“LA TAKHAF WALA TAHZAN”, JANGAN TAKUT JANGAN GUNDAH
Ulama kharimastik Aceh, Tgk Muhammad Amin Mahmud atau lebih dikenal dengan Abu Tumin pernah berpesan kepada Irwandi pada awal tahun 2017 sebelum Ia terpilih sebagai Gubernur Aceh selaku berikut “la takhaf wala tahzan, jangan takut jangan bingung.”
Apa sebenarnya maksud dari dari pesan Abu Tumin tersebut? Beliau meminta Irwandi untuk tidak pernah takut dengan segala bentuk bahaya yang menghalangi niat baiknya untuk membela kepentingan rakyat Aceh. Apalagi, Irwandi pernah memimpin Aceh sebelumnya, Ia selalu mendengar bunyi rakyat dan pernah berbuat dan banyak faedah dirasakan masyarakat Aceh.
Irwandi ialah salah satu tokoh perjuangan dan pemimpin tempat yang cukup akrab dengan para ulama. Karena Ia sangat menyadari sejarah Aceh sampai kini tidak terlepas dari restu dan tugas para ulama. Ulama menjadi corong pembangunan dalam konteks penegakan Syariah Islam di Aceh.
Oleh karena itu, demi menjaga kesinambungan para penerus tahta ulama di Aceh, Irwandi pernah mencetus program Aceh Hebat bidang keagamaan melalui “Aceh Meuadab” yang dibahas dengan para ulama untuk dituangkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh.
Esensi dari program Acèh Meuadab yaitu untuk mengembalikan khittah Aceh selaku Serambi Mekkah lewat implementasi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari melalui:
- Penguatan pendidikan yang berbasis nilai-nilai etika dalam setiap tingkatan pendidikan termasuk pendidikan dayah;
- Melakukan penguatan budaya penduduk adab yang mempunyai pengaruh kepada kenaikan kepekaan sosial;
- Penguatan keberadaan kelembagaan institusi keislaman dalam menyebarluaskan nilai-nilai keislaman;
- Mendorong sifat ketauladanan yang positif dari pimpinan masyarakat di setiap tingkatan.
Sebagai wujud kepedulian kepada para ulama Aceh Irwandi mendirikan Badan Dayah dengan tujuan mendorong tumbuhnya nilai penegakan Syariat Islam dengan mencetak santri-santri dayah yang unggul ke depan yang menjadi penerus para ulama-ulama dayah.
Ia ingin membantu pengembangan dayah dengan cara memberi pertolongan ke dayah-dayah, untuk menghindari pimpinan dayah menjinjing ajuan kemana-mana untuk mencari pemberian. Irwandi pernah mengatakan “Ulama hana payah jak bak kanto Gubernur lake santunan, lon yang hendak peutroeh langkah kolam dayah ureung droe neuh”
Begitulah bentuk penghormatan Irwandi kepada ulama-ulama di Aceh. Ia mempunyai ekspektasi yang cukup tinggi, lewat acara Aceh Meuadab yang telah Ia rancang mampu mendukung pengembangan dayah di Aceh sehingga ulama-ulama akan tetap konsentrasi dalam mendidik generasi Islam tanpa terusik dengan hal-hal penghambat teknis.
Semoga polemik anggaran terkait dengan realisasi dana hibah untuk seluruh dayah di Aceh bisa segera mendapatkan penyelesaian. Alangkah tidak etisnya kita Aceh yang punya kekhususan hanya berkonsentrasi pada pendidikan formal mulai dari SD, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengan Atas hingga- hingga ada berbagai program khusus dengan perguruan tinggi, namun melupakan pentingnya pendidikan agama untuk mendidik moral generasi Aceh kedepan melalui dayah.
Apabila Irwandi ada Aceh, Ia tidak akan membiarkan hal ini berlarut-larut tanpa solusi. Ia akan selalu ingat pesan Abu Tumin, “la takhaf wala tahzan, jangan takut jangan galau”. Ketika kita memiliki niat baik untuk kemaslahatan banyak pihak, insyaallah Allah akan memperlihatkan jalan jika kita mau berupaya mencari jalan keluar. “Sikap Seorang Pemimpin Adalah Kunci Sebuah Keberhasilan atau Kegagalan”.
Pesan Singkat Abu Tumin Kepada Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh |
Mudah-mudahan doa rakyat Aceh yang terus menerus dan doa para ulama yang tidak henti-hentinya berdoa terhadap Allah untuk kebebasan Irwandi, insyaallah akan terkabul. Amin Ya Rabbal Alamin!