Temuan dan catatan perjalanan kebinasaan dari konsumsi di masyarakat etnik, rumah tangga, dan hutan menerangkan dengan adanya pertemuan suatu Jiwa dana lam insan selaku manusia dan non insan, Hal ini menerangkan karakteristik penduduk berdasarkan Etnik, Bahasa, dan budaya serta Agama di masyarakat.
Misalnya dalam hal ini Islam – Katolik lekat dengan duduk perkara masakan dan minum, serta pantang dan puasa. Hal ini menjelaskan tingkat kekerasan iktikad, kuliner yang dimakan, dan bagaimana orang tersbeut bekerja, serta berbahasa.’
Ketika setiap injil yang diseleksi dapat dimengerti bagaimana mereka mengatakan dan injil mana yang diseleksi dalam hal ini, misalnya mereka hidup dari konsumi kuliner, mereka tentunya akan menghujat, lazimnya ada pada Tionghoa Khek dan Tiochu serta Kristen di pedesaan yang hidup tidak bekerja, menuai dalam metode pertanian.
Nah, disitu dapat diperiksa kembali bagaimana mereka jail, dan iseng dalam metode konsumsi, pertanian, dan berbagai hal terkait dengan tata cara budaya dan agama mereka sehari – hari. Apa yang hendak dikerjakan dikala mereka melakukan pekerjaan , dan makan dan minum, dalam sebuah perayaan kehidupan beragama di Pontianak contohnya, dan kekerasan dalam pekerjaan dan agama.
Ketika membahas karakteristik seseorang hendaknya akan dipahami dari setiap olahan tangan yang dijalankan menurut ketekunannya. Tetapi, rakyat di Indonesia oleh President Jokowi, hanya seksualitas hendak berbedaan ragam budaya dan pedoman agama yang mendalam kepada suatu non insan.
Sehingga, muncul sebuah pertanyaan misalnya kenapa tidak melakukan pekerjaan ? apa yang terjadi, bagaimana hal tersebut buat setiap yang ditinggal mampu merasa tenteram dalam hal ini. Apakah ada sebuah kejahatan dalam, masing – masing individu sebelumnya. Hal ini menerangkan aneka macam factor dan konflik agaria yang terjadi di pedesaan.
Tidak terkecuali mereka yang kehidupan dan karakteristik mereka bersembunyi dibalik pertanahan contohnya, menghujat alasannya sistem keluarga yang tidak baik, yang berujung pada aspek ekonomi itu yang terjadi.
Sehingga terjadi resistensi, urbanisasi, dan yang lain menimbulkan banyak sekali hal terkait budaya bekerja mereka pada ekonomi politik perkotaan dalam hal ini menerangkan. Itu yaitu suatu kebiasaan penduduk , dan akhlak serta moralitas yang terjadi pada kelas sosial sebelumnya.
Biasanya terjadi pada masyarakat Orang Batak – Tionghoa – Dayak, ketika melakukan pekerjaan dan secara kolektif melaksanakan kecurangan, dan hidup berdasarkan kejahatan ekonomi yang mereka ciptakan hingga saat ini. Itu yaitu orang Batak Sihombing (makan orang), (Katolik – Protestan – Budha) di Pontianak – Jakarta, dan hukum yang tidak menjeratnya (Lai), sembunyi pada persekolahan gembala baik – petrus.
Karena psikologis manusia sebagai makan orang di mana – mana Orang Batak – Tionghoa (khek – Tiochu). Apa kepentingannya, tentunya dengan moralitas dan akhlak yang begitu jelek di masyarakat yang hidup terkesan mirip hewan, dan berani menyadang dokter (kasar, Sihombing) (dan pendidik, masyarakat sebetulnya.
Memeras tenaga dengan upah rendah, otak siapa kah itu, tetapi bekerja diperusahaan ajaib seperti teknologi dan alat berat, mau honor tinggi, kan brengsek orang mirip itu, birokrasi yang bobrok itu yang menjadi faktual.
Pada Kehidupan Jawa kelas sosial rendah, anak buruh kapal bahwa anaknya baik padahal kelakuannya buruk kan begitu, itu yaitu fase binatang dan numpang hidup (Batak Sihombing – Marpaung – Siregar – Jawa).
Biasanya mau hidup tenteram namun tukang ngentot (nafsu seksualitas) itu Batak di Pontianak, itu yaitu pohonnya. Sebagai kejujuran mereka melakukan pekerjaan sebelumnya sebagai maling (perkebunan, pertanian, birokrasi) itulah keadaan masyarakatnya.