Pengelolaan Kelas

PENGELOLAAN KELAS 


1.      Pengertian Pengolaan Kelas
Menurut Drs. Winarno Hamiseno pengelolaan adalah substantifa dari mengorganisir. Sedangkan mengurus adalahsuatu langkah-langkah yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melakukan sampai dengan pengawasan dan evaluasi.[1]
Dari uraian tersebut mampu ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan yakni
penyelenggaraan atau pengurusan semoga sesuatu yang dikontrol dapat berjalan dengan lancar.
Selajutnya pemahaman kelas sendiri, menurut Hadari Nawawi kelas  dapat dipandang dari dua sudut yaitu :
1.      Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2.      Kelas dalam arti luas adalah, sebuah masyarakat kecil yang merupakan bagian dari penduduk sekolah, yang selaku satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan aktivitas acara berguru mengajar yang inovatif untuk mencapai satu tujuan. [2]
Pengelolaan kelas berdasarkan beberapa jago diantaranya adalah:
Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany, bahwa pengelolaan kelas ialah proses seleksi dan penggunaan alat
alat yang sempurna kepada problema dan suasana kelas.
Sudirman N, dkk, pengelolaan kelas ialah kesanggupan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas.
Hadar Nawawi, pengelolaan kelas yakni kesanggupan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan kesempatankelas berupa sumbangan peluang
yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang inovatif dan terarah.
Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas yakni suatu perjuangan yang dikerjakan oleh penanggung jawab acara berguru mengajar atau yang menolong dengan maksud agar dicapaikondisi maksimal sehingga mampu terealisasi kegiatan belajar mirip yang diharapkan.[3]
Menurut Djamarah & Zaini secara sederhana pengelolaan kelas berarti aktivitas pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Sedangkan menurut mulyasa pengelolaan kelas ialah kemampuan seorang guru untuk  membuat keadaan iklim pembelajaran yang aman dan mengendalikanya kalau terjadi gangguan dalam pembelajaran.[4]
Usaha guru dalam menciptakan kondisi dibutuhkan akan efektif kalau : Pertama, dikenali secara sempurna faktor-faktor yang mampu menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
Kedua, diketahui problem-persoalan yang diperkirakan dan biasanya timbul dan mampu merusak iklim berguru mengajar. Ketiga, dikuasainya banyak sekali pendekatan dalam pengelolaan kelas dan dimengerti pula kapan dan untuk persoalan mana suatu pendekatan dipakai.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengelolaan kelas ialah
suatu perjuangan yang dilakukan oleh penyelenggara atau penanggung jawab acara mencar ilmu mengajar atau yang membantu dengan maksud supaya diraih kondisi maksimal sehingga mampu terealisasi aktivitas berguru mengajar yang diperlukan.
Kemudian Menurut Made Pidarta untuk mengurus kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Bahwa kelas yakni sekelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh peran-peran yang diarahkan oleh guru
2.      Dalam situasi kelas, guru bukanlah tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi seluruh anak dan kelompok.
3.      Kelompok mempunyai perilaku sendiriyang berlawanan dengan perilaku masing-masing individu dalam kalangan tersebut.
4.      Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya terhadap individu. Pengaruh yang buruk mampu dibatasi mampu  dibatasi oleh perjuangan guru dalam membimbing mereka dalam kelas.
5.      Praktek guru waktu belajar cenderung berpusat pada kekerabatan guru dan siswa. Makin meningkat keahlian guru mengelola secara kalangan kian puas individu dalam kelas.
6.      Struktur golongan, contoh komunikasi dan kesatuan kalangan ditentukan oleh cara mengurus, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun yang apatis, abad terbelakang, dan berselisih. [5]
2.      Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan yang diniatkan dalam setiap aktivitas belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan mampu diraih secara maksimal bila mampu diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Akan tetapi acara atau tujuan kelas tidak akan mempunyai arti jika tidak diwujudkan menjadi sebuah bentuk kegiatan.[6]
Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya sudah tergantung dalam tujuan pendidikan, secara umum tujuan pengelolaan kelas yaitu menyediakan fasilias dari bermacam-macam acara mencar ilmu siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya situasi social yang menawarkan kepuasan,  suasana disiplin, pertumbuhan  intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi.
Tujuan pengelolaan kelas ialah semoga setiap anak dikelas mampu melakukan pekerjaan dengan tertib sehingga secepatnya tercapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Sebagai indikator dari sebuahkelas yang efektif adalah apabila:
a.       Setiap anak terus melakukan pekerjaan , tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti alasannya tidak tahu akan tugasnya yang mesti dikerjakan atau tidak dapat melaksanakan peran yang diberikan kepadanya.
b.      Setiap anak terus melaksanakan pekerjaanya tanpa mencampakkan waktu. Artinya, setiap anak akan bekerja segera biar lekas menyelesaikan peran yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang meskipun tau dan mampu melakukan tugasnya, tetapimengerjakanya kurang kasar dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
3.      Komponen Dalam Pengelolaan Kelas
a.       Kondisi fisik.
Kondisi fisik daerah berlangsungnya mencar ilmu mengajar mempunyai imbas yang Sangat signifikan terhadap hasil belajar mengajar. lingkungan fisik yang dmaksud yakni:
1)   Ruangan kawasan berlangsungnyaproses belajar mengajar
Ruangan daerah berlangsungnyabelajar mengajar mesti memungkinkan siswa bergerak leluasa. Tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta latih yang satu dengan yang
lainya. Besarnya kelas akan Sangat tergantung padaberbagai hal antara lain: jenis aktivitas, apakah kegiatan tatap paras dalam kelas ataukah dalam ruang praktikum, jumlah peserta ajar yang melakukan kegiatan-aktivitas bareng akan berbeda dengan kegitan dalam kalangan kecil. Apabila ruangan tersebut memakai hiasan, pakailah hiasan yang memiliki nilai pendidikan yang dapat secara langsung mempunyai daya sembuh bagi pelnggar disiplin. Misalnya dengan kata-kata yang baik, ajuan-proposal, gambar tokoh sejarah dan sebaginya.
2)   Pengaturan kawasan duduk
Pengaturan tempat duduk akan Sangat menghipnotis kelancaran proses belajar mengajar. Dalam menertibkan daerah duduk yang paling terpenting adalahmemungkinkan terjadinya tatap muka, semoga guru mampu sekaligus menertibkan tingkah laku penerima asuh. Beberapa pengaturan daerah duduk antara lain: Berbaris, pengelompokan yang terdiri antara 8 sampai 10 orang, setengah ligkaran, berupa bundar, individual yang umumnya terlihat diruang baca, diperpustakaan, atau diruang praktek laboratorium, tersedianya ruang yang sifatnya bebas dikelas disamping kursi daerah bduduk yang dikontrol. Dengan sendirinya penataan kawasan duduk ini diatur sesuai dengan kebutuhan.
