Peranan Sumber Daya Manusia Bidang Informatika Dalam Era Globalisasi Dan Industri
Dalam beberapa dekade ini sudah terjadi pergeseran dalam penduduk , dari abad pertanian menjadi kala industri dan kurun informasi. Pada abad pertanian, insan mesti berjuang dan tergantung kepada alam. Pada kala industri, insan berupaya mengalahkan alam dan menerima efesiensi sehingga lahirlah mesin-mesin dan kemajuan yang terfokus pada otomatisasi. Era info menenteng angin yang gres : barang yang justru tidak terwujud, sehingga yang namanya gosip menjadi barang yang paling berharga. Kemajuan di bidang isu melaju, mendukung adanya globalisasi. Informasi dengan cepat berkembang dan memiliki arti serta berguna disebarkan ke segala penjuru seolah “tanpa batas”.
Perkembangan teknologi di bidang perangkat keras komputer mendukung perkembangan globalisasi isu tersebut. Dari komputer yang tadinya ialah komputer milik segelintir pemakai dengan kemesteriusannya (besar, sulit dioperasikan, dalam ruang khusus, perlu operator, dll) menjadi komputer yang kian hari makin kecil bahkan menjadi komputer pribadi, yang dapat ditaruh bersama barang lain dengan cara yang tenteram, bahkan bisa “berbicara” (mengeluarkan suara). Hal ini mengakibatkan komputer makin digunakan diberbagai bidang. Bahkan dikala ini, nyaris semua proposal lowongan pekerjaan di bidang apapun di beberapa tingkatan pekerjaan memasyarakatkan penguasaan akan komputer (computer literate).
Perkembangan perangkat keras selanjutnya membentuk jaringan komputer berkat perkembangan teknologi komunikasi. Komputer yang tadinya “sendiri-sendiri” menjadi komputer yang dapat berkomunikasi dengan “sahabat-temannya” dalam sebuah jaringan komputer, mulai jaringan setempat yang sering disebut dengan local area network atau LAN, dan Wide Area Network atau WAN. Internet semakin mendukung pertumbuhan tersebut dan rasanya saat ini semua insan, asalkan mau memulai membuka komunikasi akan mempunyai cakrawala yang luas untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja di segala penjuru dunia sesuai dengan topik yang disenangi bareng , bahkan untuk saling membagi pengalaman, duduk perkara, dan kegembiraan, dsb.
Perkembangan teknologi perangkat lunak juga tidak kalah pesatnya. Perangkat lunak yang tadinya hanya difokuskan untuk memenuhi keperluan fungsional. Berkembang menjadi perangkat lunak yang selain fungsional juga mudah dan nyaman digunakan (friendly). Akibatnya, pengguna perangkat lunak semkain banyak dan ukuran komplektisitas perangkat lunak juga bertambah. Perangkat lunak yang makin mudah untuk dipakai pemakai, bantu-membantu kian sulit dikembangkan. Perangkat lunak yang cuma dituntut berfungsi secara fungsional dalam kecil-kecilan cukup dikembangkan oleh pemrogram sekaligus pemakainya. Perangkat lunak yang besar dan kompleks harus dikembangkan oleh suatu tim dengan aneka macam keahlian serta metodelogi tertentu.
Batasan antara perangkat lunak dan perangkat keras menjadi makin kabur. Misalnya jaringan komputer, yang tidak mungkin berfungsi tanpa adanya perangkat lunak jaringan komputer. Karena alasan efisiensi, kepraktisan dan keamanan, perangkat lunak banyak yang diwujudkan menjadi komponen perangkat keras.
Penggunaan tata cara komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang semakin berkembang menunjukkan bahwa kita memang berada pada era isu dan sesuai dengan hukum “supply and demand”, dibutuhkan penyuplaijasa informatika sebagai pengurus, pengolah dan pemelihara informasi sebab pengguna informatika yang bertambah banyak.
Informatika sebagai Ilmu
Menurut kamus Oxford, Ilmu (science) yakni : organized knowledge obtanied by observation and testing of facts, about physical world, natural laws and society.
Menurut kamus Webster ialah branch of knowledge or study especially one concerned with establishing and systematizing facts, principles and methods, as by experiments and hypothesis.
Di Indonesia, beberapa kalangan membedakan antara ilmu murni dan ilmu terapan, sehingga ada acara studi ilmu murni dan ilmu terapan.
