Belakangan kita sering mendengar kata disleksia. Apa itu disleksia pada anak usia dini & bagaimana cara mengatasinya? Ada beberapa ciri-ciri utama dyslexia pada anak yg disebabkan banyak faktor, artikel ini akan membahasnya dengan-cara lengkap. Tulisan ini disarikan dr Rosdiana Setyaningrum Psikolog.
Menurut DSM IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition – Text Revision) disleksia atau gangguan membaca (reading disorder), merupakan gangguan yg terjadi pada seorang anak sehingga ia kesulitan untuk membaca. Sebenarnya seorang anak yg mengalami disklesia mempunyai IQ yg cukup, kemampuan sosial & adaptasi yg baik, serta sampaumur untuk berguru membaca. Namun, ia merasa kesulitan untuk belajar membaca.
Daftar Isi
Penyebab & Cara Mengatasi Disleksia Pada Anak Usia Dini
Oleh karena itu, usia menjadi tolok ukur. Anak yg berguru membaca di usia muda, masuk akal kalau tulisannya terbalik.
Jenis-Jenis Disleksia
Ada 3 jenis dlm disleksia, yakni Visiospatial Difficulties, Speech Sound Difficulties & Correlating Difficulties. Visiospatial difficulties terjadi bila anak kesusahan untuk membedakan aksara atau angka, seperti “d” menjadi “b”, “6” menjadi “9”. Penyebab disleksia ini lantaran anak cenderung menghapal bentuk dibanding mengerti arti dr aksara atau angka tersebut.
Speech sound difficulties terjadi bila anak sulit mengerti ucapan orang lain. selain itu, anak mengalami kesusahan untuk mengeja & menyusun kalimat.
Sementara anak-anak dengan correlating difficulties mengalami kesusahan dlm memahami bunyi bunyi, baik dikala menuliskannya maupun mengucapkan.
Sejarah Disleksia
Disleksia pertama kali diidentifikasi oleh Oswald Berkhan tahun 1881, tetapi istilah dislieksia baru digunakan pada tahun 1887 oleh Rudolf Berlin. Ia yakni seorang ophthalmologist atau dokter mahir penyakit mata. Berlin menggunakan perumpamaan ini pada seorang anak laki-laki yg mengalami kesulitan membaca & menulis, padahal kesanggupan intelegensi & fisiknya untuk hal-hal lain terlihat baik.
Mendiagnosis Disleksia
Seperti gangguan yg lain, anak yg mengalami disklesia mesti didiagnosa apalagi dulu. Ada beberapa hal yg diobservasi dr anak yg mengalami disklesia, seperti IQ, kesanggupan visual, kemungkinan gangguan neurologis, dll.
Jenis pengamatan yg dijalankan ialah Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC), Kaufman Assessment Battery for Children (KABC), Stanford-Binet Intelligence Scale, Bender Gestalt Assessment, dll. Hasil observasi akan cara belajar anak, kurikulum sekolah & aktivitas anak sehari-hari. Sebaiknya diagnosa dilaksanakan psikolog atau dokter hebat semoga mendapat hasil akurat.
Terapi & Penanganan Disleksia Anak Usia Dini
Ada beberapa pendekatan yg mampu menolong anak dgn disleksia. Salah satunya, terapi sensori integrasi yg berfungsi untuk membantu keseimbangan otak anak. Terapi ini bisa dipadu dgn terapi lain, mirip Slingerland Method, Orton-Gillingham Method atau Project Read.
Terapi tersebut diberikan oleh orang yg bersertifikasi di bidang ini atau paling tak diawasi ketat oleh seseorang yg bersertifikasi. Sertifikasi ini diberikan sesudah seseorang mengikuti pembinaan, contohnya oleh pemegang lisensi resmi Orton-Gillingham Method. Sebelum terapi, psikolog melakukan tes terlebih dulu kepada anak disklesia. Hasilnya diserahkan pada orang tuanya.
Setelah itu, anak dirujuk pada seorang terapis dgn spesialisasi disleksia atau terapis okupasi apabila ia membutuhkan terapi okupasi dgn sensori integrasi di dalamnya.
Sebelum melaksanakan terapi, para terapis akan kembali melakukan aneka macam tes khusus. Banyak orang renta mengajukan pertanyaan kenapa anak mereka perlu menjalani tes ulang sehabis yg dilaksanakan oleh psikolog.
Pengetesan yg dilaksanakan terapis berlainan dgn pengetesan yg dilaksanakan psikolog. Pengetesan ini dilakukan biar terapis mengetahui gangguan yg dialami anak & terapi yg cocok untuk anak.
Terapi yg baik dijalankan dlm jangka pendek, yakni 3 bulan & jangka panjang, yaitu 6 bulan. Orang tua akan diberi instruksi sehingga dapat mengawasi kemajuan anak, sekurang-kurangnya3 bulan sekali.
Lamanya terapi pasti tergantung pada kondisi anak. Apakah gangguannya pada tahap ringan, sedang, atau berat? Apakah anak mudah atau sulit beradaptasi? Apakah keluarga mendukung terapi dgn menjalankan PR yg diberikan di rumah?
Semua terapi ini harus diintegrasikan dgn metode pendidikan anak di sekolah. Oleh karena itu, pilih sekolah yg menerima anak dgn kebutuhan khusus sehingga anak mendapatkan metode pendidikan khusus. Dengan begitu, proses terintegrasi dgn berkelanjutan & mendapat hasil optimal.
Ada anggapan yg timbul bahwa permainan komputer mampu membantu anak disleksia. Namun, sampai ketika ini belum ada penelitian yg bisa membuktikannya.
Bagaimana Masa Depan Anak Terkena Disleksia?
Potensi yg dimiliki oleh orang-orang dgn disleksia sungguh hebat besar sebagaimana yg kita bisa lihat pada gambar di atas. Maka dr itu kita harus mendukung anak usia dini yg diindikasi disleksia. Pengenalan mulai usia dini akan sungguh menolong bawah umur disleksia di sekeliling kita sehingga tetap berprestasi menjangkau masa depan gemilang.
Anak yg mengalami disleksia apabila memperoleh “penanganan yg sesuai” maka anak memiliki potensi yg luar biasa & bisa hidup senang, & pula sebaliknya apabila ditangani dgn cara yg maka salah akan menjadi fatal dikemudian hari.
Disleksia bukan selesai semuanya, meski gangguan ini tak bisa sembuh total. Namun, dgn terapi & pertolongan orang renta, gangguan ini dapat menyusut & diselesaikan sehingga efeknya tak merusak masa depan anak.
Banyak anak dgn disleksia mempunyai IQ yg tinggi & talenta-talenta khusus. Sebut saja para pemain film seperti Orlando Bloom, Tom Cruise, Kiera Knightley, Whoopy Goldberg. Penyanyi John Lennon & Cher. Selain itu, pembuat film Walt Disney yaitu Walt Elias Disney & Stephen Spielberg.
Leonardo da Vinci & Pablo Picasso pula menyandang disleksia. Demikian pula perancang pakaian Tommy Hilfiger. Atlet Mohammad Ali & Bruce Jenner. Penulis Hans Christian Andersen & Agatha Christie.
Para ilmuan mirip Alexander Graham Bell & Albert Einstein. Pebisnis berhasil Henry Ford, William Hewlett (salah satu pendiri Hewlett-Packard), & Ingvar Kampard (pendiri Ikea). Bahkan hingga George Washington pun yakni seorang penyandang disleksia.
Disleksia memang bukan tamat segalanya. Dengan penanganan yg tepat, pola asuh yg baik dr orang tua, & perlindungan sekolah, maka mereka akan mampu berkembang mirip layaknya belum dewasa pada umumnya.