3)   Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi mesti cukup menjamin kesehatan peserta latih, jendela harus cukup besar sehingga memunginkan panas cahaya matahari masuk. Usahakan udara yang masuk sehat lewat ventilasi yang bagus sehingga peserta ajar bisa menghirup udara yang sehat, mampu menyaksikan goresan pena dengan terang,
4)   Pengaturan dan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada kawasan khusus yang gampang dijangkau jikalau segera dibutuhkan yang hendak depergunakan bagi kepentingan belajar mengajar. Tentu saja problem pemeliharaan barang- barang tersebut akan sangat penting, dan secara periodik harus di cek dan di recek. Hal yang tak kalah pentingnya yakni penjagaan barang-barang tersebut dari pencurian, penjagaan kepada barang yang gampang terbakar atau meledak.
b.      Kondisi Sosio- Emocional
Howes dan Herald (1999) menyampaikan pada intinya, kondisi ini ialah bagian yang menciptakan seorang menjadi terpelajar memakai emosi.[7] Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi manusia itu terletak pada daerah hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang kalau diakui dan dihormati, dapat menyediakan kondisi yang bagus untuk dirinya sendiri dan orang lain.
c.       Kondisi Organizational
Kegiatan berkala yang secara organizational dilakukanbaik tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah akan mampu menghalangi duduk perkara pengelolaan kelas. Dengan aktivitas yang jelas dan dikelola dengan dikomunikasikanya terhadap semua akseptor bimbing secara terbuka sehingga terang pula bagi mereka dan akan menjadikan tertanam pada diri setiap akseptor asuh kebiasaanyang baik dan keteraturan tingkah laris.
d.      Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua klasifikasi adalah duduk perkara perorangan dan dilema kelompok.[8]
Meskipun kadang-kadang perbedaan antara kedua kalangan itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan pengeloaan kelas seorang guru akan efektif jika dia mampu mengidentifikasikan dengan sempurna hakikat duduk perkara yang sedang dihadapi, sehingga pada giliranya ia dapat memilih taktik penanggulangan yang tepat pula.
4.      Tindakan Dalam Pengelolaan Kelas
a.       Tindakan Preventif
Tindakan pengelolaan kelas adalahtindakan yang dikerjakan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses berguru mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan ialah dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun sosia-emosional sehingga terasa benar akseptor didik rasa kenyamanan dan keselamatan untuk mencar ilmu.[9]
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laris penerima didik yang menyimpangdan merusak kondisi maksimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
b.      Melakukan tindakan korektif
Dalam kegiatan pengelolaan tindakan sempurna dan secepatnya sangatlah dibutuhkan. Dimensi tindakan ialah kegiatan yang semestinya dilakukan guru bila terjadi duduk perkara pengelolaan. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan tindakan akseptor latih secepat dan sedini mungkin.
c.       Melakukan langkah-langkah penyembuhan (kuratif)
Pelanggaran yang kadung dilaksanakan oleh peserta latih perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual  maupun kelompok.

  Perlindungan Tugas Oleh Guru Dan Acara Belajar Siswa A. Tunjangan Tugas 1. Pengertian Dukungan Tugas Acara Interaksi Pembelajaran Harus Senantiasa Ditingkatkan Efektivitas Dan Efesiensinya. Dengan Banyaknya Aktivitas Pembelajaran Di Sekolah, Dalam Usaha Memajukan Kualitas Dan Frekuensi Isi Pelajaran, Maka Sangat Menyita Waktu Siswa Untuk Melakasanakan Aktivitas Mencar Ilmu. Untuk Menangani Keadaan Tersebut Guru Perlu Memperlihatkan Tugas-Tugas. Berdasarkan Roestiyah Nk (2001:133) Menyampaikan : “Teknik Santunan Tugas Atau Resitasi Lazimnya Digunakan Dengan Tujuan Semoga Siswa Mempunyai Hasil Belajar Yang Lebih Mantap, Alasannya Adalah Siswa Melakukan Latihan-Latihan Selama Melakukan Peran, Sehingga Pengalaman Siswa Dalam Mempelajari Sesuatu Dapat Lebih Terintegrasi”. Searah Dengan Itu Inne Ibrahim Dan Nana Syaodih S. (2003:107) Bahwa : “Metode Dukungan Tugas Dimaksudkan Untuk Memberi Potensi Terhadap Siswa Melakukan Peran Atau Kegiatan Yang Bekerjasama Dengan Pelajaran Seperti Menjalankan Soal-Soal, Mengumpulkan Kliping, Dan Sebagainya”. Dari Usulan Di Atas Bahwa Bantuan Tugas Yakni Cara Yang Diberikan Oleh Guru Untuk Merangsang Anak Bimbing Aktif Belajar Melakukan Latihan-Latihan Agar Hasil Berguru Lebih Baik. Untuk Lebih Memantapkan Pengusaan Terhadap Bahan Yang Sudah Disampaikan, Maka Siswa Diberikan Tugas, Contohnya Membuat Kesimpulan Atau Generalisasi Dari Hasil Penyampaian Atau Mengerjakan Pekerjaan Rumah. 