Pengertian Rasio Pengukuran Profitabilitas

Pengertian Rasio Pengukuran Profitabilitas
Profitabilitas yakni hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Brigham, 2001:89). Untuk mampu menjaga kelancaran hidupnya, sebuah perusahaan haruslah berada dalam kondisi menguntungkan (Profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menawan modal dari luar. Para kreditor, pemilik perusahaan dan khususnya sekali pihak administrasi perusahaan akan berusaha memajukan laba ini, sebab disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi kurun depan perusahaan.
Terdapat beberapa cara pengukuran yang mampu dipergunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Masing-masing pengukuran tersebut dihubungkan dengan volume pemasaran, total assets dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan penganalisis untuk menganalisis tingkat earning dalam keterkaitannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan jumlah investasi tertentu.
Rasio profitabilitas bermaksud untuk mengukur kesanggupan perusahaan dalam menemukan keuntungan, baik dalam relevansinya dengan penjualan, asset, maupun kepada modal sendiri. Dengan demikian, rasio profitabilitas akan mengukur efektivitas administrasi secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dalam laba/laba yang diperoleh dari pemasaran dan investasi. Berbagai rasio yang dipergunakan untuk mengukur profitabilitas tersebut mampu diterangkan sebagai berikut:
a. Gross profit margin
Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor ketimbang pemasaran (sales). Semakin besar gross profit margin, maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, alasannya adalah hal itu menawarkan bahwa cost of goods sold relatif rendah dibandingkan dengan pemasaran. Demikian pula sebaliknya, makin rendah gross profit margin, makin kurang baik operasi perusahaan.
Gross profit margin dapat dihitung dengan formula selaku berikut (Syamsuddin, 1996:55) :
b. Operating Profit Margin
Rasio ini dipakai untuk mengukur kesanggupan perusahaan dalam menciptakan keuntungan operasi. Rasio ini menggambarkan apa yang biasa disebut pure profit sebab laba yang diukur di sini adalah laba yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dikerjakan, tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban kepada pemerintah (pajak).
Operating Profit Margin dapat dihitung dengan formula selaku berikut (Syamsuddin, 1996 : 55) :
Semakin tinggi rasio ini menawarkan keberhasilan administrasi perusahaan dalam menekan biaya operasi.
c. Net Profit Margin
Net profit margin ialah rasio antara laba higienis (net profit) dengan pemasaran (sales). Net profit di sini yaitu sisa dari hasil penjualan setelah seluruh ongkos-ongkos dikurangi termasuk bunga dan pajak. Dengan demikian rasio ini akan mengukur besarnya laba higienis yang diraih oleh perusahaan dari sejumlah pemasaran yang sudah dilaksanakan.
Net profit margin mampu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Syamsuddin, 1996:55)
Bagi pemimpin perusahaan, rasio laba higienis ini semakin besar akan kian baik. Tetapi hal ini belum mampu dijadikan ukuran yang representatif untuk menganggap sukses tidaknya perusahaan, alasannya laba yang diperoleh itu mesti pula ketimbang besarnya jumlah dana yang dipakai untuk menemukan keuntungan tersebut.
d. Return On Investment (ROI)
Return on investment (ROI) atau yang sering juga disebut dengan return on total assets ialah rasio yang dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan jumlah aktiva yang tersedia didalam perusahaan semakin tinggi rasio ini, dapat dikatakan kian baik pula keadaan perusahaan.
Return on investment (ROI) mampu dijumlah dengan formula (Syamsuddin, 1996:56).
e. Return On Equity (ROE)
Return on equity (ROE) ialah sebuah rasio yang dipakai untuk mengukur besarnya tingkat usulan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham umummaupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum, makin tinggi rasio ini menawarkan makin tingginya pula tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang saham / pemilik perusahaan.
Return on equity (ROE) dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut (Syamsuddin, 1996:58)

DuPont Profitabilitas
Sistem DuPont (DuPont System) dalam analisis keuangan sudah diketahui luas dalam pengukuran kinerja tingkat kemapuan perusahaan dalam menciptakan laba (Profitabilitas). DuPont System dapat dilihat return on investment (ROI) yang dihasilkan melalui perkalian antara keuntungan dari bagian-bagian sales serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menciptakan laba tersebut.
Tingkat pengembalian invstasi (return on investment, ROI) yaitu pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menciptakan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva (assets) yang tersedia di dalam perusahaan
Gambar Bagan DuPont System
Pada skema DuPont di atas, ROI diturunkan dari dua faktor, yaitu profit margin dan tumover assets. Profit margin menggambarkan kesanggupan perusahaan dalam memutuskan harga jual sebuah produk, relatif terhadap ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk menciptakan produk tersebut. profit margin merupakan selisih antara harga jual dengan biaya-ongkos produksi dan penjualan. Dengan demikian, selain ditentukan oleh harga jual, profit margin ditentukan pula oleh biaya-biaya. Pengeluaran perusahaan bagi supplier merupakan komponen ongkos yang dikeluarkan perusahaan atas aspek-aspek bikinan yang dipasok, baik material maupun tenaga kerja. Total assets turnover merupakan rasio yang merefleksikan tingkat efisiensi dalam penggunaan asset – asset perusahaan pada proses buatan. Total assets turnover memakai seberapa besar penjualan dapat diupayakan perusahaan dengan menggunakan sejumlah asset tertentu.
ROI mampu meningkat kalau margin keuntungan dan perputaran total aktiva meningkat. Margin laba dan turunannya merupakan kinerja operasi yang mampu meningkat bila HPP (harga pokok bikinan), ongkos penjualan, administrasi dan biasa , ongkos bunga dan pajak turun. Total aktiva dan turunannya ialah kinerja investasi, dapat meningkat bila perputaran piutang dagang, perputaran persediaan dan perputaran aktiva tetap meningkat. Equity multiplier dan turunnya merupakan kinerja pendanaan (financing), dapat meningkat jika hutang jangka panjang/aktiva dan perputaran hutang jualan turun; current ratio, quick ratio, dan interest coverage meningkat.
Keranga Pikir
Perusahaan bikinan semen (Pabrik Semen Bosowa) yang ialah obyek observasi ini khususnya di bidang administrasi keuangan utamanya tentang Anggaran Keuangan yang dijadikan selaku alat (aliran) dalam acara Pabrik Semen Bosowa.
Agar perusahaan ini mampu berjalan tanpa kendala dalam aktivitasnya maka seluruh dana (keuangan) yang digunakan harus dikontrol secara profesional supaya tidak terjadi Miss Management. Oleh karena itu perusahaan (pabrik semen ini) berupaya untuk memaksimalkan profitnya semoga perusahaan tetap survive.
Untuk itu maka dalam observasi ini digunakan beberapa alat analisis yang saling mendukung yaitu :
a. Model Analisis Selisih (Variance)
b. Model Analisis Profitabilitas
Mengenai hal tersebut dapat dilihat pada kerangka piker, selaku berikut :
Gambar Kerangka Pikir
Hipotesis
Hipotesis dalam observasi ini yakni selaku berikut:
1. Penggunaan anggaran yang ditetapkan oleh Pabrik Semen Bosowa di Kabupaten Maros dalam pelaksanaan budget belum berfungsi dengan baik dalam mengoptimalkan keuntungan.
2. Profitabilitas pada Pabrik Semen Bosowa di Kabupaten Maros belum diraih sesuai keinginan.