Saat ini dibeberapa perguruan tinggi tinggi swasta memasukkan acara ilmu informatika ke dalam jurursan teknik informatika yang ada dibawah fakultas teknologi industri.
Yang menarik yaitu bahwa Informatika mampu ditinjau sebagai ilmu murni dan juga sekaligus ilmu terapan. Memang di Indonesia satu kurikulum yang sama untuk program studi ilmu komputer dan program studi Informatika.
Ilmu Informatika ialah ilmu murni dan juga ilmu terapan, alasannya adalah merupakan irisan dari banyak faktor :
1. Logika alasannya adalah struktur komputer dan pemrograman menurut rangkaian akal.
2. Matematika diskrit, sebab komputer bisa menuntaskan masalah kombinatorik secara cepat.
3. Elektronika, mikro elektronika dan arsitektur komputer, alasannya komputer diwujudkan selaku rangkaian elektronika atau campuran dari chips.
4. Metodelogi Pemrograman, sebab yang paling mendasar dalam suatu tata cara komputer ialah program, mulai dari acara kecil-kecilan hingga dengan skala besar.
5. Engineering (khususnya SW Engineering) alasannya adalah perangkat lunak, yang berangkat dari ilmu main-main semakin mencari bentuk menjadi engineering.
6. Komunikasi dan telekomunikasi bahkan telematika, sebab alhasil komputer hanyalah sebuah titik dalam graph jaringan komputer.
7. Aspek kognitif dan komunikasi insan, sebab penggunaanya tetap insan dan perangkat keras maupun perangkat lunak dibuat tenteram untuk digunakan oleh insan (faktor multimedia, human computer interaction).
Saat ini, keutamaan yang ada dalam bidang Informatika, mencakup Informatika teoritis, Informatika dasar (pemrograman), Sistem (Sistem Operasi, kompilator dan perangkat lunak tata cara lainnya), Sistem Informasi (SIM, DSS, EIS), Jaringan Komputer, Basis Data, Intelejensi Buatan, Robotika, Grafik dan gambaran, Perhitungan Numerik.
Sumber Daya Manusia Di Bidang Informatika
Sumber Daya Manusia yaitu aset yang terpenting dalam sebuah perusahaan. Pembangunan negara dan kemajuan IpTek tidak ada gunanya kalau tanpa disertai dengan pembangunan SDM. Apa yang disebut dengan pembangunan SDM ? tidak lain yakni penguasaan IpTek itu sendiri. Tanpa SDM yang dibangun, maka manusia akan dikuasai oleh IpTek atau manusia lain, yang menguasai IpTek, dan bukannya insan menguasai IpTek serta menggunakannya dengan sebaik mungkin.
Informatika adalah salah satu bentuk IpTek. Indonesia dikala ini sedang membangun dan kemajuan IpTek dari negara lain juga sedang mempengarhui secara deras pertumbuhan IpTek di Indonesia. Lalu, apakah Indonesai sudah mulai melakukan pembangunan terhadap SDM-nya ? apakah insan Indonesia ingin menguasai atau dikuasai IpTek ? hal ini harus kita pikirkan bersama. Yang pasti semua insan inginnya dapat menguasai IpTek untuk mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jika kita membahas mengenai kemajuan dalam bidang Informatika beserta teknologinya dalam era berita ketika ini, maka kita juga harus mulai berpikir ihwal pembangunan SDM Informatika yang professional dibidangnya. Apa yang dimaksud dengan professional ?
Profession menurut kamus Oxford ialah : paid occuption, especially one that required education and trainning. Sedangkan professional : person qualified or employed in one of the profession.
Kaprikornus, profesi yakni sesuatu yang kita lakukan menurut keahlian dan dari situ kita hidup/mencari nafkah. Hobby yaitu sesuatu yang kita lakukan untuk mengisi waktu senggang, dan maksudnya yaitu untuk kesenangan. Seseoang yang profesional di bidangnya akan melaksanakan pekerjaan itu sendiri dengan kepakarannya.
Profesi Informatika sungguh khas, menuntut nalar tinggi, dan juga adab tinggi (karena jenjang/tingkatan. Dengan catatan, menurut aku, pengguna komputer pada profesi yang “lain” mirip sekretaris, pegawai manajemen, bahkan seorang insinyur sipil yang menggunakan acara komputer tidak dapat disebut berprofesi di bidang Informatika.