2. Pelaksanaan Tunjangan Peran Sebelum Guru Menunjukkan Peran Kepada Siswa, Guru Mesti Mempertim- Bangkan Penggunaan Tata Cara Ini. Apakah Tugas-Tugas Itu Wajar Diberikan, Apakah Memberatkan Siswa, Apakah Siswa Mampu Melaksanakannya Atau Ada Kemungkinan-Kemungkinan Lain Yang Mengusik Siswa Dalam Melakukan Peran-Tugas Yang Diberikan. Untuk Itu Roestiyah Nk (2001:136) Bahwa Dalam Pelaksanaan Dukungan Peran Guru Perlu Mengamati Langkah-Langkah Selaku Berikut : A. Merumuskan Tujuan Khusus Dari Tugas Yang Diberikan. B. Memikirkan Benar-BenarApakah Pemilihan Teknik Resitasi Itu Sudah Mampu Meraih Tujuan Yang Sudah Dirumuskan. C. Guru Perlu Merumuskan Tugas-Peran Dengan Jelas Dan Gampang Dimengerti. Dari Usulan Diatas, Guru Dalam Menggunakan Teknik Ini Supaya Sasarannya Mampu Tercapai, Maka Perlu Memikirkan Apakah Tujuan Yang Mau Di Capai Dengan Peran Cukup Jelas. Untuk Itu Nursid Sumaatmadja (1984:110) Dalam Menawarkan Tugas, Guru Dalam Merumuskan Tujuan Yang Jelas Adalah: A. Merangsang Untuk Melakukan Pekerjaan Lebih Baik, Memupuk Tanggung Jawab, Inisiatif Dan Berdidri Sendiri. B. Membengkitkan Minat Siswa Untuk Mengisi Waktu Luasng Dengan Kegiatan Sekolah. C. Memperkaya Pengalaman-Pengalaman Sekolah Dengan Kegiatan-Acara Di Luar Sekolah. D. Memperkuat Hasil Mencar Ilmu Di Sekaolah Dengan Latihan-Latihan Berguna, Penting Dan Terintegrasi. Sehabis Siswa Mengerti Tujuan Dan Makna Tugas, Maka Siswa Akan Melakukan Tugas Dengan Mencar Ilmu Sendiri Dengan Tujuan-Tujuan Yang Telah Digariskan Dari Klarifikasi Guru. Dalam Proses Ini Guru Perlu Mengendalikan Pelaksanaan Tugas, Lebih-Lebih Pada Dikala Tugas Yang Dilaksanakan Di Sekolah. Bila Tugas Yang Dilaksanakan Oleh Siswa Tidak Sesuai Dengan Tujuan Yang Sudah Dirumuskan, Maka Guru Dapat Mem Berikan Bentuk Tugas Lain, Agar Apa Yang Dibutuhkan Mampu Tercapai. Dalam Pelaksanaan Sistem Ini Guru Mampu Menawarkan Peran Berupa Bantuan Tugas Dalam Proses Pembelajaran Dan Tunjangan Tugas Di Rumah. 3. Pemberian Tugas Dalam Proses Pembelajaran Bentuk-Bentuk Peran Yang Dapat Diberikan Pada Pekerjaan Sekolah Maupun Pekerjaan Rumah Mampu Dibedakan Ke Dalam Dua Bab, Ialah Peran Perorangan Dan Tugas Kelompok. Menurut Nursid Sumaatmadja (1984:111) Bahwa: “Peran Perorangan Lebih Ditekankan Terhadap Pembinaan Kognitif-Afektif-Psikomotor Siswa Secara Perorangan”. Sedangkan Menurut Nana Sudjana (1996:86) Bahwa : “Peran Kalangan Lebih Menekankan Kegiatan Berguru Siswa Secara Bersama Dalam Golongan Sehingga Berbagi Kekerabatan Sosial Dalam Pemecahan Dilema Belajar”. Dari Usulan Di Atas Berdasarkan S. Nasution (2000:119) Bahwa Sifat-Sifat Tugas Individual Ini Yaitu : 1. Self-Intructive Peran Ini Biasanya Di Cetak Atau Distensil. Bawah Umur Harus Membaca Sendiri Instruksi Atau Petunjuk-Petunjuk Perihal Cara Melakukan Peran Itu, Sedapat Mungkin Tanpa Bantuan Dari Pihak Guru, Jadi Berdasarkan Maximum Self Help, Ialah Membantu Diri Secara Optimal. 2. Self-Corrective Artinya Berisi Balasan Sehingga Anak Itu Dapat Menyelidiki Pekerjaannya Sendiri Dan Dengan Demikian Mengenali Hasil Belajarnya. Anak Dapat Memperbaiki Kesalahannya Sendiri. Peran Perorangan Di Atas Siswa Dituntut Berdasarkan Kesanggupan Dan Kerajinan Masing-Masing. Sungguhpun Demikian, Peran Perorangan Ini Siswa Di Beri Kesempatan Untuk Berdialog Dengan Siswa Lain, Tetapi Tetap Tugas Yang Harus Diselesaikannya Bersifat Perorangan. Langkah Langkah Yang Mesti Di Tempuh Oleh Guru Dalam Pinjaman Peran Individual Ini Menurut Nana Sudjana (1996:83) Yaitu : A. Menurut Tujuan Dan Materi Yang Sudah Disiapkan Sebelumnya (Pada Satpel), Guru Menjelaskan Tujuan Pengajaran Yang Mesti Diraih Siswa (Tik) Dan Cara Siswa Berguru Dengan Versi Mengajar Perorangan. B. Guru Menerangkan Materi Pengajaran Secara Sistematis Dan Logis. Pokok Bahan Iytu Di Tulis Di Papan Tulis. Beri Potensi Kepada Siswa Untuk Bertanya Sampai Materi Tersebut Dikuasai Betul Oleh Para Siswa (Peran Tanpa Materi). Bagikan Materi Atau Sumber Belajar, Misalnya Buku Pelajaran Atau Buku Modul Untuk Dipelajari Oleh Siswa. Jika Tidak Ada Buku Sumber, Bahan Itu Di Buat Oleh Guru Secara Tertulis Supaya Dapat Dipelajari Siswa (Tugas Dengan Materi). C. Bagikan Lembaran Kerja Untuk Setiap Siswa. Lembaran Kerja Berisi Tugas-Tugas Ataupun Soal-Soal Yang Bersumber Dari Materi Yang Telah Diterangkan Oleh Guru Atau Dipelajari Siswa. Peran Atau Soal Lazimnya Berisi Pertanyaan Kenangan Dan Atau Anggapan, Menciptakan Atau Mencari Acuan-Contoh Dari Setiap Rancangan Yang