Pengembangan Bioreduktor Alami Untuk Industri Kimia Di Masa Depan

Oleh: Ika Devi Virgo Sari (@T03-Ika)

Peta Konsep Industri Kimia di Masa Depan

Abstrak

Revolusi Industri dalam sejarah modern, merupakan sebuah proses pergeseran dari ekonomi agraris dan kerajinan menjadi ekonomi yang didominasi oleh industri dan manufaktur mesin. Industri Kimia sendiri, merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi zat kimia yang memakai bahan kimia. Pada peluang kali ini aku akan sedikit membahas salah satu bidang yang ada dalam industri kimia ini, yaitu perihal nanoteknologi dengan bioreduktor alami dalam pengerjaan nanopartikel.

Kata kunci: kimia, revolusi, industri, perubahan, nanopartikel, bioreduktor, nanopartikel, lingkungan, kimia hijau

Abstract

The Industrial Revolution in modern history, is a process of change from an agrarian and handicraft economy to an economy dominated by industry and machine manufacturing. Chemical industry itself, refers to an industry involved in the production of chemical substances using chemicals. On this occasion, I will briefly discuss one of the fields in the chemical industry, which is about nanotechnology with natural bioreductants in the manufacture of nanoparticles.

Keywords: chemistry, revolution, industry, change, nanoparticles, bioreductants, nanoparticles, environment, green chemistry.

1.    Pendahuluan

Seperti yang kita tahu sebelumnya, menurut Kemenpenrin (2012) industri ialah acara ekonomi yang mengolah materi baku yang mempergunakan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang atau jasa yang memiliki nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi.

Bersumber dari Environmental Encyclopedia, revolusi industri, dalam sejarah terbaru, merupakan suatu proses perubahan dari ekonomi agraris dan kerajinan menjadi ekonomi yang didominasi oleh industri dan manufaktur mesin. Perubahan teknologi ini memperkenalkan cara baru untuk melakukan pekerjaan dan hidup serta mengubah masyarakat secara fundamental. Proses ini dimulai di Inggris pada periode ke-18 dan dari sana menyebar ke bagian lain dunia. Meskipun sebelumnya pernah dipakai oleh penulis Prancis, ungkapan Revolusi Industri pertama kali dipopulerkan oleh sejarawan ekonomi Inggris Arnold Toynbee (1852–83) untuk menggambarkan kemajuan ekonomi Inggris dari tahun 1760 hingga 1840.

Sedangkan untuk Industri Kimia sendiri, merujuk pada sebuah industri yang terlibat dalam produksi zat kimia yang memakai bahan kimia. Industri ini meliputi petrokimia, agrokimia, farmasi, polimer, cat, dan oleokimia. Industri ini memakai proses kimia kompleks, yang di dalamnya tergolong reaksi kimia untuk membentuk zat gres, pemisahan menurut sifat mirip kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi oleh panas, serta metode-sistem lain. (Wikipedia.org.)

Industri kimia lahir pada pertengahan abad ke-18 yang tercipta alasannya adalah adanya tuntutan dari industri lain. Karena industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain, menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimi
a yang mampu berbentukproduk simpulan atau produk yang hendak digunakan di industri lain. Ruang lingkup industri kimia sebagian dibentuk oleh kebiasaan dan bukan oleh akal. (
Aftalion, 1991)

  Pengaplikasian Dan Pengembangan Penemuan Berbasis Desain Industri Hijau

Pada tahun 1850, industri kimia pada dasarnya yaitu industri anorganik atau mineral yang dikendalikan oleh Prancis dan Inggris.  Kedua negara menikmati laba pasar di mana Revolusi Industri sudah mendorong acara mirip pengerjaan sabun, pembuatan beling, atau tekstil, yang membutuhkan peningkatan jumlah produk kimia. (Aftalion, 1991)

Dalam artikel kali ini saya akan sedikit membahas salah satu bidang yang ada dalam industri kimia ini, yaitu tentang nanoteknologi dengan bioreduktor alami dalam pengerjaan nanopartikel.

 

2.   Rumusan Masalah

Ø  Apa korelasi nanoteknologi dalam Industri Kimia?

Ø  Apa saja ekstrak dari bahan alami yang dapat dijadikan bioreduktor?

Ø  Bagaimana prediksi Industri Kimia di masa depan?