Berdasarkan hasil konferensi jurusan teknik informatika dengan pihak industri selaku pemakai tenaga lulusan Informatika manapun, serta hasil survey yang dikerjakan oleh beberapa kalangan, maka diperoleh informasi tentang keperluan SDM oleh industri.
Pihak industri yang menjadi bahasan yakni industri yang berhubungan dengan acara pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak, yang dapat dikelompokkan atas jenis sebagai berikut :
1. Industri jasa, yang produk terutama bersifat “soft” dalam hal ini dibedakan menjadi industri jasa sebagai berikut :
SW developer, menyediakan jasa berbentukpengembangan perangkat lunak. Biasanya ini menyangkut perusahaan yang membuatkan perangkat lunak mulai dari scracth (sesuai pesanan) atau yang menawarkan jasa pengubahan perangkat lunak tertentu semoga mampu dipakai sesuai dengan keperluan (tailoring, customization). Industri ini memerlukan SDM yang berlatar belakang informatika.
Industri jasa yang mempergunakan perangkat lunak. Contohnya yaitu PT.Telkom yang produknya berupa jasa telekomunikasi berbantuan komputer (perangkat lunak menjadi bagian dari jasa tersebut).
2. Industri manufaktur, yakni yang lebih menyangkut “hardware”
Industri hardware yang memproduksi perangkat keras komputer dan periperalnya. Industri ini mesti disokong oleh SDM di bidang perangkat keras dan elektronika. Contoh faktual dari industri ini ialah produktor dan perakit komputer. Contoh lain adalah PT.Inti, industri manufaktur yang produknya berbentukperalatan telekomunikasi (mencakup perangkat keras dan perangkat lunak)
Industri pemroduksi “barang” yang dalam proses produksinya membutuhkan perangkat lunak. Contoh : industri manufaktur yang memakai robot atau perangkat lunak untuk optimasi penjadwalan bikinan.
Sumber daya Manusia yang melakukan pekerjaan dalam dunia industri saat ini memiliki karakteristik selaku berikut :
1. Latar belakang pendidikan non-Informatika/Komputer
2. Jenjang Pendidikan Sarjana ke bawah
3. Belum ada pengelompokan untuk : ketrampilan, keahlian dan keutamaan yang terdefinisi dengan jelas.
4. Untuk tingkatan tertentu, dituntut untuk dapat mengetahui strategi bisnis, semoga kreatif dalam menciptakan produk-produk gres
Sedangkan pihak Industri mengharapkan biar Sumber Daya Manusia yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi khsusnya dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak – memiliki karakteristik selaku berikut :
1. Perlu mengenali Standar Proses Produksi, berikut pemantauan dan pemeliharaan proses produksi, dan
2. Dalam menganalisis keperluan user (semua perangkat lunak dikembangkan berdasarkan kebutuhan user), diharapkan suatu wawasan dan keterampilan khsusus, alasannya tingkatan user di Indonesia yang umumnya masih awam dengan proses Rekayasa Perangkat Lunak menimbulkan susah diajak berkomunikasi tentang kebutuhan yang perlu disokong oleh komputer.
Berdasarkan hal-hal tersebut, mampu disimpulkan juga bahwa telah saatnya dilakukan Sertifikasi Sumber daya Manusia dalam bidang Rekayasa perangkat Lunak – sesuai dengan tolok ukur Internasional yang berlaku. Untuk itu, dalam rangka mendukung keperluan sertifikasi Sumber Daya Manusia di Indonesia, disusun suatu anjuran tingkatan keterampilan Sumber Daya Manusia Informatika dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak sebagai berikut :
1. Programmer
2. Programmer Analyst
3. Software Tester
4. Data Base Engineer
5. Data Communication Engineer
6. Network Engineer
7. Software Configuration Manager
8. System Analyst
9. Software Engineer
10. System Engineer
11. Software Project Manager
12. Software Quality Assurance
Tingkatan kemampuan tersebut disusun mulai dari tingkatan terendah sampai paling tinggi. Karena masih berupa anjuran, maka tingkatan tersebut masih meungkin ditambah atau dikurangi tergantung keperluan gres yang timbul.
Menurut saya, kebutuhan akan aneka macam tenaga yang khusus tersebut lahir alasannya dalam pengembangan perangkat lunak yang sesuai Software Engineering, pada setiap tahapan dalam siklus hidup perangkat lunak (Software Life Cycle) akan dilibatkan banyak tahapan dan dokumentasi. Untuk perangkat lunak yang berskala besar dan komplek akan semakin kompleks pula pengelolaan proyek dan pemeliharaannya.
Untuk menyanggupi keperluan akan tenaga dengan tingkatan kemampuan tersebut, harus ada tingkatan pendidikan yang tepat, yang akan dibahas pada bagian berikutnya.
Pendidikan Informatika
Dengan mengacu terhadap tingkat wawasan yang dibutuhakn dan dengan melakukan analogi terhadap bidang Engineering yang telah lebih “renta” mirip elektronika, mesin, arsitektur dan sipil, maka bidang Informatika pun memerlukan insinyur serta teknisi seperti bidang engineering tersebut. Dalam bidang engineering yang lebih “renta” ini, pendidikan Sumber Daya Manusia berpola pada Sumber Daya Manusia Kejuruan, Teknisi (D3) dan Sarjana (S1, S2, S3).
Pada makalah ini saya menjajal untuk mengupas masing-masing tingkat pendidikan dengan teladan tersebut untuk bidang Informatika.
Pendidikan Menengah Kejuruan
Di bidang elektronik mesin, semenjak lama sudah diketahui STM yang membentuk tenaga mudah. Seharusnya ini terjadi juga untuk bidang Informatika. Saat ini telah saatnya diperlukan STM Informatika yang dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga cekatan dalam bidang :
1. Perangkat Keras (teknisi kerusakan, operator komputer mesin besar, dan sebagainya)
2. Perangkat Lunak (operator atau pemakai perangkat lunak, juru aba-aba, dan sebagainya)
3. Jaringan Komputer (teknisi pemeliharaan jaringan komputer)
Kurukulum untuk jenjang pendidikan ini pastinya adalah dalam tingkatan pemakaian. Pemeliharaan dan penanganan kerusakan, baik untuk Perangkat Lunak maupun Perangkat Keras yang sederhana. Saat ini, kebutuhan akan tenaga seperti itu baru dipenuhi oleh kursus. Karena itu, pemerintah perlu untuk mengamati perkembangan dan kurikulumnya.
Pendidikan Teknisi
Idealnya satu insinyur membawahi beberapa teknisi. Yang ada saat ini di Indonesia, untuk tingkatan pendidikan ini adalah pendidikan D1 yang mendidik programmer dan D3 yang mencetak analis. Ini berpedoman pada kurikulum PAT Komputer Jurusan Pengguna Komputer yang diresmikan di ITB. Karena ukuran program bertambah dengan 5 kali setiap tahun., maka definisi programmer dan analis perlu dikaji ulang. Kurikulum Pendidikan Teknisi seharusnya dapat menciptakan tenaga cekatan dalam bidang :
1. Perangkat Keras (pemeliharaan/pengelolaan peralatan komunikasi atau data communication technisian, teknisi perlengkapan jaringan komputer, dan sebagainya)
2. Perangkat Lunak (juru instruksi acara atau programmer, koordinator dari pada pembuat program atau programmer analyst, pemeliharaan/pengelolaan basis data atau database direktur, dan sebagainya)
3. Jaringan Komputer (pemeliharaan/pengelola jaringan atau network eksekutif)
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi mampu digolongkan menjadi S1, S2 dan S3. Untuk pendidikan S1 di Indonesia ketika ini, sudah dikembangkan kurikulum baku bagi Program Pendidikan Informatika atau Ilmu Komputer, dengan muatan kurikulum yang serupa.
Strata 1 (Program Sarjana)
Kurikulum S1 ketika ini di Indonesia untuk Program Studi Ilmu Komputer atau Informatika dirancang dengan beban 144 sks dan komposisi sebagai berikut :
Ø Mata kuliah dasar lazim 30 %
Ø Mata kuliah dasar keterampilan 30 %
Ø Mata kuliah keterampilan 34 %
Ø Kerja Praktek dan Tugas Akhir 6 %
Mata kuliah dasar kemampuan dan mata kuliah keterampilan hanya mempu untuk membekali mahasiswa dengan keahlian Informatika secara biasa . Di antara mata kuliah keterampilan termasuk di dalamnya 15 % mata kuliah opsi. Mata kuliah opsi bergotong-royong menentukan bidang keutamaan mahasiswa yang ditekuninya dengan melakukan Tugas Akhir dan Skripsi (bagi Perguruan Tinggi yang masih memberlakukan adanya Skripsi). Melihat kecilnya takaran dari mata kuliah opsi, mampu disimpulkan bahwa bantu-membantu pendidikan S1 Informatika dikala ini yaitu hanya membentuk tenaga siap latih, dan belum siap pakai secara 100 % untuk bidang tertentu. Selain itu, pendidikan Informatika mesti berkejar-kejaran dengan pertumbuhan tools (perangkat keras dan perangkat lunak) yang selalu baru sedangkan aplikasi positif banyak yang dikembangkan menurut tools yang gres. Kurikulum pada hakekatnya hanya boleh berganti setiap lima tahun. Maka kurikulum mesti dibuat umum.
