close

Pentingnya Menuntut Ilmu

Oleh: Kazuhana El Ratna Mida (Ratna Hana Matsura)

Penting bagi setiap insan untuk menuntut ilmu. Karena dgn memiliki ilmu banyak hal yg bisa kita dapati. Sebagaimana sebuah pepatah Arab.

مَنْ اَرَدَ الّدُ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَدَ اْلاَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلمِ وَمَنْ اَرَدَ هُمَا مَعًا فَعَلَيهِ بِالْعِلْمِ

Siapa yg ingin dunia (hidup di dunia dgn baik), hendaklah ia berilmu, siapa yg ingin darul baka (hidup di darul baka nanti dgn senang) hendaklah ia berilmu, siapa yg ingin keduanya, hendaklah berilmu

Dalam setiap peluang kita akan dituntut untuk memiliki pengetahuan. Baik pengetahuan dengan-cara sederhana hingga wawasan paling susah di dunia.

Contoh saja untuk kehidupan sehari-hari. Kita hidup butuh makan, kalau kita tak tahu bagaimana ilmunya mengolah makanan apa kita mampu makan? Lalu dr mana kita mampu menerima bahannya. Kita perlu duit.

Sedang duit bagaimana kita mendapatkannya? Tentu kita mesti kerja. Tatkala kita ingin bekerja maka otomatis kita perlu ilmu untuk pilihan kerja yg kita tempati. Kesimpulannya di manapun & apapun yg kita kerjakan kita mesti tahu ilmunya dahulu.

Sabda Nabi saw.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَي كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim. (HR Bukhari & Muslim)

Di sini akan dipaparkan sedikit wacana pemahaman ilmu & pentingnya menunutut ilmu untuk muhasabah diri.

A. Pengertian Ilmu

Ilmu sudah menjadi kata bahasa Indonesia sehari- hari, menurut kamus besar bahasa Indonesian ilmu ialah wawasan atau kepandaian baik yg termasuk jenis kebatinan maupun yg berkenaan dgn kondisi alam & sebagainya.

Kata ilmu diambil dr bahasa Arab, berasal dr kata jadian ‘alima- ya’lamu- ‘ilman (عَلِمَ يَعْلَمُ عِلْماً ). ‘Alima selaku kata kerja yg berarti mengetahui. Quraish shihab menjelaskan, kata ilmu dgn berbagai bentuknya dlm Alquran terulang 854 kali.

Selanjutnya menurut Quraish shihab makna ilmu dr sisi bahasa berarti “kejelasan” dr semua kata bentukan dr akar katanya mempunyai makna kejelsan. Ilmu adalah wawasan yg terperinci tetntang segala sesuatu, sekalipun demikian kata ilmu berbeda dgn ‘arafa (mengenali ), ‘arif (yang mengenali), & ma’rifah (pengetahuan). Dalam Alquran Allah SWT tak dinamakan ‘Arif, namun ‘Alim yg berkata kerja ya’lamu (dia mengetahui) & lazimnya Quran menggunakan kata terserebut untuk Allah SWT yg mengenali sesuatu yg mistik, tersembunyi & diam-diam. Makara ilmu dengan-cara lughawi adalah mengenali sesuatu dengan-cara dlm , hingga menjadi terang.

Dalam pandangan Al-Alquran, ilmu yaitu keutamaan yg menimbulkan manusia unggul terhadap makhluk- makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Hal ini tercermin dr dongeng insiden manusia pertama dlm Al Quran surat Al-Baqarah ayat 31-32 :

Dan ia mengajarkan pada Adam Nama-nama (benda-benda) semuanya, kemudian mengemukakannya pada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah terhadap-Ku nama benda-benda itu jika ananda mamang benar orang-orang yg benar!”

mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tak ada yg Kami ketahui selain dr apa yg sudah Engkau ajarkan pada kami; Sesungguhnya Engkaulah yg Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 31-32)

Menurut Al-Alquran, manusia memiliki potensi untuk menjangkau ilmu & mengembangkannya dgn seizin Allah. Karena itu bertebaran ayat yg menyuruh insan menempuh berbagai cara untuk mewujudkan betapa tinggi kedudukan orang yg berpengetahuan. Sebagai mana firman Allah dlm surat Al-Mujadalah ayat 11:

Hai orang-orang beriman apabila ananda dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dlm majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. & apabila dibilang: “Berdirilah kau”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yg beriman di antaramu & orang-orang yg diberi ilmu wawasan beberapa derajat. & Allah Maha mengetahui apa yg ananda kerjakan. (QS. Al-Mujadalah : 11)

Menurut persepsi Alquran mirip yg diisyaratkan oleh wahyu pertama ilmu terdiri dr dua macam. Pertama , ilmu yg diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai ilmu laduni, seperti diinformasikan antara lain dlm Alquran surat Al kahfi ayat 65:

Lalu mereka berjumpa dgn seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yg sudah Kami berikan kepadanya rahmat dr sisi Kami, & yg telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dr sisi Kami. (QS. Al-Kahfi : 65)

Kedua , ilmu yg diperoleh karena perjuangan manusia dinamai ilmu kasbi, ayat- ayat ilmu kasbi jauh lebih banyak dr pada yg berbicara tentang ilmu laduni. Pembagian ini menurut shihab disebabkan lantaran dlm persepsi Alquran terdapat hal- hal yg ada namun tak dapat dimengerti melalui upaya manusia sendiri.