 

3.   Tujuan

Ø  Untuk mengetahui apa hubungan nanoteknologi dalam industri kimia.

Ø  Untuk mengetahui apa saja ekstrak dari bahan alami yang mampu dijadikan bioreduktor.

Ø  Untuk mengenali bagaimana prediksi industri kimia di kurun depan.

 

4.   Pembahasan

Ø  Hubungan Nanoteknologi dalam Industri Kimia

Nanoteknologi ialah teknologi rekayasa material dalam skala nanometer atau satu per satu milyar meter  dari atom-atom atau molekul-molekul untuk mendapatkan sifat-sifat yang mampu dikontrol sesuai keinginan. Teknologi ini menggabungkan beberapa disiplin ilmu yakni ilmu kimia, fisika, biologi, elektronik, mesin dan ilmu material. Dalam kimia ada yang gres-baru ini dikenal dengan Nanokimia ialah disiplin baru dalam nanoteknologi yang berkatian dengan sifat-sifat unik yang terkait dengan perakitan atom atau molekul khususnya lewat metoda kimiawi, ini juga bekerjasama dengan nanopartikel. (Anonim-UNY, 2010)

Definisi lain mengatakan bahwa nanoteknologi ialah pemahaman dan kontrol materi pada dimensi 1 sd 100 nm dimana fenomena-fenomena unik yang timbul dapat dipakai untuk aplikasi-aplikasi baru. Nanoteknologi mempunyai daerah dan imbas aplikasi yang luas mulai dari bidang material maju, transportasi, ruang angkasa,  kedokteran, lingkungan, IT sampai energi. Sehingga dalam dunia industri nanoteknologi ini ialah salah satu produk yang sedang dikembangkan lebih lagi. (Anonim-UNY, 2010)

 

Ø  Ekstrak dari Bahan Alami yang dapat dijadikan Bioreduktor

Perkembangan nanoteknologi dikala ini, kian dikembangkan dengan konsep kimia hijau yang ramah lingkungan. Salah satu produk yang dikembangkan ketika ini ialah pembentukan nanopartikel dengan menggunakan bioreduktor alami. Ternyata limbah kuliner dari hasil budidaya dan limbah holtikultura mengandung biomolekul dan senyawa yang dapat bermafaat yang mampu memiliki kegunaan sebagia bioreduktor. Yang mampu mereduksi logam dalam larutan berair membentuk nenopartikel logam dan oksida logam.

  Bukan Cuma Pencemaran Tetapi Juga Kepunahan

Berikut beberapa acuan bioreduktor alami yang sudah didapatkan sebagai bioreduktor alami.

o   Tanaman pereduksi pada  sintesis  nanopartikel  emas.

Tanaman yang dipilih adalah tumbuhan yang mengandung senyawa flavonoi, yakni pandan (Pandanus amaryllifolius),  kemangi (Ocimum citriodorum), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), labu siam (Sechium edule), dan rumput mutiara (Hedyotis corymbosa). Sintesis dilaksanakan dengan pengadukan HAuCl4 0,5 mM dengan 3 mL bioreduktor pada skala 2 alat pengaduk tipe IKA C-MAG HS 7 dengan atau tanpa penambahan penstabil pada larutan. Kelima ekstrak dapat mereduksi Au3+ menjadi Au dan menciptakan  partikel  emas  dengan  ukuran  nanometer  yang  ditandai dengan  terbentuknya  produk  berwarna  merah. (Wahyuni, M.  dan M. S. Sudrajat. 2017)

o   Daun ilalang mengandung senyawa bioaktif mirip alkaloid dan flavonoid. Senyawa flavonoid mampu dipakai sebagai zat reduktor alami dalam sintesis nanopartikel perak  (AgNPs). Sintesis nanopartikel perak memakai sistem green synthesis (reduktor alam). Terbentuknya koloid nanopartikel perak terlihat secara visual ditandai dengan pergeseran warna koloid menjadi coklat sehabis penambahan ekstrak daun ilalang.

o   Dubey (2010) telah melaporkan pembentukan nanopartikel perak dan emas yang masing-masing dengan diameter 16 nm dan 11 nm dengan menggunakan prekursor larutan Ag dan Au encer dengan bioreduktor ekstrak Tanacetum vulgare (buah tansi). Selain itu, beberapa ekstrak limbah  Makanan lain seperti Pyrus sp (buah pir) dan Mangifera indica (kulit mangga) sudah menawarkan kemampuannya dalam mereduksi ion Au (I) untuk membentuk nanopartikel Au (Yang, 2014. Ghodake 2010 dalam Hidayat, 2021).

