وَيَنْبَغِى أَيْضًا لِكُلِّ شَارِعٍ فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ ذَلِكَ الفَنَّ وَفَاءً بِحَقِّ البَسْمَلَةِ وَوَفَاءً ِبِحَقِّ الفَنِّ المَشْرُوعِ , وَحَقُّ الفَنِّ أَنْ يَتَكَلَّمَ الشاَّرِعُ بِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَاسِبُ ذَلِكَ الفَنَّ المَشْروُعِ , وَحَقُّ البَسْمَلَةِ أَنْ لاَيَتْرُكَ الكَلاَمَ عَلىَ البَسْمَلَةِ رَأْسًا
Seyogyanya yang mengandung nilai pahala sunnah juga, bagi orang yang akan mempelajari suatu ilmu yakni biar mengenali sepucuk uraian Bismillah menurut ilmu yang hendak di pelajari, karena mengenal sepucuk uraian Bismillah adalah memenuhi hak Bismillah dan menyanggupi hak ilmu yang di pelajari, hak ilmu yakni mesti membicarakan sepucuk bahasan Bismillah sesuai dengan ilmu tersebut, sedangkan hak Bismillah ialah sama sekali tidak meninggalkan membahas bahasan uraian Bismillah.
وَالآنَ نُشَرِعُ فىِ فَنِّ التَّوْحِيْدِ فَيَنْبَغِىعَلَيْنَا أَنْ نَتَكلَّمَ ِبِطَرْفِ البَسْمَلَةِ مِمَّايُنَسِبُ الفَنَّ التوَّحِيْدِ
Saat ini kita hendak mempelajari ilmu tauhid maka selayaknya kita terlebih dulu membahas sepucuk bahasan Bismillah sesuai dengan ilmu tauhid.
فَنَقُولُ أَنَّ حَرْفَ البَاءَ فىِ البسْمَلَةِ إِمَّا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ التَّبَارُكِ أَوِْللأِسْتِعَانَةِ كَذَلِكْ وَلاَمَانِع مِنَ الأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ تَعَالَى كَمَايُسْتَعَانُ بِذَاتِهِ.
Maka kami katakan bahwa aksara Ba pada permulaan kalimat Bismillah adakalanya mengandung arti kebersamaan dengan Allah dari segi memohon keberkahan dengan menyebut nama Allah, adakalanya juga mengandung arti memohon dukungan pada Dzat Allah dengan menyebut nama Nya, dan tidak terlarang memohon pada nama Allah Swt sebagaimana memohon dukungan pada Dzat Nya.
وَالأَوْلىَ جَعْلُهَا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ التَّبَارُكِ أَوْ عَلىَ وَجْهِ الأِسْتِعَانَةِ بِذَاتِه تَعَالىَ ِلأَنَّ جَعْلَهَا لِلأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ إِسَاءَةُ الأَدَابِ.
Dan yang paling utama yaitu menafsirkan arti abjad Ba tersebut dengan arti kebersamaan dari segi memohon keberkahan dengan menyebut nama Allah Swt. Atau dengan arti memohon dukungan pada Dzat Allah, sebab memohon pinjaman pada nama Allah yaitu perbuatan tercela yang tercela.
ِلأَنَّ الإِسْتِعَانَةَ تَدْخُلُ عَلىَ الآلَةِ فَيَلْزَمُ عَلَيْهَا جَعْلُ إِسْمِ اللهِ مَقْصُودًا لِغَيْرِهِ لاَ لِذَاتِهِ.
Karena memohon pinjaman adalah masuk pada penggunaan alat, seandainya memohon bantuan itu pada nama Allah, maka nama Allah di jadikan sebagai alat yang memungkinkan maksud pada selain Allah, bukan tujuan pada Dzat Allah Swt.
Memungkinkan berniat atau bermaksud memohon terhadap selain Allah yaitu terlarang dan menimbulkan kekufuran.
اِلاَّ أَنْ يُقَالَ أَنَّ مِنْ جَعْلِهَا لِلأِسْتِعَانَةِ بِاسْمِهِ نَظْرًا اِلىَ جِهَةِ الأُخْرَى وَهِىَ أَنَّ الفَعْلَ المَشْرُوْعُ فِيْهِ لاَ يَتِمُّ عَلىَ وَجْهِ الأَكْمَلِ اِلاَّ بِاِسْمِهِ تَعَالىَ لَكِنْ قَدْ يُقَالُ مَظَنَّةُ الأِسَاءَةِ الأَدَابِ مَازَالَتْ مَوْجُوْدَةً
Kecuali jika di ucapkan, bahwa menimbulkan arti karakter Ba dengan memohon tunjangan pada nama Allah swt, yakni karena melirik ke sisi lain, yakni melirik pada akreditasi alasannya adalah, bahwa tindakan yang akan dijalankan seiring membaca Bismillah yakni tidak tepat kecuali dengan menyebut nama Allah.
Akan tetapi akreditasi argumentasi ini mirip inipun masih rentan menyebabkan prasangka yang salah sampai berakibat kekufuran yang senantiasa ada alhasil.
Kesimpulannya bahwa aksara Ba dilarang di artikan memohon derma kepada nama Allah Swt, akan tetapi bekerjsama memohon pinjaman itu adalah pada Dzat Allah Swt, bukanlah pada nama.
وَمَعْنَى الباَءِ الإِشاَرِىُّ بِى كَانَ مَاكَانَ وَبِى يَكوُنُ مَايَكوُنُ وَحِيْنَئِذٍ يَكوُنُ فىِ البَاءِ إِشَارَةٌ اِلىَ جَمِيْعِ العَقَائِدِ ِلأَنَّ المُرَادَ بِى وَجَدَ مَاوَجَدَ وَبِى يوُجَدُ مَايوُجَدُ
Makna karakter Ba dari sisi instruksi yang terkandung di dalamnya yakni Allah Swt berkata, “Olehku telah terjadi sesuatu telah terjadi, olehku pula akan terjadi sesuatu akan terjadi” dari arti ini karakter Ba merupakan menunjukan dari semua bagian aqidah, alasannya bahu-membahu yang di maksudkan dari aqidah itu adalah :
“Olehku ( Allah ) telah terwujud sesuatu yang telah terwujud, olehku pula akan terwujud sesuatu yang akan terwujud”.
وَلاَ يَكوُنُ كَذَلِكَ اِلاَّ مَنِ اتَّصَفَ بِصِفَاتِ الكَمَالِ وَتَنَزَهَ عَنْ صِفَاتِ النُّقْصاَنِ كَمَاكَرَّرَهُ بَعْضُ الأَئِمَّةِ التَّفْسِيْرِ
Tidaklah abjad Ba mengandung makna Isyarat seperti demikian, kecuali makna Isyarat tersebut terdapat pada Dzat yang memiliki sifat sempurna serta tersucikan dari sifat-sifat yang kurang, sebagaimana kandungan makna seperti itu di memutuskan oleh para Ulama-Ulama tafsir.
وَالأِسْمُ عِنْدَ البِصْرِيِّيْنَ مُشْتقٌ مِن السُّمْوٌ وَهُوَ العُلُوْ دوُنهُ ِِِِلأَنَّهُ يَعْلُوْ مُسَمَّاهُ
Kalimat “Ismu” pada Bismillah menurut Ulama-ulama kota Bashroh (Iraq) adalah diambil dari kalimat “sumwun” artinya tinggi, kalimat ismu tidak di artikan selain makna tinggi alasannya adalah makna tinggi menunjukkan menerangkan Maha tinggi nama yang di sebutnya yaitu nama Allah Swt.
وَاللهُ عَلَمٌ عَلىَ الذَّاتِ الواَجِبِ الوُجوُدِ المُسْتَحِقُّ بِجَامِيْعِ المَحَامِدِ
Nama Allah adalah sebuah nama pada Dzat yang wajib wujudnya, Dzat yang paling berhak menerima segala kebanggaan.
وَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ صِفَتاَنِ مَأْخوُذَتاَنِ مِنَ الرَّحْمَةِ بِمَعْنىَ الأِحْسَانِ لاَبِمَعْناَهَا الأَصْلِىِّ الَّذِىْ هُوَ رِقَّةٌ فىِ القَلْبِ تَقْتَضِىْ التَّفَضُّلَ وَالأِحْسَانَ ِلأِسْتِحَالَةِ ذَلِِكَ فىِ حَقِّهِ تَعَالىَ
Kalimat “Arrohman Arrohiim” yakni dua buah sifat Allah yang di ambil dari kata “Arrohmah” artinya pemberi kebaikan, kedua kalimat tersebut tidak di artikan dengan makna “Arrohmah” yang bahu-membahu yaitu kasih sayang dari dalam hati yang menyebabkan memberi penghormatan dan kebaikan pada yang di sayanginya, sebab kasih sayang timbul dari lubuk hati mustahil bagi Allah Swt, Allah tidak mempunyai hati.