Telah Dipelajari, Aplikasi Dari Rancangan Dalam Pemecahan Dilema, Menciptakan Diagram (Grafik)Atau Uraian Wacana Desain Yang Telah Dipelajarinya, Menciptakan Ikhtisar (Rangkuman) Dari Materi, Dan Lain-Lain. Jika Kerja Tidak Tertulis Oleh Para Siswa Pada Buku Mereka Masing-Masing. Lembaran Kerja Dikerjakan Oleh Setiap Siswa Secara Individual. D. Guru Memantau Dan Mengusut Kegiatan Mencar Ilmu Siswa Dalam Melaksanakan Lembaran Kerja, Sekaligus Memberi Pemberian, Instruksi Bagi Siswa Yang Memerlukannya. E. Sehabis Tamat, Diperiksa Bahu-Membahu Dengan Cara Menukar Pekerjaan Dengan Teman Lain, Kemudian Guru Menjelaskan Setiap Jawabannya. F. Kekeliruan Dan Kesalahan Balasan Diperbaiki Oleh Setiap Siswa. Kalau Ada Yang Belum Jelas, Guru Memberi Kesempatan Bertanya Kepada Siswa Tugas-Tugas Mana Yang Masih Perlu Klarifikasi Lebih Lanjut. Hasil Pekerjaan Siswa Dijadikan Materi Penilaian Guru. G. Akhiri Pelajaran Dengan Menawarkan Peran-Tugas Pekerjaan Rumah, Baik Yang Berkenaan Dengan Materi Yang Sudah Dipelajari Atau Dengan Bahan Yang Akan Dipelajari Selanjutnya. Dari Usulan Di Atas Bahwa Metode Dukungan Tugas Sekolah Secara Inividual Ini Lazimnya Lebih Efektif, Karena Siswa Dihadapkan Kepada Peran-Peran Dan Pekerjaannya Masing-Masing. Kelas Lebih Tertib Dan Sederhana, Tak Perlu Mengganti Posisi Daerah Seperti Pada Tugas Sekolah Yang Berbentuk Kalangan. Selain Tugas Individu, Pekerjaan Sekolah Mampu Diberikan Dalam Bentuk Pekerjaan Kalangan. Sebab Kelas Di Bentuk Ke Dalam Kalangan-Golongan Maka Pengelompokan Siswa Perlu Pertimbangan-UsulanTertentu. Berdasarkan Nana Sudjana (1996:86) Ialah : A. Siswa Selaku Individu Memiliki Kesanggupan Yang Berlainan Satu Sama Lain. Perbedaan Ini Harus Diupayakan Semoga Tidak Menyebabkan Imbas Psikologis Bagi Siswa Yang Prestasina Rendah. Lewat Belajar Kalangan Dibutuhkan Perbedaan-Perbedaan Kemampuan Dan Prestasi Yang Dicapainya Mampu Ditingkatkan Karena Mampu Menemukan Informasi Tambahan Dari Kelompoknya. Dia Bisa Berguru Dari Sahabat Kelompoknya. B. Siswa Sebagai Makhluk Sosial Mempunyai Dorongan Yang Kuat Untuk Menampilkan Keakuannya Di Depan Orang Lain, Dan Mempunyai Kebutuhan Untuk Berkomunikasi Dengan Orang Lain, Dan Memiliki Kebutuhan Untuk Berkomunikasi Dengan Orang Lain. Lewat Diskusi Golongan, Keakuan Dan Keperluan Tersebut Dapat Disalurkan Bahkan Diarahkan Terhadap Kreativitas Mencar Ilmu Sesuai Dengan Kapasitasnya. C. Tidak Semua Problem Berguru Mampu Dipecahkan Sendiri Sehingga Dibutuhkan Tunjangan Dan Usulan Orang Lain. Pemecahan Masalah Oleh Banyak Orang Akan Lebih Tepat Dan Akurat Daripada Usulan Sendiri. D. Proses Dan Hasil Berguru Yang Diperoleh Dari Diskusi Golongan Lebih Kaya Dan Komprehensif. Siswa Menemukan Kesempatan Untuk Belajar Mengatakan Mengemukakan Pendapatnya, Belajar Menghargai Usulan Orang Lain, Toleransi Sosial, Keberanian Berbicara Menyikapi Usulan Orang Lain, Mencar Ilmu Dasar-Dasar Berorganisasi Dan Lain-Lain. E. Penggunaan Diskusi Kalangan Dapat Dilaksanakan Di Dalam Kelas Atau Di Luar Kelas Untuk Melaksanakan Tugas Sekolah. Dengan Demikian Bisa Membantu Para Siswa Menuntaskan Tugas Dan Tuntutan Belajarnya. Keberhasilan Menawarkan Tugas Golongan Terhadap Siswa Sungguh Bergantung Pada Problem Yang Di Angkat Oleh Guru. Dilema Harus Bersumber Dari Bahan Pelajaran Biar Berkaitan Dengan Pencapaian Tujuan Pembelajaran, Sesuai Dengan Tingkat Pengertian Siswa. Adapun Jenis Tugas Kalangan Yang Dapat Dipakai Oleh Guru Adalah : A. Peran Kalangan Di Dalam Kelas Tugas Kalangan Di Dalam Kelas Ialah Kegiatan Yang Diberikan Oleh Guru Dan Dilakukan Di Dalam Kelas. Tugas Kalangan Di Dalam Kelas, Umumnya BerbentukDiskusi Kalangan. Menurut Nana Sudjana (2000:79) Bahwa: “Diskusi Yakni Tukar Menukar Infomasi, Pendapat Dan Komponen Pengalaman Secara Terencana Dengan Amaksud Untuk Menerima Pengertian Bersama Yang Lebih Terperinci Dan Teliti Perihal Sesuatu, Atau Untuk Menyiapkan Dan Menyelesaikan Keputusan Bersama”. Sejalan Dengan Itu Jj. Hasibuan Dan Ibrahim (1991:98) Mengatakan: “Diskusi Ialah Suatu Percakapan Atau Obrolan Antara Dua Orang Atau Lebih”. Dari Pertimbangan Di Atas Mampu Ditarik Kesimpulan Bahwa Diskusi Yaitu Tukar Menukar Isu Secara Terencana Antara Beberapa Orang. Diskusi Senantiasa Terjadi Dalam Kelompok, Baik Kelompok Besar Maupun Golongan Kecil. Sesuai Dengan Penggunaan Dalam Proses Pembelajaran, Maka Diskusi Kelompok Mesti Memenuhi Syarat-Syarat Tertentu. Menurut Hasibuan J.J. Dan Ibrahim (1991:99) Syarat-Syarat Tersebut Yaitu : 1) Melibatkan Kelompok Anggotanya Berkisar Antara 3-9 Orang. 