Pada tahun 2011an banyaknya penjualyang hidup di Jakarta dengan lulusan kampus luar negeri seperti di Australia, dan As. Ketika hingga di Indonesia mereka membuka barang jualan di banyak sekali gerai atau pasar, pertokoan yang ada di di Jakarta.
Hal ini adanya penjualTionghoa, dan pribumi pastinya yang hendak dipahami adanya metode ekonomi mereka kerjakan di Jakarta. Kenapa mereka kembali, tentunya untuk berdagang hal ini menjelaskan adanya iman mereka untuk membangun jati diri mereka dalam metode ekonomi di penduduk , dan Negara.
Berbagai hal terkait dengan aspek kehidupan sosial di masyarakat, yang riskan dengan kriminalitas, kejahatan dan yang lain. Tetapi dengan begitu derma akan berlainan dengan mall besar yang dikuasai oleh kaum pribumi – Tionghoa, 10 top penguasa mall.
Kebudayaan Tionghoa dalam tata cara jual beli di Jakarta telah mempunyai dampak pada kehidupan sosial ekonomi yang tinggal disekitarnya, begitu juga pada aspek pengelolaan pasar, dan pertokoan.
Bagaimana mereka hidup dengan adanya metode pengertian ekonomi penduduk Tionghoa yang berujung pada perdagangan ketika mereka menempuh pendidikan tinggi.
Karena puas dan modern kini, pulang dari luar negeri tinggal jualan, punya kios, meja, kursi, sama laptop, omzetnya telah luar biasa, designer ternama Itang Yunaz saja punya 30 kios di Tanah Abang,” jelas warga Mampang Prapatan.