Pada tanggal 7 Juni 2018, telah disampaikan bahwa Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif mengundurkan diri dari posisinya. Pernyataan itu dia sampaikan melalui akun Facebook pribadinya dan juga pesan WhatsApp ke rekan-rekannya di BPIP.
Wakil Kepala BPIP Hariyono pun mengaku terkejut dengan kabar mundurnya Yudi Latif tersebut. “Saya gres tahu dari tulisan ia di grup WA BPIP tadi pagi. Kaget,” kata Hariyono kepada Kompas.com, Jumat (8/6/2018). Menurut Hariyono, pernyataan tersebut diantarkan pribadi oleh Yudi Latif. “Dari beliaunya sendiri, tadi pagi (dikirim). Ini, kan, perlu kami konfirmasi ulang,” kata beliau.
Eksistensi UKP-PIP/BPIP sukses bukan sebab banyaknya klaim acara yang dijalankan dengan bendera UKP-PIP/BPIP. Melainkan, saat inisiatif acara pembudayaan Pancasila oleh forum kenegaraan dan penduduk bermekaran, meski tanpa keterlibatan dan derma UKP-PIP/BPIP.
Untuk itu, dari lubuk hati yang terdalam, kami ingin mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya atas partisipasi semua pihak dalam mengarusutamakan kembali Pancasila dalam kehidupan publik. Selanjutnya, harus dikatakan bahwa transformasi dari UKP-PIP menjadi BPIP menjinjing perubahan besar pada struktur organisasi, tugas dan fungsi forum. Juga dalam hubungan antara Dewan Pengarah dan Pelaksana.
Semuanya itu membutuhkan tipe kecakapan, kepribadian serta perhatian dan tanggung jawab yang berbeda. Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan keperluan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi potensi bagi tunas-tunas gres untuk bangkit.
Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP nyaris tuntas, ialah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan. Pada titik ini, dari kesadaran penuh mesti saya akui bahwa segala kelemahan dan kesalahan lembaga ini selama setahun lamanya ialah tanggung jawab aku sebagaiKepala Pelaksana.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati aku ingin menghaturkan permohonan maaf pada seluruh rakyat Indonesia. Pada segenap tim UKP-PIP/BPIP yang dengan gigih, bahu-membahu mengibarkan panji Pancasila, meski dengan segala kekurangan dan kesusahan yang ada, apresiasi dan rasa terima kasih sepantasnya aku haturkan. Saya mohon pamit.
“Segala yang lenyap yaitu kebutuhan bagi yang lain, (itu sebabnya kita bergiliran lahir dan mati). seperti gelembung-gelembung di maritim berasal, mereka muncul, kemudian pecah, dan kepada maritim mereka kembali