Apa yang mampu membatasi peribadatan yang menjadi kekuasaan duniawi untuk menghukum mereka sedikit pun. Selama Covid19 berlangsung, di Indonesia, Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang masih banyak masyarakat yang beraktivitas dan melangsungkan ibadah mereka sesuai dengan kebijakan dan protokol kesehatan dengan menaati berbagai proposal yang dibentuk.
Hal ini, memang tidak membuat sedikit masyarakat mengetahui berbagai faktor perbedaan terhadap insan yang ingin beribadah di rumah dan di daerah ibadah. Layaknya agam Islam,yang umum beribdah di rumah sesuai dengan faktor kehidupan mereka beragama, begitu pula dikala ini yang beragama Katolik dan katolik juga demikian, bisa dirumah dan di gereja dengan kondisi yang ada ketika ini.
Apa yang menjadi catatan kepada hal ini akan diketahui bahwa berbagai persepsi agama akan senantiasa dipahami dengan keadaan suatu penduduk , yang dapat diketahui bahwa mereka akan berpindah dengan agama yang mereka yakini itu dikarenkan sebuah kondisi politik ekonomi yang melanda suatu Negara.
Misalnya, di Eropa masyarakat menganggap anti Islam itu ada, dan hal ini menjadi salah satu faktor bagi masyarakat yang mempunyai kepercayaan beragama, dan kemudian berpindah sesuai dengan pemikiran mereka. Tepatnya pada abad pemerintahan mereka di Amerika Era Kolonial.
Pada periode itu, aneka macam aspek keagamaan memang memghasilkan banyak sekali pandangan mengenai pemikiran yang sudah dikenali berbeda dengan kehidupan bernegara, yang tampak dengan keadaan kepercayaan yang dipenuhi rasa kompetisi.
Pada dasarnya dalam hal ini, membatasi orang beragama sesuai dengan iktikad yang mereka dapatkan setidaknya menjadi bab dari peribadahan atau agama lain. Menjadi warga Negara yang sarat kasih, yang cinta tenang, tetangga yang sarat kasih dan patuh pada pemerintahan sipil.
Hal ini sudah di sadari banyak sekali persepsi agama sudah melewati berbagai faktor dari akal dan pengalaman mereka yang memang penuh Kota dan Kerajaan yang berkembang di Dunia, maka dari itu janganlah menggangu Negara dan perdamaian sipil, dan jangan pula mendatangkan eksekusi pedang sipil.
Berbagai Negara, akan diketahui banyak sekali aspek metode kerajaan yang dibuat menurut kebijakan mereka, sesuai dengan pemikiran agama, hal ini terperinci ada di Negara Malaysia, Brunei, Turki, dan kerajaan yang lain yang memeluk Islam, termasuk Arab Saudi.
Apa yang terjadi, tentang pandangan agama yang berlawanan, hendaknya pada masyarakat sipil dan masyarakat yang memiliki harapan untuk meraih aneka macam faktor budaya di masyarakat, dengan pandangan agama yang memiliki kehidupan untuk saling mencintai dan taat pada pemerintahan sebuah Negara, dimana dikala ini berada.
Ketika persepsi agama yang sudah melepaskan berbagai kondisi politik agam yang berada pada puncak persepsi berbeda kepada pedoman beragama akan diketahui dengan baik sesuai dengan persepsi agama masing-masing untuk hidup rukun dan mempertahankan toleransi.
Suatu persepsi yang memiliki pandangan berlawanan mengenai ajaran agama akan menempel pada aspek politik di penduduk , untuk dibedakan dengan ekonomi politik yang dimengerti untuk meraih perdamaian bareng .
Pada sebuah Negara dengan keadaan depresi, maka banyak sekali kebudayaan di Jepang telah mengakibatkan gaung yang baik dalam masalah aspek perdamaian di tengah masyarakat dan Negara. Setelah itu, apa yang mampu dikenali ialah “sarungkan pedang dan kebudayaan yang bagus akan menempel pada setiap manusia yang patuh kepada aliran agamanya, hal ini sesuai dengan perintah dan kebijakan yang ditulis oleh ahli di Inggris”, Roger Williams, 1644.