran mekanik dengan gelombang
 longitudinal yang berlangsung lewat medium tertentu dengan frekuensi yang variable yang berkisar 0,7 MHz-0, 10 MHz. 
a.       Persiapan alat
      Sebelum melakukan terapi terlebih dahulu dipersiapkan bed atau
 matras. Kemudian periksa kabel dan tranduser yang hendak digunakan apakah dalam keadaan baik atau tidak.      
b.      Persiapan penderita
      Sebelum diberikan terapi, posisi pasien mesti tidur telungkup dan
serileks mungkin. Kemudian di daerah leher yang hendak diterapi harus terbebas dari pakaian dan materi logam. Setelah itu kawasan leher pasien mesti dibersihkan, dapat menggunakan sabun atau alcohol 70%. Lalu rambut yang terlalu lebat semestinya dicukur. Sebelum diberikan terapi terlebih dahulu terapis menjelaskan mengenai efek yang akan muncul dari alat tersebut dan imbas dari terapi atau hasil yang ditemukan dari derma terapi tersebut.
c.       Pelaksanaan
      Posisi pasien tidur telungkup kemudian terapis mengoleskan oil, cream, gel
atau pasta kea rah leher yang berkisar 20 cm. sesudah itu terapis meratakan gel tersebut keseluruh leher.kemudian terapis menyetel parameter pada mesin ultra sound dengan sistem langsusng dengan takaran yang cocok untuk daerah leher dimana durasi terapi 5-10 menit, frekuensi terapi 3-5 x/ahad dan intensitas terapi diberikan sesuai dengan toleransi pasien kepada alat. Setelah itu treatment-head atau tranduser digerakan terus-menerus selama terapi dengan gerakan atau irama serkuler atau longitudinal secara secara perlahan-lahan dan tekanan kepada kulit tidak boleh terlalu keras.
d.      Persiapan akhir
                        Terapis mematikan mesin, lalu terapis membersihkan bagian
leher pasien dan tranduser dengan tissue atau handuk.
e.       Teknik pelaksanaan stretching
a.       Pesiapan alat
                        Sebelum melakukan pengobatan, terlebih dahulu menyiapkan alat-
alat yang diharapkan seperti bed, anduk dan bangku.
b.      Persiapan penderita
            Penderita ditempatkan senyaman mungkin, bab yang diterapi dibebaskan dari pakaian :
  1. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8 kali.
  2. Kepala di arahkan ke atas dan kebawah.
  3. Letakan kedua tangan di dagu dan dorong kebelakang, namun kepala menekan ke arah depan(arah nya bertentangan) terasa jika ada kontraksi. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot cervical.
  4. Letakan ajudan di kepala bab kanan, letaknya diatas indera pendengaran.Lakukan tekan yang sama seperti gerakan pertama. Lakukan 5 hitungan atau 5 detik.
  5. Lakukan hal yang sama pada sisi kepela bab kiri.
  6. Conta rileks stretching, kepala menunduk dan putar keluar.
  Tata Cara Observasi


DAFTAR PUSTAKA
Alfin Hamdy. FISIOTERAPI PADA PENDERITA LBP AKIBAT SPONDYLOSIS. 2010. http://fisioterapishamdia Ifin. blogspot.com

Cailliet Rane, Neck and arm Pain ; Edisi ke-3. USA: F.A. Davis Co; 1991.
De Wolf and Mens, 1994 ; Pemeriksaan Alat Gerak Tubuh ; Bohn StafleuvonLoghom, Houte Seventeen.

Edwin, 2010 : Desk Streching. Dikutip 27 Januari, 2010 dari

Hudaya, Prastya, 2009, Rematologi ; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan    Fisioterapi, Surakarta.

Irfan. Nyeri leher. 2012. http://dhaenkpedro.wordpress.com/nyeri-leher/
Kiner C, 1990, Thrapeutik Exercise Foundations and techniques. Third Edition, F.A.Davis company Philadelphia

Kuntono, H.P, 2000, Management Nyeri Muskuloskletal ; Temu ilmiah 
            Tahunan Fisioterapi XV, Semarang


Syafruddin BAC, Anatomi fisiologi; Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1992.

Taruna, Yuda Diagnosa dan Tatalaksana pada Radiokulopa; Pendekatan ti Cervical ;www.mediastore.com