2) Berlangsung Dalam Interaksi Secara Bebas (Tidak Ada Tekanan Atau Paksaan) Dan Eksklusif, Artinya Semua Anggota Kelompok Menerima Kesempatan Untu Saling Beradu Pandang Dan Dan Saling Mendengar Serta Berkomunikasi Satu Dengan Yang Lain 3) Memiliki Tujuan Tertentu Yang Akan Di Capai Dengan Kolaborasi Antara Anggota Kalangan. 4) Berlangsung Menurut Sebuah Proses Yang Teratur Dan Sistematis Menuju Sebuah Kesimpulan. Dari Usulan Di Atas Mampu Ditarik Kesimpulan Bahwa Diskusi Kelompok Dalam Proses Pembelajaran Ialah Suatu Proses Percakapan Yang Terorganisir Yang Melibatkan Golongan Siswa Dalam Interaksi Tatap Tampang Yang Bebas Dan Terbuka Dengan Tujuan Berbagi Isu Dan Pengalaman Serta Mengambil Keputusan Bareng . Menurut Masnur Dan Nur Hasanah (1992:86) Ada Tiga Bentuk Diskusi Yang Dilakukan Di Kelas, Yaitu: 1) Pertemuan Untuk Memecahkan Dilema Sosial, Yang Berkenaan Dengan Persoalan-Problem Tingkah Laris Sosial. Siswa Berupaya Membagi Tanggung Jawab Mencar Ilmu Dan Berperilaku Laku Dengan Memecahkan Dilema-Duduk Perkara Mereka Di Dalam Kelas. 2) Pertemuan Terbuka (Opended Meeting). Siswa Di Minta Mendiskusikan Duduk Perkara-Persoalan Yang Bertalian Dengan Hidup Mereka Dan Yang Mungkin Pula Bertalian Dengan Kurikulum Kelas. 3) Konferensi Diagnostik Kependidikan, Yang Bekerjasama Eksklusif Dengan Apa Yang Sedang Dipelajari Di Kelas Itu. Dari Usulan Di Atas Dapat Ditarik Kesimpulan Bahwa Bentuk Diskusi Yang Dijalankan Berencana Untuk Membantu Siswa Mengalami Tingkah Laris Sesuai Dengan Tujuan, Sehingga Mereka Lebih Responsif Terhadap Lingkungannya. Acara Diskusi Dapat Berjalan Secara Efektif Harus Didahului Penyusunan Rencana Dan Antisipasi Yang Masak. Hal-Hal Yang Harus Diamati Sebelum Guru Memperlihatkan Tugas Diskusi Kalangan Berdasarkan Jj. Hasibuan Dan Ibrahim (1991:103) Ialah: 1) Pemilihan Topik. 2) Perumusan Problem. 3) Penyiapan Informasi Pendahuluan. 4) Penyiapan Diri Sebaik-Baiknya Sebagi Pemimpin Diskusi. 5) Penetapan Besar Kelompok. 6) Pengaturan Tempat Duduk. Dari Usulan Di Atas Mampu Ditarik Kesimpulan Bahwa Penyusunan Rencana Dan Antisipasi Diskusi Akan Menghipnotis Pelaksanaan Diskusi Kalangan Tersebut. Selanjutnya Jj. Hasibuan Dan Ibrahim (1991:105) Kembali Memastikan Bahwa : Sehabis Penyusunan Rencana Dan Persiapan Dilaksanakan Maka Guru Selaku Pemimpin Diskusi Golongan, Perlu Mempunyai Keahlian, Yakni: 1) Memusatkan Perhatian. 2) Memperjelas Persoalan Atau Urunan Pertimbangan . 3) Menganalisis Persepsi Siswa. 4) Meningkatkan Urunan Siswa. 5) Mengembangkan Kesempatan Berpartisipasi. 6) Menutup Diskusi. Dari Usulan Di Atas Maka Dalam Melakukan Diskusi Yang Ialah Tugas Kalangan Yang Dikerjakan Di Dalam Kelas, Guru Mesti Melaksanakan Dengan Baik Apa Yang Menjadi Tujuan Yang Sudah Ditetapkan. Dalam Memberikan Tugas Kepada Siswa Tentunya Guru Mampu Menyaksikan Kebaikan Dan Kekurangan Dalam Santunan Peran Tersebut. Kebaikan Dan Kekurangan Derma Peran Kalangan Di Dalam Kelas Ini Berdasarkan Masnur Dan Nur Hasanah (1992:88), Ialah : 1) Kebaikan Tugas Golongan Di Dalam Kelas. A) Guru Bebas Melaksanakan Dan Memperlihatkan Pinjaman Kepada Siswa. B) Melibatkan Siswa Secara Langsung Dalam Proses Belajar. C) Menyediakan Kesempatan Terhadap Siswa Untuk Ikut Serta. D) Siswa Yang Berperan Serta Dalam Sebuah Peran Dapat Mengembangkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence). E) Membantu Siswa Menyadari Bahwa Pemecahan Sebuah Masalah Ialah Berkat Santunan Orang Lain. F) Pengumpulan Dan Pemusatan Gosip Bersumber Dari Para Anggota Kalangan Yang Berlainan-Beda Latar Belakang Dan Pengalamannya. G) Tugas Ini Menawarkan Kemudahan Untuk Mencapai Tujuan-Tujuan Sosial Di Sekolah. H) Mendorong Siswa Mempraktekkan Proses-Proses Intelektual. I) Tugas Ini Mampu Dipakai Secara Beraneka Ragam. J) Peran Ini Menuntut Sikap Saling Memberi Dan Mendapatkan Unutk Membantu Siswa Untuk Memahami Dan Menyiapkan Diri Untuk Berperan Dalam Penduduk . K) Menyediakan Peluang Terhadap Siswa Dan Guru Untuk Menyebarkan Relasi Antar Insani Yang Efektif. L) Memperluas Kemandirian Intelektual Siswa Dan Tidak Bergantung Pada Pertimbangan Guru Saja. 2) Kekurangan Peran Golongan Di Kelas. A) Peran Ini Tidak Menjamin Dalam Mengambil Keputusan. B) Tugas Ini Tidak Dapat Diramalkan. C) Tugas Ini Tidak Akan Berfungsi Dengan Baik Jikalau Akseptor Dalam Kelompok Tidak Memiliki Latar Belakang Kesanggupan Umum. D) Peran Ini Membutuhkan Pengaturan Fisik. B. Peran Golongan Di Luar Kelas Tugas Kalangan Di Luar Kelas Ialah Aktivitas Yang Diberikan Oleh Guru Dan Dilakukan Di Luar Kelas. Tugas Kelompok Di Luar Kelas Mampu BerbentukPenelitian Golongan. Menurut Masnur Dan Nur Hasanah (1992:92) Bahwa: “Penelitian Kalangan Adalah Aktivitas Sekelompok Siswa Yang Di Organisasi Untuk Melaksanakan Studi. Mereka Di Pilih Atau Diposisikan Oleh Guru, Bekerja Sama Dalam Rangka Menjawab Atau Memecahkan Sebuah Masalah”. Sedangkan Nana Sudjana (2000:82) Bahwa: “Observasi Kelompok Ialah Melakukan Pekerjaan Dalam Suasana Kalangan Untuk Mendapatkan Suatu Urusan”. Dari Usulan Di Atas Mampu Disimpulkan Bahwa Observasi Kalangan Adalah Suatu Acara Yang Diberikan Oleh Guru Untuk Mendapatkan Atau Pemecahan Problem. Penelitian Kelompok Ialah Tugas Kelompok Yang Diberikan Oleh Guru Untuk Dikerjakan Atau Dikerjakan Atau Di Luar Sekolah. Untuk Itu Dasar Pengelompokan Mesti Sesuai Dengan Keadaan Siswa, Biar Pelaksanaan Akan Mampu Terkoordinir Secara Sempurna. Berdasarkan Nana Sudjana (2000:82) Kelompok Bisa Di Buat Berdasarkan : 1) Perbedaan Individual Dalam Kemampuan Berguru, Utamanya Jika Kelas Itu Sifatnya Heterogen Dalam Belajar. 2) Perbedaan Minat Mencar Ilmu, Di Buat Kelompok Yang Terdiri Atas Siswa Yang Punya Minat Yang Serupa. 3) Pengelompokan Menurut Jenis Pekerjaan Yang Diberikan. 4) Pengelompokan Atas Dasar Wilayah Daerah Tinggal Siswa. 5) Pengelompokan Secara Random Atau Lotre. 6) Pengelompokan Atas Dasar Jenis Kelamin. Dari Pernyataan Di Atas, Sebaiknya Kalangan Satu Dengan Kelompok Lain Harus Sepadan, Baik Dari Segi Kesanggupan Mencar Ilmu Maupun Jenis Kelamin. Observasi Kalangan Pada Dasarnya Yaitu Suaru Proses Alami Semenjak Jaman Dahulu Dan Dan Dipraktekkan Dalam Proses Pembelajaran. Dalam Melakukan Penelitian Kalangan Mesti Diperhatikan Teknik Pelaksanaaan Penelitian Kelompok. Menurut Masnur Dan Nur Hasanah (1982:95) Bahwa Teknik Pelaksanaan Penelitian Kalangan Yakni : 1) Guru Menentukan Suatu Topik Yang Dipelajari Oleh Kelas Yang Bersumber Dari Suatu Bidang Studi Tertentu. 2) Guru Dan Siswa Merinci Topik Yang Akan Dipelajari, Menjadi Sub Topik Atau Masalah. 3) Kelas Dibagi Menjadi Beberapa Kalangan Sesuai Dengan Masalah 4) Tiap Kelompok Melaksanakan Kegiatan Observasi (Investigation) Di Pimpin Oleh Ketua Kelompok Melalui Tahap-Tahap: A) Perencanaan. B) Pengumpulan Infomasi. C) Mengorganisasi Isu. D) Merangkum. 5) Pada Waktu Kelompok Mencar Ilmu/Melaksanakan, Guru Harus Berkunjung Atau Menyaksikan Tiap-Tiap Golongan. 6) Setiap Kelompok Memperlihatkan Laporan Terhadap Kelas. 7) Menyimpulkan Hasil Penelitian Semua Golongan. Dari Usulan Di Atas Maka Untuk Meraih Hasil Yang Baik Dari Pelaksanaan Penelitian Golongan Pemecahan Persoalan Mampu Di Pandang Sebuah Unit Di Pecahkan Bareng Dan Dikerjakan Bahu-Membahu Pula. Penelitian Golongan Tidak Sama Dengan Pengajaran Kelompok Kecil. Pengajaran Kelompok Kecil Pada Hakikatnya Adalah Pengajaran Individual, Di Mana Guru Memakai Macam-Macam Strategi Mengajar. Sedangkan Penelitian Golongan Menuntut Acuan Tingkah Laku Guru Ang Membantu Siswa Melaksanakan Tujuan-Tujuan Kerjasama Kalangan.Dari Usulan Di Atas Dapat Disimpulkan Bahwa Dalam Memperlihatkan Tugas Kalangan Di Dalam Kelas Tidak Senantiasa Efektif Alasannya Adalah Para Siswa Harus Berpartisipasi Dalam Melakukan Peran Yang Diberikan Oleh Guru. 4. Sumbangan Peran Di Rumah Melihat Terbatasnya Waktu Proses Pembelajaran Dan Banyaknya Materi Yang Harus Diberikan Kepada Siswa, Maka Guru Bisa Memperlihatkan Pekerjaan Rumah Terhadap Siswa. Pekerjaan Rumah Ialah Salah Satu Tata Cara Pinjaman Tugas Oleh Guru. Sama Halnya Dengan Pekerjaan Sekolah, Pekerjaan Rumah Dapat Dilaksanakan Secara Individu Maupun Secara Golongan. Kelebihan Dari Tugas Ini, Siswa Memiliki Waktu Yang Banyak Sehingga Lebih Leluasa Untuk Mnengerjakannya. Berdasarkan Nursid Sumaatmadja (1984:111) Jenis Tugas Yang Dapat Diberikan Yaitu : 1) Menjawab Pertanyaan Dan Memecahkan Persoalan Secara Perorangan. 2) Menyusun Karya Tulis Baik Secara Perorangan Maupun Kalangan. 3) Menciptakan Laporan Kunjungan Ke Banyak Sekali Obyek Yang Dilaksanakan Secara Perorangan Ataupun Kalangan. 4) Menciptakan Laporan Buku Secara Perorangan. 5) Mengumpulkan Postingan-Postingan Dari Majalah Dan Surat Kabar Secara Perorangan. 6) Menciptakan Media Pelajaran Yang Sederhana Yang Berkenaan Dengan Pengajaran, Baik Secara Perorangan Maupun Golongan. Dari Pertimbangan Di Atas, Bahwa Secara Garis Besar Perlindungan Tugas BerbentukPekerjaan Rumah Mesti Melihat Waktu Untuk Mengerjakannya, Sehingga Apa Yang Diharapkan Dari Tugas Tersebut Mampu Tercapai Dengan Baik. 5. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Santunan Peran. Sehabis Siswa Akhir Mengerjakan Tugas, Maka Mereka Harus Membuat Laporan Yang Bentuknya Sudah Disesuaikan Dengan Tujuan Peran. Guru Harus Mempunyai Kebenaran Hasil Pekerjaan Tersebut, Terutama Menyingkir Dari Terjadinya Penipuan, Peniruan Dan Pengupahan Peran Oleh Orang Lain. Penyimpangan Yang Demikian Itu, Harus Dapat Di Cegah Sedini Mungkin. Guru Harus Bisa Mengevaluasi Pekerjaan Siswa Balasan Santunan Peran Tersebut. Dalam Metode Peran, Ini Mempunyai Kebaikan Dan Kelemahannya. Berdasarkan Roestiyah (2001:135) Manyatakan : Frekuensi Tugas Yang Terlalu Sering, Ditambah Lagi Dengan Bobot Yang Terlalu Berat Dapat Menjadikan Kejemuan Pada Diri Siswa. Sehingga Minat Mereka Melaksanakan Tugas Dan Bahkan Pada Pelajaran Ppkn Sendiri Menjadi Menurun. Hal Ini Mampu Meminimalisir Kesuksesan Pencapaian Tujuan Instruksional Yang Sudah Di Susun. Hal Itulah Yang Menjadi Perhatian Guru Dalam Menerapkan Tata Cara Tugas. Tata Cara Derma Juga Tidak Tidak Terlepas Dari Kelemahan-Kelemahannya Seperti Siswa Kemungkinan Hanya Menjiplak Kemungkinan Hanya Menggandakan Pekerjaan Temannya. Kelemahannya Kalau Guru Tidak Dapat Mengawasi Pribadi Pelaksanaan Peran Itu. Kemungkinan Lain Orang Lain Yang Melakukan Peran Itu Apalagi-Lebih Orang Renta Siswa Atau Keluarganya Yang Lain. Sebagai Tindak Lanjut Pelaksanaan Metode Perlindungan Peran, Segala Peran Dijalankan Siswa Harus Dievaluasi Dan Kesannya Diberikan Kepada Siswa. Hal Ini Dilaksanakan Untuk Memotivasi Siswa Untuk Melaksanakan Peran-Tugas Berikutnya. B. Acara Mencar Ilmu Siswa 1. Pemahaman Kegiatan Mencar Ilmu Kondisi Berguru Yang Efektif Yakni Adanya Acara Siswa Dalam Belajar. Acara Ialah Sebuah Sifat Yang Menetap Pada Diri Seseorang Siswa. Aktivitas Ini Besar Sekali Pengaruhnya Kepada Belajar, Karena Dengan Kegiatan Seorang Siswa Akan Melaksanakan Sesuatu Yang Diminatinya. Sebaliknya Tanpa Aktivitas Seorang Siswa Mustahil Melakukan Sesuatu. Kegiatan Berguru Siswa Di Maksud Di Sini Yaitu Acara Jasmaniah Maupun Kegiatan Mental. Berdasarkan Moh Uzer Usman (2002:22) Kegiatan Belajar Siswa Mampu Digolongkan Ke Dalam Beberapa Hal, Yakni: A. Acara Visual, Seperti Membaca, Menulis, Melaksanakan Eksprimen, Dan Demontrasi. B. Kegiatan Lisan, Seperti Bercerita, Membaca Sajak, Tanya Jawab, Diskusi, Menyanyi. C. Acara Mendengarkan, Seperti Mendengarkan Klarifikasi Guru, Ceramah, Pengarahan. D. Aktivitas Gerak, Seperti Senam, Atletik, Menari, Melukis E. Acara Menulis Seperti Mengarang, Menciptakan Makalah, Membuat Surat. Setiap Jenis Kegiatan Tersebut Di Atas Memilki Kadar Atau Bobot Yang Berlainan Bergantung Pada Segi Tujuan Mana Yang Mau Di Capai Dalam Kegiatan Berguru. Yang Terang Kegiatan Berguru Siswa Hendaknya Memiliki Kadar Atau Bobot Yang Lebih Tinggi. Belajar Yaitu Suatu Proses Yang Ditandai Dengan Adanya Pergeseran Pada Diri Seseorang. Pergeseran Selaku Hasil Dari Berguru Mampu Ditunjukan Dalam Berbagai Bentuk Mirip Berubah Pengetahuan, Pemahaman, Perilaku Dan Tingkah Laris, Keahlian, Kecakapan, Kebiasaan, Serta Perubahan-Perubahan Faktor Lain Yang Ada Pada Individu Yang Belajar. Geoch (1990:20) Mengatakan: “Learning Is A Change In Performance As A Result Of Practice”. Sependapat Dengan Itu Hilgard (1986:4) Mengatakan : Learning Is The Prosess By Which An Activity Originates Or Is Changed Through Training Procedures (Whether In Laboratory Or In The Natural Environment) As Distinguished From Changes By Factors Not Attributable To Pelatihan”. (Mencar Ilmu Yaitu Proses Yang Melahirkan Atau Mengganti Sebuah Acara Melalui Jalan Latihan (Apakah Dalam Laboratorium Atau Dalam Lingkungan Alamiah) Yang Dibedakan Dari Pergeseran-Perubahan Oleh Faktor-Faktor Yang Tidak Temasuk Latihan.) Dari Kedua Pendapat Gila Di Atas Mampu Disimpulkan Bahwa Mencar Ilmu Yaitu Suatu Proses Yang Diarahkan Terhadap Suatu Tujuan, Proses Berbuat Lewat Berbagai Pengalaman. Selaku Rancangan, Acara Mencar Ilmu Siswa Adalah Suatu Proses Acara Belajar Subjek Asuh Sehingga Beliau Betul-Betul Berperan Dan Berpartisipasi Aktif Dalam Melaksanakan Aktivitas Berguru. Untuk Menyaksikan Terwujudnya Acara Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ada Empat Kegiatan Berguru Siswa, Menurut Nana Sudjana (1996:21) Adalah: A. Impian, Keberanian Menampilkan Minat, Kebutuhan Dan Permasalahannya. B. Cita-Cita Dan Keberanian Serta Peluang Untuk Ikut Serta Dalam Aktivitas Persiapan, Proses Dan Kelanjutan Belajar. C. Tampilan Aneka Macam Perjuangan Atau Kekreatifan Mencar Ilmu Dalam Menjalani Dan Menuntaskan Aktivitas Berguru Mengajar Hingga Meraih Keberhasilannya. D. Keleluasaan Atau Keleluasaan Melakukan Hal Tersebut Di Atas Tanpa Tekanan Guru Atau Pihak Yang Lain (Kemandirian Belajar) Dengan Adanya Acara Di Atas, Akan Lebih Gampang Bagi