Upacara pelepasan Pasukan garuda oleh presiden Sukarno di halaman Istana Merdeka pada tanggal 31 Desember 1956 |
PENGIRIMAN MISI GARUDA I
Semenjak Perang Dunia II selsai, Timur Tengah selalu bergolak sebagai akibat didirikannya negara Israel di Palestina.
Pada tahun 1956 persoalan Timur Tengah menjadi lebih hangat setelah Terusan Suez dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser pada tanggal 26 Juli 1956. Sebagai akhirnya, pertikaian menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di luar daerah tersebut yang berkepentingan dalam dilema Suez. Pada bulan Oktober 1957 Inggris, Perancis, dan Israel melancarkan serangan adonan kepada Mesir.
Beberapa kota di sepanjang Terusan Suez dibom dan kawasan Mesir di Sinai diduduki. Situasi ini mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mendesak pihak-pihak yang bersengketa untuk berunding. Perundingan-negosiasi ternyata tidak berjalan tanpa gangguan.
Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Negeri Kanada Lester B. Pearson mengusulkan biar dibuat sebuah pasukan PBB untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui sidang dan pada tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah Komando PBB dengan nama United Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November 1956 Indonesia menyatakan kesediaanya untuk turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF.
Sebagai pelaksanaannya, pada tanggal 28 Desember 1956 dibuat sebuah pasukan yang berkekuatan satu detasemen (550 orang), yang berisikan kesatuan-kesatuan Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Sebagai Komandan Kontingen ditunjuk Kolonel Hartoyo, yang lalu diganti oleh Letkol Saudi. Kontingen Indonesia untuk UNEF yang diberi nama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957. Sumber: Buku 30 Indonesia Merdeka 1950-1964