Dengan demikian objek ilmu meliputi materi & non materi, fenomena & non fenomena, bahkan ada wujud yg jangankan dilihat, dimengerti oleh manusia pun tidak.

B. Pentingnya Menuntut Ilmu (Belajar)

Nabi Saw bersabda pada Abu Dzar Al Ghifari

 لأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّىَ مِائَةَ رَكْعَةٍ

Bahwa bantu-membantu kamu-sekalian pergi untuk mempelajari suatu ayat dr kitab Allah yakni lebih baik ketimbang kau-sekalian melaksanakan shalat seratus raka’at. (HR. Ibnu Majah)

Imam Al-Ghazali pula menatap bahwa belajar atau menuntut ilmu ialah sungguh penting serta menganggap selaku acara yg terpuji. Untuk menandakan keutamaan berguru tersebut Imam Al-Ghazali mengutip beberapa ayat Al-Qur’an, hadits Nabi serta atsar. Di antara ayat , hadits & atsar yg dikutip tersebut, yaitu :

Allah berfirman :

Tidak selayaknya bagi mukminin itu pergi segalanya (ke medan perang). kenapa tak pergi dr tiap-tiap kalangan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam wawasan mereka perihal agama & untuk memberi perayaan pada kaumnya apabila mereka sudah kembali kepadanya, biar mereka itu mampu mempertahankan dirinya. (QS. At-Taubah : 122)

Nabi saw. bersabda: “Barang siapa menjalin suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Nabi saw. bersabda pula: “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada penuntut ilmu tanda rela dgn bisnisnya itu” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban & Al-Hakim dr Shafwan bin Assal)

Nabi saw. bersabda: “Bahwa bekerjsama kamu-sekalian berlangsung pergi mempelajari suatu bab dr ilmu adalah lebih baik baginya dr dunia & isinya” (HR. Ibnu Hibban & Ibnu Abdul-Birri dr Al-Hasan Al-Bashari)

Abu Darda’ra. berkata: “Lebih suka saya mempelajari satu masalah ketimbang beribadah satu malam.”

Dan ditambahnya pula: “Orang yg berilmu & menuntut ilmu berserikat pada kebajikan & manusia lain yakni terbelakang tak ada kebajikan kepadanya.”

Atha’ berkata: “Majelis ilmu pengetahuan itu, menutupkan tujuh puluh majelis yg sia-sia.”

Imam Asy-Syafi’i berkata: “Menuntut ilmu itu yakni lebih utama dibandingkan dengan berbuat ibadah sunnah.”

Abu Darda’ berkata: “Barang siapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan jihad, maka adalah ia orang yg kurang anggapan & logika.”

Belajar atau menuntut ilmu mempunyai peranan penting dlm kehidupan. Dengan menuntut ilmu orang menjadi cerdas, ia akan mengetahui terhadap segala sesuatu yg dipelajarinya. Tanpa menuntut ilmu orang tak akan mengenali sesuatu apapun.

Di samping berguru mampu untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik, belajar pula dinilai selaku ibadah pada Allah. Orang yg mencar ilmu betul-betul diikuti niat lapang dada ia akan memperoleh pahala yg banyak. Belajar pula dinilai selaku tindakan yg dapat menghadirkan ampunan dr Allah SWT. Orang yg berguru dgn niat tulus pada Allah diampuni dosanya.

Demikian pentingnya  belajar–menuntut ilmu ini sehingga dihargai sebagai jihad fisabililah yakni pahalanya sama dgn orang yg pergi berperang dijalan Allah untuk membela kebenaran agama.

Srobyong, 7 Februari 2015

Sumber :

[1] Al- Ghazali, Ihya’ Ulumuddinjilid 1,terj.Prof.TK.H.Ismail Yakub MA.SH ”Ihya’ Al- Ghazali jilid 1, cet VI (Semarang :CV Faizan, 1979)

[2] Sofiyah Ramadhani, E. S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung).

[3] Dr. M. Ramli Hs., M.Ag.,dkk, Mengenal Islam, (Semarang : Unnes, 2007)

[4] Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemah, (Bandung :Piponegoro : 2000)

[5] Dr. Hj. Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2003)

  Carilah Rezeki yang Halal, Jauhi yang Haram