Siswa Mempersiapkan Dan Melakukan Mencar Ilmu. Setidak-Tidaknya Memberikan Rambu-Rambu Bagi Siswa Dalam Melaksanakan Aktivitas Belajarnya. Dari Segi Proses, Nana Sudjana (2000:46) Perbuatan Berguru Dapat Dilihat: A. Belajar Signal. Bentuk Belajar Ini Paling Sederhana Adalah Menawarkan Reaksi Terhadap Perangsang. B. Mencar Ilmu Mereaksi Perangsang Lewat Penguatan, Adalah Menunjukkan Reaksi Yang Berulang-Ulang Manakala Terjadi Reinforcement Atau Penguatan. C. Berguru Membentuk Rangkaian, Yaitu Belajar Menghubung-Hubungkan Gejala, Faktor Satu Dengan Lainnya, Sehingga Menjadi Satu Kesatuan (Rangkaian) Yang Memiliki Arti). D. Belajar Asosiasi Lisan, Yakni Menunjukkan Reaksi Dalam Bentuk Kata-Kata, Bahasa, Kepada Perangsang Yang Diterimanaya. E. Mencar Ilmu Membedakan Hal Yang Majemuk, Ialah Memberikan Reaksi Yang Berlainan Kepada Perangsang Yang Hampir Sama Sifatnya. F. Belajar Rancangan, Ialah Menempatkan Objek Menjadi Satu Pembagian Terstruktur Mengenai Tertentu. G. Belajar Kaidah Atau Mencar Ilmu Prinsip, Adalah Menghubung-Hubungkan Beberapa Rancangan. H. Berguru Memecahkan Dilema Adalah Memadukan Beberapa Kaidah Atau Prinsip Untuk Memecahkan Duduk Perkara. Perbuatan Belajar Di Atas Disusun Dari Yang Paling Sederhana Sampai Kepada Yang Kompleks. Dengan Kata Lain Memiliki Korelasi Hirarki. Belajar Dari Segi Proses Memberi Isyarat Bagaimana Tindakan Belajar Itu Dilaksanakan, Atau Bagaimana Terjadinya Tindakan Belajar. 2. Acara Siswa Mengikuti Proses Pembelajaran Kondisi Pembelajaran Yang Efektif Yakni Melihat Acara Berguru Siswa Dalam Mengikuti Pelajaran. Acara Belajar Ialah Sebuah Sifat Yang Relatif Menetap Pada Diri Seseorang Ssiswa. Kegiatan Belajar Ini Besar Sekali Pengaruhnya Terhadap Hasil Mencar Ilmu, Alasannya Dengan Adanya Kegiatan Seseorang Akan Melaksanakan Sesuatu Yang Diinginkannya. Sebaliknya Tanpa Acara Seseorang Tidak Akan Melakukan Sesuatu. Keterlibatan Siswa Dalam Mengikuti Pelajaran Terutama Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bersahabat Kaitannya Dengan Sifat-Sifat Siswa Itu Sendiri, Baik Yang Bersifat Kognitif Mirip Kecerdasan Dan Bakat Maupun Bersifat Afektif Seperti Motivasi, Rasa Yakin Diri Dan Minatnya. Dalam Mengembangkan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pelajaran, Guru Hendaknya Mengajar Dapat Memperhatikan Setiap Siswa Yang Dihadapinya, Dan Juga Mengamati Apa Yang Sedang Diucapkannya. Dengan Demikian, Guru Tidak Hanya Mengamati Pelajarannya, Tetapi Juga Segala Sesuatu Yang Terjadi Disekitarnya. Oleh Alasannya Adalah Itu, Guru Berupaya Untuk Memusatkan Perhatian Siswa Terhadap Apa Yang Disampaikannya. Hal Ini Mampu Dijalankan Dengan Menggunakan Berbagai Alat Pengajaran Dalam Menyajikan Bahan Pelajaran Kepada Anak Didiknya. 3. Aktivitas Siswa Mengerjakan Peran Bantuan Tugas Dapat Dilaksanakan Dengan Berbagai Macam Bentuk Kerja. Sebagian Terlasana Di Dalam Kelas, Sedangkan Sebagian Di Luar Kelas. Peran Ini Dicicipi Banyak Manfaat, Mengenang Bahwa Siswa Perlu Di Latih Untuk Dapat Menanggulangi Sendiri Dilema Yang Dialaminya. Hal Tersebut Mampu Dilakukan Setelah Pengajaran Tamat Menjelaskan Sesuatu Bahan. Siswa Termotivasi Untuk Melakukan Peran-Tugas Yang Diberikan. Tidak Semua Bahan Pelajaran Diberikan Tugas. Tugas Yang Selalu Diberikan Akan Berakibat Kejenuhan Pada Diri Siswa. Oleh Sebab Itu, Guru Harus Selektif Terhadap Tugas Yang Diberikan, Sehingga Aktivitas Siswa Untuk Menjalankan Tugas-Peran Tidak Menurun. 4. Kegiatan Siswa Dalam Mempergunakan Perpustakaan Perpustakaan Dalam Proses Pembelajaran Dapat Menghidupkan Motivasi Siswa Untuk Belajar. Motivasi Dapat Muncul Dari Dalam Diri Individu Dan Mampu Muncul Balasan Dampak Dari Luar Dirinya. Motivasi Yang Timbul Dari Dalam Individu Siswa Biasa Di Kenal Dengan Motivasi Instrinsik. Berdasarkan Sardiman Am. (2001:87) Bahwa : “Motivasi Instrinsik Ialah Motif-Motif Yang Menjadi Aktif Atau Berfungsinya Tidak Perlu Di Rangsang Dari Luar, Sebab Dalam Diri Setiap Individu Sudah Ada Dorongan Untuk Melakukan Sesuatu”. Sedangkan Motivasi Yang Diakibatkan Dari Luar Di Sebut Motivasi Ekstrinsik. Berdasarkan Moh. Uzer Usman (2002:29) Bahwa: “Motivasi Ekstrinsik Timbul Balasan Imbas Dari Luar Individu, Apakah Sebab Permintaan, Suruhan, Atau Paksaan Dari Orang Lain Sehingga Keadaan Yang Demikian Balasannya Dia Mau Melakukan Sesuatu Atau Belajar”. Siswa Yang Mempunyai Motivasi Belajar Di Perpustakaan Ialah Siswa Yang Aktif Dan Kreatif, Yaitu Siswa Yang Sungguh-Sungguh Mempergunakan Waktunya Untuk Mencar Ilmu Dengan Memakai Materi-Bahan Perpustakaan,Contohnya Saat Beristirahat, Siswa Berusaha Untuk Mencari, