Pengertian, Ciri, Struktur, Dan Jenis-Jenis Pantun (Lengkap 12 Jenis Pantun)

Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai kini masih dikembangkan. Kata pantun memiliki arti ucapan yang terorganisir, pengarahan yang mendidik. Pantun juga mampu berarti sindiran. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik(atau empat baris bila dituliskan), bersajak ab-ab. Pantun pada awalnya merupakan sastra ekspresi, tetapi sekarang banyak dijumpai pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bab: sampiran dan isi. Sampiran yaitu dua baris pertama, terkadang tentang alam (flora dan fauna), dan lazimnya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang memberikan maksud. Dua baris terakhir ialah isi, dan tujuan dari pantun tersebut.
    Zaman dahulu, pantun digunakan sebagai bahasa pengirim atau bahasa pergaulan. Pantun diketahui di berbagai kawasan, tetapi dengan nama yang berlawanan. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat mampu didapatkan pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk , di Banjarmasin tirik dan ahui , gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan istilah perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang.
 merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan Pengertian, Ciri, Struktur, dan Jenis-Jenis Pantun (Lengkap 12 Jenis Pantun)
Ciri-ciri pantun
    Pantun memiliki ciri-ciri tersebut, antara lain:
a. mempunyai bait dan isi,
b. setiap bait terdiri atas baris-baris,
c. jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan hingga dua belas,
d. setiap bait terdiri atas dua bab, ialah sampiran dan isi.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Pantun dua baris

Anjing hutan suka melolong (sampiran)
Jangan suka bicara bohong (isi)

Pintu diketuk ada tamu (sampiran)
Rajin membaca bertambah ilmu (isi)

Pantun empat baris

Desa sawah mulai menghijau (sampiran)
Di tengah ada pematang (sampiran)
Apa arti bertindak maju (isi)
Kalau tanpa pedoman matang (isi)

e. Bersajak ab ab
Struktur Pantun
   Fungsi sampiran khususnya merencanakan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat diketahui karena pantun merupakan sastra lisan. Meskipun kebanyakan sampiran tak berafiliasi dengan isi, kerap kali bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai acuan dalam pantun ini:

Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Bentuk dan jenis-jenis pantun
    Pantun yang sering dipakai ialah pantun dua baris dan empat baris. Bentuk pantun beragam, misalnya: pantun belum dewasa, pantun jenaka, pantun suka cita, pantun kiasan, pantun rekomendasi, pantun duka cita, pantun kecerdikan pekerti, pantun agama, dan lain-lain.
Perhatikan pola berikut!
Pantun anak

Enak nian buah belimbing
Mencari ke pulau sebrang
Main bola ada pembimbing
Binatang apa berhidung panjang?

Berikut yaitu jenis-jenis pantun berserta misalnya:
1. Pantun jenaka

Orang mudik bawa barang
Pakai kain jatuh terguling
Kamu senang dilirik orang
Setelah sadar ternyata juling

Indah nian sinar mentari
Purnama tiba tak berbelah
Melihat orang malas berlari
Ternyata sandal tinggi sebelah

Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita seluruhnya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya

2. Pantun sukacita

Gurih nian ikan gurami
Tambah nikmat dengan kacang
Alangkah bahagia hati kami
Panen raya sudah tiba

3. Pantun kiasan

Luas nian samudra raya
Pagi-pagi nelayan melaut
Tak memiliki kegunaan memberi si kaya
Bagai menebar garam di bahari

Ayam langgar jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga

Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang latih
Bagaikan bunga kembang tak jadi


4. Pantun pesan yang tersirat

Jalan-jalan ke Semarang
Bawa bandeng tanpa duri
Belajar mulai sekarang
Untuk hidup kemudian hari

Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang

Kemuning di tengah balai
Bertumbuh terus kian tinggi
Berunding dengan orang tak bakir
Bagaikan alu pencungkil duri

5. Pantun dukacita

Beras miskin disebut raskin
Yang mendapat tak semua
Aku ini anak miskin
Harta benda tak kupunya

6. Pantun kebijaksanaan pekerti

Siapa yang tak simpatik
Melihat bunga dahlia
Kulit putih berwajah anggun
Sudah ayu berhati mulia

Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristri bagus
Kalau tidak dengan budinya

Anak belibis mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa alasannya adalah emas
Hilang kecerdikan alasannya adalah miskin


7. Pantun agama
Minum susu di pagi hari
Tambah lezat tambah cokelat
Pandai-pandai menenteng diri
Siapa tahu kiamat telah dekat

Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta ampun terhadap Tuhan

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis jenazah dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang


8. Pantun Adat

Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara etika pusaka

Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh

9. Pantun Kepahlawanan

Redup bintang hari pun subuh
Subuh datang bintang tak nampak
Hidup pantang mencari lawan
Musuh datang pantang ditolak

Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi


10. Pantun Percintaan

Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak yummy tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang

Anak monyet di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama meletakkan hati

11. Pantun Peribahasa

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Harapkan untung menggamit
Kain di badan didedahkan
Harapkan guruh di langit
Air tempayan dicurahkan

12. Pantun Teka-teki

Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung?

Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji di luar apa buahnya

Pantun berbalas
    Pantun berbalas adalah pantun yang dimainkan dua kalangan. Kelompok tersebut dapat dikembangkan menjadi kelompok “pro” dan “kontra” atau golongan gadis dan golongan jejaka. Jumlah anggota per kalangan tiga hingga lima orang. Berbalas pantun dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas untuk menengahi permainan. Setiap sesi berbalas pantun mesti memiliki tema. Urutan berbalas pantun terdiri atas pembukaan, isi, dan epilog.