Tujuan pendidikan S1 tersebut untuk mampu menghasilkan lulusan dengan kesanggupan dalam bidang :
1. Perangkat Lunak sesuai dengan tugas yang lebih spesifik misalnya : anggota tim perangcang program dan pemrograman, penguji perangkat lunak atau software tester, perancang basis data atau database engineer, software configuration manager, dan sebagainya.
2. Perangkat Keras (perancang sistem komunikasi data atau data communicaton engineer dan sebagainya)
3. Jaringan Komputer (perancang metode jaringan komputer atau network engineer dan sebagainya)
Keterbatasan S1 ialah singkatnya waktu (sks) yang disediakan untuk menerima ijasah Sarjana. Karena itu mustahil bahwa lulusan S1 akan merupakan tenaga siap pakai. Solusi yang dipilih oleh Jurusan teknik Informatika ialah dengan memperlihatkan bekal berupa wawasan dasar yang siap dipraktekkan di tempat kerja. Inipun cuma sempat untuk Rekayasa Perangkat Lunak dan tidak akan bisa untuk penguasaan akan bahan ilmu sosial yang hendak dikomputerisasi (misalnya perbankan, industri kimia, industri telekomunikasi dan sebagainya).
Kendala lain yaitu penyiapan Sumber Daya Manusia sebagai pengajar dan pendidik dibidang Informatika. Permintaan akan tenaga lulusan Informatika sedemikian tinggi, sehingga Perguruan Tinggi harus bersaing dengan industri untuk mendapatkan tenaga pengajar. Sesuai misi Perguruan Tinggi, Dosen Informatika harus bisa untuk mengajar, meneliti dan sekaligus melakukan Pengabdian Masyarakat. Ketiga misi Perguruan Tinggi ini idealnya harus dikerjakan bersama-sama sebab Informatika ialah ilmu yang sedang meningkat , dan sekaligus digunakan. Pengajar yang terlalu teoritis tidak menenteng mahasiswa ke dunia konkret. Dosen yang tidak pernah membangun aplikasi konkret sukar untuk merasakan siklus kehidupan Rekayasa Perangkat Lunak yang unik sebagai sebuah proyek, sekaligus tidak mendapatkan pengalaman dalam memakai tools (Perangkat Lunak Bantu) yang banyak meningkat dan cuma tersedia di luaran (balasan pendidikan yang dasar; maka pendalaman pemakaian tools terpaksa dikesampingkan).
Dalam kegiatan belajar mengajar, karena Informatika termasuk ilmu yang unik maka seorang “programmer” yang bagus belum pasti bisa menjadi pengajar pemrograman. Demikian pula seorang pengajar mata kuliah Compiler akan sungguh susah mengajarkan mata kuliah (ataupun bila berhasil susah dikenali mahasiswanya) kalau tidak pernah “menulis/membuat” compiler walau dalam skala kecil.
Dosen juga perlu meneliti dan mengikuti hasil observasi di negara maju, biar kita tidak cuma sebagai pelanggan teknologi, namun juga dapat memberikan kontribusi yang memiliki arti dalam bidang Informatika.
Persiapan tenaga pengajar yang handal mengkonsumsi waktu yang lama. Sebagai catatan, Jurusan Teknik Informatika ITB mengirimkan staffnya ke luar negeri pada tahun 1974 untuk memulai program pendidikan pada tahun 1981. Mungkin pada dikala itu antisipasi lebih usang alasannya pada dikala ITB mulai mengirimkan stafnya ke luar negeri belum ada program pendidikan Informatika di dalam negeri. Tersedianya program pendidikan yang baik di dalam negeri akan mempercepat pembentukan tenaga pengajar acara Informatika.