Pepohonan di surga akarnya berada di atas dan daun-daunnya berada di bawah, pohon tersebut tidak pernah kering, layu dan rontok. Pepohonan di nirwana akarnya terbuat dari intan, batangnya dari yaqut, daunnya dari sundus (sutra yang sangat halus), kalau tertiup angin melambai-lambai mengasyikkan setiap mata yang menatap. Ada juga batangnya yang yang dibuat dari perak, dahan-dahannya dari emas dan sebaliknya, serta ada yang daunnya berselang-seling, ada yang dari emas dan ada yang dari perak. Jika tertiup angin keduanya bertatapan sehingga menjadikan bunyi gemerincing yang sangat elok dan menciptakan kita terlena, melampaui bunyi apapun yang nadanya dikelola sedemikian rupa. Surga yaitu kawasan yang kekal abadi, kawasan berkumpulnya segala jenis kenikmatan dan kesenangan, terang benderang tanpa matahari dan bulan.
Diriwayatkan dari Ka’ab, bahwa dia berkata: pernah saya tanyakan terhadap Nabi Saw. Mengenai pohon-pohon di nirwana. Maka sabda ia Saw,:”Pohon-pohon di surga tidak pernah kering dahan-dahannya, tidak pernah berguguran daun-daunnya, dan tidak pernah kehabisan buahnya yang matang-masak. Sesungguhnya pohon surga yang paling besar ialah pohon Thuba. Pangkalnya terdiri dari mutiara, serpihan tengahnya dari permata yaqut merah, dan pucuknya dari emas. Sedang dahan-dahannya dari permata zabarjad, dan daun-daunnya dari sutera halus. Pada pohon itu ada tujuh puluh ribu dahan, sedang dahannya yang terjauh menempel pada tonggak Arasy, dan dahannya yang terendah terdapat pada langit dunia. Di dalam nirwana tidak ada satu ruangan atau kubah pun yang tidak ada dahan pohon yang merindanginya. Dan di sana, terdapat buah-buahan yang menyanggupi selera nafsu. Pohon itu tidak ada taranya di dunia, kecuali matahari. Pangkalnya ada di langit, sedang cahayanya ada di setiap tempat.”
Pohon-pohonan di dunia akarnya di bumi dan cabang-cabangnya berada di udara, lantaran sesungguhnya dunia ini adalah daerah yang fana (rusak). Akan tetapi pohon-pohonan yang terdapat di surga tidak demikian halnya, akarnya di udara dan cabang-cabangnya di bumi. Sebagaimana firman Allah Swt:
قُطُو فُهٓادَانِيَةُُ ـ كُلُوا واُشرَبُواهَنِيٓابِمَآاَسلَفتُم فِى اُلآيٓامِ اُلخَالِيَةِ
“Buah-buahannya dekat. Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang sudah kamu lakukan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al-Haqqah: 23-24)
Debu dan tanah di surga terbuat dari minyak misik, anbar dan kafur, dan sungai-sungainya berisikan susu, madu, arak dan air yang sungguh jernih. Apabila angin bertiup menerpa dedaunan, maka bersentuhan antara daun satu dengan daun yang yang lain sampai mengakibatkan bunyi yang sungguh indah (merdu) dan tidak ada yang menyamainya.
Dalam suatu hadits dari Ali ra. Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya di dalam nirwana terdapat suatu pohon, yang di potongan atasnya keluar komplemen dan pada serpihan bawahnya keluar kuda yang memiliki sayap yang diberi pelana yang ditaburi dengan intan dan yaqut. Kuda tersebut tidak pernah mengeluarkan kotoran dan tidak pernah buang air kecil. Adapun yang menaiki kuda itu adalah para wali Allah Swt. Dan kuda ini akan membawa melayang para wali Allah ke surga. Lalu berkatalah orang-orang yang berada di bawah mereka: ” Wahai Tuhanku, apa yang menimbulkan mereka menerima kemuliaan semacam itu?” Maka Allah Swt menjawab: ” Mereka yaitu orang-orang yang mengerjakan shalat sewaktu kalian masih tidur (shalat malam), mereka berpuasa ketika kalian tidak puasa, mereka berjihad membela agama Allah sedangkan kalian semua duduk di sisi istri kalian, dan mereka berzakat dengan harta mereka di jalan Allah, sedangkan kalian semua bakhil (kikir).”
Allah Ta’ala berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُحَرثَ الٓاخِرَةِنَزِدلَهُ فِى حَرثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَر ثَ الُ نيٓانُوتِهِ مِنهَا وَمَا لَهُ فِى الآخِرَةِمِن نٓصِيبِِ
Barangsiapa menginginkan keuntungan di alam baka, akan Kami tambah laba itu baginya, dan barangsiapa yang menginginkan laba di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari laba dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan baginya tidak ada satu pecahan pun di akhirat.”
Diriwayatkan dari Nabi Saw. Beliau bersabda: “Apakah saya tidak pernah menceritakan kepadamu wacana waktu (dikala), yakni waktu yang serupa dengan waktu yang ada di nirwana. Dia adalah waktu dimana sebelum matahari terbit, bayang-bayangnya itu memanjang, rahmatnya dikala itu merata dan barakahnya dikala itu banyak.”