Ø  Prediksi Industri Kimia di Masa Depan.

Dengan pengembangan nanoteknologi yang berbasis kimia hijau tersebut diperlukan mampu membuat industri kimia di periode depan akan makin meningkat dan ramah lingkungan. Dan menyaksikan ke era depan, kemungkinan besar teknik kimia akan memberikan solusi untuk setidaknya dua duduk perkara utama dunia: pasokan air tawar yang mencukupi di semua kawasan melalui desalinasi air laut dan pengendalian lingkungan lewat pencegahan polusi.

 

5.   Kesimpulan

Nanoteknologi yaitu teknologi rekayasa material dalam skala nanometer atau satu per satu milyar meter  dari atom-atom atau molekul-molekul untuk menerima sifat-sifat yang dapat dikelola sesuai impian. Perkembangan nanoteknologi dikala ini, makin dikembangkan dengan konsep kimia hijau yang ramah lingkungan. Dengan semakin banyaknya inovasi dan pengembangan bioreduktor dengan materi alami dan industri kimia yang berbasis kimia hijau. Diharapkan, industri kimia di masa depan akan makin maju, tidak cuma dapat menjadikan pencemaran lingkungan tetapi juga dapat memperoleh solusi untuk pencemaran tersebut.

  Tidak Harus Besar Langkah Kecilpun Bisa Menanggulangi Pencemaran Udara Dan Air

Daftar Pustaka

Abdassah, Marline. 2017. Nanopartikel dengan gelasi ionik. Jurnal Farmaka, 15(1), 45-52. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Dalam http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/12138. (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Aftalion, Fred. 1991.  A History of the International Chemical Industry. (O. T. Benfey dan P. P. McCurdy, Terjemahan). Amerika Serikat: University of Pennsylvania Press. Hlm. 32. Dalam https://www.google.co.id/books/edition/A_History_of_the_International_Chemical/–Hsa_KuCqIC?hl=id&gbpv=0. (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Hidayat, Atep Afia. 2021. Industri Kimia di Masa Depan. Dalam Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana.

 

Wahyuni, Marwita  dan M. S. Sudrajat. 2017. Skrining Aktivitas Bioreduktor Beberapa Ekstrak Tanaman Asia Untuk Sintesis Nanopartikel Emas. Bandung: Politeknik Negeri Bandung. Dalam http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/148/jbptppolban-gdl-marwitawah-7357-1-kelengka-0.pdf.  (Diakses pada 25 Oktober 2021)

 

Wijaya, Karna. 2012. Nanoteknologi Dan Energi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Dalam postingan Pusat Studi Energi UGM: https://pse.ugm.ac.id/nanoteknologi-dan-energi/ (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Zulaicha, A. S., Saputra, I. S., Sari, I. P., Ghifari, M. A., Yulizar, Y., Permana, Y. N., & Sudirman, S.. 2021. Green Synthesis Nanopartikel Perak (AgNPs) Menggunakan Bioreduktor Alami Ekstrak Daun Ilalang (Imperata cylindrica L). Rafflesia Journal Of Natural And Applied Sciences, 1(1), 11-19. Dalam https://ejournal.unib.ac.id/index.php/rjna/article/view/15588. (Diakses pada 25 Oktober 2021)

 

Sumber internet:

Anonim. 2010.Nanoteknologi Dalam Kimia”.  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam http://fmipa.uny.ac.id/id/info/nanoteknologi-dalam-kimia.html. (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Wikipedia. Terakhir diubah pada Juli 2021. “Industri kimia”. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kimia. (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Standen, Anthony and Killheffer, John V.. Terakhir diubah Januari 2021. “Chemical industry”. Dalam Encyclopedia Britannica: https://www.britannica.com/technology/chemical-industry. (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. Terakhir diubah Juli 2021. “Industrial Revolution”. Dari Encyclopedia Britannica: https://www.britannica.com/event/Industrial-Revolution.  (Diakses pada 24 Oktober 2021)

 

Hanson, C. Terakhir diubah Juni 2017. “chemical engineering”. Dari Encyclopedia Britannica: https://www.britannica.com/technology/chemical-engineering. (Diakses pada 24 Oktober 2021)