Pada mulanya, game Among Us diprediksi cepat mati & seiring berjalannya waktu tak dimainkan. Tapi siapa sangka, pemain Among Us justru meroket di tengah merebaknya pandemi Corona.
Rasa frustasi itu hadir dikala melihat jumlah pengguna sewaktu perilisannya pada 2018. Dikutip dr Quartz, tatkala itu cuma sekitar 30 pengguna yg kesengsem & memainkan game multiplayer tersebut.
Bahkan, game ini kala itu sempat diperkirakan akan secepatnya menemui ajalnya. Namun, praduga tersebut tak terbukti. Pandemi Corona membuat banyak orang mencari ‘pelarian’ dgn memainkan game baru, salah satunya game yg satu ini.
Sebenarnya, game ini tak eksklusif meroket. Karena efek sejumlah streamer di Twitch, basis para penggemar mereka banyak yg ikut memainkan game itu & sukses.
Dengan akomodasi cara & hukum mainnya, menciptakan pemain terpesona pada game besutan InnerSloth itu. Alhasil, Among Us pun booming seperti sekarang ini.
InnerSloth mengklaim bahwa game ini telah diunduh sebanyak lebih dr 100 juta kali. Tercatat, ada lebih dr 60 juta pengguna harian game ini. Puncaknya pada akhir pekan kemudian, game tersebut dimainkan oleh setidaknya 3,8 juta pemain dlm waktu serempak.
Pengembang game percaya bahwa lonjakan popularitas ini terjadi di luar Amerika Serikat. Hal tersebut diucapkan oleh desainer game Among Us, Marcus Bromander.
Mayoritas orang yg memainkan game ini menggunakan Android. Kendati begitu, pemain yg memakai perangkat iOS & PC ternyata pula turut melonjak.
Gameplay Among Us punya keistimewaan & unik dgn kebanyakan game yang lain. Para pemain harus bekerja sama tetapi di segi lain mereka bisa saling curiga & meyakinkan satu sama lain dlm melaksanakan misi.
Dalam permainannya terdapat dua peran yg berlawanan tujuan, yaitu Crewmate & Impostor. Crewmate selaku protagonis & Impostor bertindak sebagai antagonis yg berusaha menguasai daerah mereka berada.