Perkembangan Agama Anak Usia Dini –Perkembangan Sikap Beragama Anak Usia 0-4 Tahun. Makna sikap beragama mempunyai arti yg sungguh luas & bermuara kearah hal-hal yg mulia selaku perwujudan insan sebagai mahluk ciptaanNya.
Sikap beragama merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah tehadap setiap sikap anak & acara melalui langkah-langkah & anutan yg bersifat fitrah menuju manusia yg seutuhnya.
Sikap beragama merupakan sebuah hal yg sungguh penting yg diharapkan, Karena spiritual yakni dasar bagi tumbuhnya harga diri, susila & rasa memiliki, memberi arah & arti pada kehidupan.
Sikap beragama merupakan suatu kepercayaan akan adanya kekuatan non fisik yg lebih besar daripada kekuatan diri insan & suatu kesadaran yg menghubungkan insan eksklusif pada sang maha pencipta.
Hal ini mampu dimengerti anak dgn adanya rasa kagum atas ciptaan Allah & gejala alam yg dapat dicicipi & dialaminya, seperti adanya angin, hujan, matahari yg senantiasa terbit & terbenam.
Pendidikan agama mempuayai suatu landasan pokok, yakni penanaman dogma pada diri anak sebagai bekal kehidupannya dimasa yg akan tiba.
Tugas utama dr orangtua atau orang akil balig cukup akal terhadap anak dlm menanamkan keimanan pada anak perlu waspada baik dlm acuan hiasan, tulisan maupun perbuatan. Penanaman kesanggupan pada anak-anak bermaksud biar dlm jiwa anak berangsur- angsur tertanam perasaan cinta pada Tuhan & agama.
Agama merupakan pondasi awal untuk menanamkan rasa keimanan pada diri anak. Dalam agama terdapat dua unsure yg sungguh penting yakni kepercayaan & sistem yg mana kedua unsur ini tak mampu dipisahkan satu sama lain.
Pada usia 0-2 tahun, merupakan masa ketergantungan kepada orangtua, bawah umur kecil menemukan tingkah lakunya hamper seluruhnya lewat pola peniruan. Walaupun anak kecil itu tak mengetahui arti perbuatan tersebut, ia menurukan apa yg dilihatnya & memilih pola hidupnya untuk yg baik atau yg jelek. Konsepsi anak kecil wacana Allah sebagian besar diputuskan oleh konsep & sikap orang renta terhadap Allah.
Anak yg berumur 2-3 tahun mampu memahami Al-Qur’an datangnya dr Allah. Oleh karena kenangan mereka belum sanggup menerima amanah & perbendaharaan katanya terbatas maka konsepsi mesti diajarkan berulang-ulang dgn berbagai cara. Anak balita menyukai pengalaman ini.
Cerita-kisah Al-Qur’an harus senantiasa disebut selaku kebenaran & diajarkan dr Al-Qur’an yg terbuka. Anak balita menggandakan orangtuanya, guru, & kakaknya. Mungkin ia tak mengerti maksud perbuatan-perbuatan tersebut, tetapi ia menggandakan apa yg diliat & kesudahannya hidupnya ikut teladan orang-orang yg ditirunya, hal ini sering kali menyangkut perasaan anak pada Tuhannya.