SISTEMATIKA FILSAFAT
Ontologi
Ontologi yakni cabang filsafat yang membicarakan ihwal yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan wacana objek yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana keterkaitannya dengan daya tangkap insan yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan.
Objek telaah Ontologi tersebut yaitu yang tidak tampakpada satu perwujudan tertentu, yang membahas perihal yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap realita yang mencakup segala realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu ialah sebuah sisi dari kenyataan yang menangani semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu.
Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, adalah:
- Materialisme
Aliran yang menyampaikan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu bahan) hanya mungkin lahir dari yang ada.
- Idealisme (Spiritualisme)
Aliran ini menjawab kekurangan dari materialisme, yang menyampaikan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani yakni dunia pandangan baru yang lebih hakiki dibanding materi.
- Dualisme
Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan inspirasi, yang berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani.
- Agnotisisme
Aliran ini ialah pendapat para filsuf yang mengambil perilaku skeptis, adalah ragu atas setiap balasan yang mungkin benar dan mungkin pula tidak.
Epistemologi
Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu tiba dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana membedakan dengan lainnya. Kaprikornus berkenaan dengan suasana dan kondisi ruang serta waktu wacana sesuatu hal. Landasan epistemologi yaitu proses apa yang memungkinkan mendapatkan wawasan logika, budpekerti, estetika, bagaimana cara dan mekanisme menemukan kebenaran ilmiah, kebaikan adab dan keindahan seni, serta apa definisinya. Epistemologi tabiat menelaah penilaian epistemik wacana keputusan akhlak dan teori-teori moral.
Dalam epistemologi timbul beberapa pemikiran berpikir, ialah:
- Empirisme
Yang mempunyai arti pengalaman (empeiria), dimana wawasan insan diperoleh dari pengalaman inderawi.
- Rasionalisme
Tanpa menolak besarnya faedah pengalaman indera dalam kehidupan insan, tetapi persepsi inderawi cuma digunakan untuk merangsang kerja akal. Kaprikornus logika berada diatas pengalaman inderawi dan menekankan pada metode deduktif.
- Positivisme
Merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik tolak dari empirisme, tetapi harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reliabilitas wawasan.
- Intuisionisme
Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman yang tinggi yang cuma dimiliki manusia. Kemampuan ini yang mampu mengerti kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.
Aksiologi
Aksiologi ialah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan klasifikasi: (1) baik dan buruk; serta (2) indah dan buruk. Kategori nilai yang pertama di bawah kajian filsafat tingkah laris atau disebut budbahasa, sedang kategori kedua ialah objek kajian filsafat keindahan atau estetika.
Etika
Etika disebut juga filsafat etika (adab philosophy), yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti akhlak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah tabiat atau budpekerti diartikan kesusilaan. Objek material budpekerti ialah tingkah laris atau perbuatan insan, sedang objek formal budbahasa yaitu kebaikan atau kejelekan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia yaitu objek kajian adat yang telah berusia sungguh lama. Sejak penduduk insan terbentuk, persoalan perilaku yang tepat dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, lalu muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana sebuah perilaku itu mampu diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis.
- Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh ajaran Immanuel Kant, yang terkesan kaku, konservatif dan melestarikan status quo, yakni menyatakan bahwa baik buruknya sebuah perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan hasilnya. Suatu perilaku baik bila sikap itu sesuai norma-norma yang ada.
- Teologis
Teori Teologis lebih menekankan pada komponen hasil. Suatu perilaku baik bila buah dari sikap itu lebih banyak untung dibandingkan dengan ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan insan. Teori ini menimbulkan dua persepsi, adalah egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh yang mengajarkan ialah Jeremy Bentham (1742 – 1832), yang lalu diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806 – 1873).
Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal yang berhubungan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indak atau tidak indah.
Dalam perjalanan filsafat dari abad Yunani antik hingga sekarang muncul persoalan ihwal estetika, ialah: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan insan dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menawan terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan aturan.