Topik tentang sikap menyimpang yakni topik yg banyak memanggil perdebatan di penduduk , dlm hal menentukan mana sikap yg dianggap menyimpang, memilih perilaku mana yg perlu dihukum, siapa pihak yang memilih dll. Perilaku yang dianggap wajar di satu penduduk mungkin akan dianggap menyimpang pd masyarakat yg lain. Jadi adanya perbedaan dalam nilai yg dianut adalah sumber dari adanya perbedaan dlm pendefinisian perihal penyimpangan.
Pada biasanya orang berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah sebuah sikap yang jelek, sebab sikap tsb dpt menimbulkan duduk perkara sosial. Pandangan tsb diberikan lebih dikarenakan akhir negatif yg ditimbulkan oleh sikap menyimpang dan para hebat menyebutnya dg rancangan disfungsi. Tetapi perilaku menyimpang juga memiliki konsekuensi kasatmata bagi kehidupan sosial & hal tsb disebut dg fungsi, dimana banyak orang yg menyimpang dari norma yg kemudian malah menciptakan peluang untuk mereka untuk diakui identitas & pekerjaan menyimpangnya. Fungsi dari perilaku menyimpang antara lain menciptakan konformitas, memperkuat ikatan kalangan & menjadikan adanya pergeseran.
Apapun konsekuensi sosial sebuah sikap menyimpang apakah difungsional maupun fungsional, perilaku meyimpang bukanlah sesuatu yg memiliki makna baik atau jelek. Tetapi lebih mengarah pada konsekuensi dari terjadinya sikap menyimpang, ada yg mengarah pada stabilitas, pemeliharaan & kelangsungan metode tetapi ada pula yg mengarah terjadinya disorganisasi sosial . Apapun kasusnya perilaku menyimpang yaitu sesuatu yg tidak dpt terhindarkan kejadiannya di dlm penduduk .
Relativisme budaya berpendapat bahwa perilaku, pandangan baru & sebuah produk dpt dikenali dalam konteks budaya & masyarakat dimana perilaku, wangsit & produk tersebut bab dari metode tersebut. Pandangan relativisme menyaksikan bahwa penyimpangan dpt diinterpertasi cuma dlm konteks sosio kultural dimana penyimpangan tersebut terjadi. Misalnya membunuh bukan suatu sikap menyimpang kalau terjadi dlm suasana perang, namun akn menjadi perilaku menyimpang jikalau dilakukn oleh seorang anak kepada temannya di sekolah.
Subkultur sikap menyimpang muncul ketika orang yg menyimpang membentuk komunitas sendiri dengan norma dan nilai mereka sendiri. Subkultur perilaku menyimpang tersebut akan menjaga mereka tetap dlm sebuah lingkungan dlm bekerjasama dgn orang yg “normal” dimasyarakat. Mungkin Anda kerap kali menyaksikan bahwa para pengemis, anak jalann, penjahat ataupun pemulung sesungguhnya punya komunitas sendiri dgn sesama pelaku menyimpang lainnya dimana mereka bisa saling bebas berinteraksi, tanpa harus takut ataupun canggung satu dgnlainnya alasannya adalah nilai & norma yg dianutpun akan condong sama, meskipun penduduk akan melihat bahwa komunitas mereka menyimpang.
Subkultur perilaku menyimpang akan meliputi tata cara nilai, sikap, perilaku & pola hidup yg berlawanan dgn budaya yg mayoritas dlm penduduk dimana subkultur itu berada (Kornblum; 2000; 199). Anggota subkultur merupakan bab dr anggota masyarakat secara keseluruhan, mereka jg memiliki keluarga, sobat diluar subkultur mereka sendiri. Subkultur pengguna & penyuplai narkoba menawarkan cara-cara dimana orang-orang yg terlibat dalam acara sikap menyimpang lazimnya mengembangkan bahasa & norma mereka sendiri. Banyak kata-kata tertentu yg cuma diketahui artinya oleh sesama anggota dlm subkultur tersebut.
Suatu tindakan yg dinyatakan tidak menyimpang dlm satu situasi tidak bermakna bahwa tidak menyimpang pula di tempat lain. Makara penyimpangan tdk cuma terdiri dari serangkaian langkah-langkah saja tetapi jg respon kelompok, definisi & makna yang melekat pada perilaku tersebut, sehingga definisi penyimpangan dpt beraneka ragam tergantung situasi. Hal-hal yg mempengaruhi pada pendefinisian perilaku menyimpang yg berbeda berkaitan dgn waktu, tempat, suasana & status sosial