Pengembangan Obyek Wisata

1.      Pengembangan Obyek Wisata
Pengembangan yaitu proses, cara pembuatan membuatkan kesasaran yang diinginkan (KBBI 1986, Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan ialah suatu perjuangan menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan kemajuan. Perubahan itu mampu dalam arti kualitas dan kuantitas. Secara kualitas mempunyai arti memajukan pesona obyek rekreasi melalui peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas mempunyai arti perluasan keanekaragaman obyek rekreasi serta akomodasi yang lain.
Dalam upaya pengembangan sebuah obyek rekreasi taktik-strategi dalam pelaksanaannya diperlukan untuk menciptakan sebuah obyek rekreasi menawan dan memilikidaya jual yang tinggi. Adapun bentuk-bentuk strategi yang dikerjakan ialah strategi promosi keseluruhan paket rekreasi baik obyek rekreasi alam maupun obyek wisata bikinan melalui program pengembangan seperti:
  1. Promosi mampu dikerjakan lewat media selebaran yang disebarkan di hotel atau tempat lazim (mall atau sentra perbelanjaan)
  2. Bekerja sama pada pihak hotel-hotel untuk mengiklankan obyek rekreasi ke pasar rekreasi internasional.
  3. Promosi lewat media internet yang dapat dijalankan oleh pihak Sub Dinas Pariwisata berafiliasi dengan pihak sponsor yang memiliki jaringan bisnis di bidang pariwisata.

Suatu obyek rekreasi biar menjadi kawasan tujuan rekreasi maka obyek wisata tersebut harus siap mendapatkan kedatangan pelancong dengan memperlihatkan pelayanan yang bagus setiap kunjungan wisatawan.
Spilance (1990) menyatakan bahwa untuk menciptakan pemasukan yang banyak dari turis maka dijalankan langkah-langkahdiantara lain:
  1. Meningkatkan pelayanan terpadu terpadu di pintu gerbang masuk turis sehingga membuat lebih mudah masuk wisatawan maupun keluar.
  2. Meningkatkan pelayanan ke daerah tujuan wisata baik kegiatan pokok maupun pendukung

Menurut Yoeti (1996) ada tiga aspek yang mampu memilih berhasilnya pengembangan pariwisata selaku industri. Ketiga aspek tersebut adalah:
  1. Tersedianya obyek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi sebuah tempat rekreasi. Misalnya keindahan alam, hasil kebudayaan, tata cara hidup penduduk , festival tradisional, dan upacara keagamaan.
  2. Adanya accessibility adalah prasara dan sarana dengan segala fasilitas sehingga memungkinkan para turis mendatangi suatu kawasan tujuan rekreasi tersebut.
  3. Tersedianya amenities ialah sarana kepariwisataan yang dapat menunjukkan pelayanan kepada turis selama dalam perjalanan wisata yang dapat dijalankan baik di dalam maupun di mancanegara.

Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata, pemerintah memainkan peranan bahkan mempunyai tanggung jawab dalam hal berikut:
  • Peraturan tata guna lahan pengembangan daerah pariwisata
  • Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya
  • Penyediaan infrastruktur pariwisata
  • Kebijakan akomodasi fiscal, pajak, kredit, dan ijin perjuangan
  • Keamanan dan kenyamanan berwisata
  • Jaminan kesehatan
  • Penguatan kelembagaan pariwisata
  • Pendampingan dan penawaran khusus pariwisata
  • Regulasi kompetisi perjuangan
  • Pengembangan sumberdaya manusia

Masyarakat setempat sebagai pihak yang menerima kedatangan turis, perlu dilibatkan dalam proses pengembangan pariwisata, biar keberhasilanya lebih terjamin. Berbagai peran dapat dilakukan oleh penduduk setempat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran yang dimaksud yaitu:
  • Menjadi pemandu wisata
  • Menjadi pelaku perjuangan pariwisata
  • Mengaktualisasikan budaya abad kemudian
  • Mengembangkan lembaga pariwisata
  Resiko Persalinan

Menurut Mahdy (1998), peranan penduduk dalam pengembangan yaitu melalui perilakunya ihwal kesadaran setiap warga masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dan ikut serta di bidang pariwisata yang dikenal dengan ungkapan ‘sadar wisata’ 
2.      Sapta Pesona
Peran penduduk dalam pengembangan suatu obyek wisata, sangat mempengaruhi kenyamanan turis untuk berkunjung ke obyek rekreasi tersebut. Adapun perwujudan tugas penduduk dalam partisipasi pelaksanaan sapta daya tarik. Sapta daya tarik terdiri dari dua suku kata ialah sapta dan daya tarik. Sapta bermakna tujuh dan daya tarik bermakna pesona sehingga seseorang merasa takjub dan betah.
Program Sapta Pesona mempunyai unsur-bagian sebagai berikut:
1.      Aman
  1. Suatu kondisi lingkungan rekreasi yang menunjukkan rasa hening, bebas dari rasa takut dan kecemasan turis
  2. Daerah tujuan wisata dengan lingkungan yang membuat tenteram wisatawan dalam melaksanakan kunjungan
  3. Menolong, melindungi, menjaga, memelihara, memberi dan mengurangi resiko buruk bagi turis yang berkunjung

2.      Tertib
  • Mencerminkan sikap disiplin, terstruktur dan propesional, sehingga menunjukkan ketentraman kunjungan pelancong.
  • Ikut serta memelihara lingkungan
  • Mewujudkan budaya antri
  • Taat hukum/ sempurna waktu
  • Teratur, rapi, dan lancar

3.      Bersih
  • Layanan yang merefleksikan keadaan bersih, sehat sampai menunjukkan rasa tenteram bagi kunjungan turis
  • Berpikir kasatmata pangkal hidup higienis
  • Tidak asal buang sampah/limbah
  • Menjaga kebersihan obyek wisata
  • Menjaga lingkungan yang bebas polusi
  • Menyiapkan makanan yang bersih
  • Berpakaian yang higienis dan rapi

4.      Sejuk
  1. Wisata yang sejuk dan teduh akan memperlihatkan perasaan tenteram dan betah bagi kunjungan pelancong
  2. Menanam pohon dan penghijauan
  3. Memelihara penghijauan di lingkungan daerah tinggal utamanya jalur rekreasi
  4. Menjaga kondisi sejuk area publik, rumah makan, penginapan, dan sarana fasilitas rekreasi lain

5.      Indah
  1. Wisata yang mencerminkan keadaan indah mempesona yang menawarkan rasa takjub dan kesan mendalam bagi wisatawan
  2. Menjaga keindahan obyek dan pesona wisata dalam tatanan serasi yang alami
  3. Lingkungan tempat tinggal yang terorganisir, tertib, danserasi dengan abjad serta istiadad lokal
  4. Keindahan vegetasi dan tanaman peneduh selaku komponen estetika lingkungan

6.      Kenangan
  1. Kesan pengalaman diminati wisata akan menyenangkan wisatawan dan membekas ingatan yang indah, hingga mendorong pasar kunjungan rekreasi ulang
  2. Menggali dan mengangkat kebudayaan setempat
  3. Menyajikan masakan/ minuman khas yang unik, higienis dan sehat
  4.  Menyediakan cendra mata yang menawan

7.      Ramah Tamah
  • Sikap penduduk yang merefleksikan situasi bersahabat, terbuka dan mendapatkan sampai turis betah atas kunjungannya
  • Jadi tuan rumah yang bagus dan rela menolong para turis
  • Memeberikan informasi ihwal budbahasa istiadat secara spontan
  • Bersikap menghargai atau toleran terhadap wistawan yang dating
  • Menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang nrimo
  • Tidak mengharapkan sesuatu atas jasa telah diberikan
  Metode Penelitian Untuk Pengembangan Pariwisata

A.    Penelitian Yang Relevan
1.      Widodo (2001)
Dalam penelitianya yang berjudul “Pengembangan Obyek Wisata dan Sumbanganya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dati II Klaten”, bertujuan untuk mengetahuiperkembangan obyek rekreasi di tempat penelitian dan untuk mengenali pinjaman pariwisata kawasan terhadap pemasukan asli tempat. Metode penelitian yang dipakai yakni analisis data sekunder dengan menggunakan analisis tabel frekwensi dan skoring. Data yang digunakan adalah pendapatan daerah, jumlah hadirin, dan infrastruktur. Hasil dari penelitian tersebut ialah dukungan dari sektor pariwisata merupakan pertolongan yang besar kepada pemasukan orisinil tempat, dan kabupatan klaten memiliki tingkat kemajuan obyek wisata alam yang masuk dalam klasifikasi sedang.
2.      Chairani (2006)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengembangan Pesona Wisatadi Desa Air Teluk Hessa Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan”, bermaksud untuk mengetahui keadaan lokasi wisata berdasarkan prasarana, fasilitas , keamanan, kebersihan, keindahan, keramah tamahan serta upaya yang dilaksanakan pemilik usaha dalam pengembangannya.
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kesempatanobyek rekreasi daya tarik wisata desa Air Teluk hessa tergolong baik, dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi prasarana menerangkan baik dengan skor 19 dari Range klasifikasi baik (16,3-21). Sedangkan untuk keadaan fasilitas juga mengambarkan skor baik dengan skor 19 dari range klasifikasi baik (18,7-24) serta penerapan sapta pesona di lokasi obyek rekreasi mendapatkan evaluasi baik dengan total keseluruan berkisar 31-36 dengan range baik 31-36. Selain itu dalam upaya pengembangannya pemilik perjuangan melaksanakan penawaran khusus yang disebarkan lewat media brosur.
3.      Nurchamsiah (2011)
Dalam Penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Mengaya Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah”, bertujuan untuk mengenali faktor-faktor pendukung pengembangan obyek wisata jeram Mengaya, mengetahui faktor-aspek penghambat obyek rekreasi riam Mengaya, mengenali usaha yang dilaksanakan dalam pengembangan obyek wisata gerojokan Mangaya.
Hasil penelitiannya adalah:
  1. Yang menjadi aspek pendorong dalam pengembangan obyek rekreasi tersebut adalah ketersediaan lahan yang luas dan keindahan alam yang masih menjaga kelestarian hutan
  2. Faktor penghambat ialah kurangnya sarana dan prasarana, penawaran khusus, serta penerapan sapta daya tarik kepariwisataan.
  3. Usaha pengembangan obyek wisata belum dikerjakan terhadap obyek rekreasi teladas Mengaya. Sedangkan peluangfisik yang dimiliki obyek wisata tersebut. Pengembangan yang mesti dikerjakan seperti kenaikan pengadaan fasilitas dan prasarana.

4.      Tri Eka Pardede (2011)
Dalam penelitiannya berjudul “Potensi dan kesempatan pengembangan Sektor Pariwisata Di Kota Tebing Tinggi, bertujuan untuk memenuhi cita-cita masyarakat kota Tebing Tinggi yang haus akan tempat hiburan. Dengan menyaksikan dari kesempatanwista yang berisikan aspek fisik mirip kondisi lahan dan air serta aspek non fisik mirip fasilitas dan prasarana dan sapta daya tarik dan peluang pengembangan yang berisikan peran penduduk dan pemerintah.
Hasil penelitiannya adalah:
  1. Sektor pariwisata di kota Tebing Tinggi sungguh memiliki potensi yang disebabkan adanya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan obyek rekreasi, strategisnya Kota Tebing Tinggi yang dikarenakan sebagai jalur transit lintas timur dan lintas tengah sehingga berpotensi untuk dibangun obyek wisata gres
  2. Sektor periwisata di kota Tebing Tinggi mempunyai Peluang untuk membuatkan obyek wisata yang ada di kota Tebing Tinggi tampakdari tingginya impian penduduk kota Tebing Tinggi yang menginginkan adanya obyek wisata sebagai kawasan untuk merilekskan asumsi dan bersantai yang kemudian mendapatkan pinjaman dari pemerintah yang langsung berbenah dan menciptakan program pembangunan beberapa obyek rekreasi di Kota Tebing Tinggi
  Pemahaman Pariwisata

5.      Sediati Siregar (2011)
Dalam penelitiannya yang berjudul “ Potensi Obyek Wisata di Kabupaten Dairi”, bermaksud untuk mengenali isu wacana peluangwisata dan upaya pemerintah dan penduduk dalam peranannya menyebarkan obyek rekreasi di kabupaten Dairi.
Hasil penelitiannya adalah kesempatanobyek rekreasi (alam dan Budaya) di kabupaten Dairi kurang meningkat dengan baik. Dapat dilihat kurangnya kelengkapan akomodasi dan kurangnya atraksi rekreasi. Upaya pemerintah dan masyarakat dalam membuatkan obyek wisata, dilihat dari hasil penelitian bahwa kedua belah pihak belum optimal usahannya dalam mengembangkan obyek wisata di kabupaten dairi. Kurangnya promosi mengakibatkan banyak lokasi obyek rekreasi kurang dikenal penduduk .
 
B.     Kerangka Berpikir
Suatu obyek rekreasi menjadi tempat tujuan rekreasi bagi setiap wisatawan mesti memiliki kesempatanobyek wisata yang mempesona. Potensi sebuah obyek rekreasi tidak sama di suatu tempat. Potensi obyek rekreasi tersebut dipengaruhi oleh faktor geografi alamiah, dan aspek non alamiah yang berhubungan dengan keterbatasan prasarana dan sarana, dan adanya atraksi serta tak kalah pentingnya tugas pihak pengelolah swasta dalam mengelolah obyek wisata tersebut. Pelaksanaan sapta daya tarik ialah pegangan bagi pertumbuhan pengembangan obyek wisata. Sapta pesona tersebut hadir dengan adanya efek dari masyarakat dan dan pihak pengelolah yang hendak menjadi daya tarik  bagi pengunjung untuk selalu tiba ke obyek rekreasi tersebut. Jika sapta daya tarik yang ada ditetapkan sepenuhnya maka secara otomatis akan mengembangkan arus kunjungan yang cukup membantu pengembangan bagi suatu obyek rekreasi.
Pihak swasta dalam upaya pengembangan terlihat dari penyediaan fasilitas, kawasan-daerah hiburan, adanya aktivitas promosi. Upaya-upaya tersebut ialah salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kedatangan pelancong. Dalam pengembangan dan pembangunan sebuah obyek rekreasi keterlibatan penduduk dibutuhkan berperan untuk kehadiran pelancong. Kesiapan masyarakt untuk mendapatkan wisatawan dan memperlihatkan kesan yang bagus bagi kedatangan pelancong, sangat menolong, dalam pengembangan obyek rekreasi ke arah yang lebih baik. Pemerintah juga memainkan peranan yang penting selaku pendukung kelancaran aktivitas dari sebuah obyek wisata. Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan dan pengembangan obyek rekreasi Air Terjun Ponot diharapkan meningkatkan kemajuan pelancong, kenaikan devisa dan membuka lapangan kerja seta mampu melestarikan kebudayaan bangsa.

Kerangka berpikir untuk lebih jelasnya digambarkan dalam sketsa berikut:
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir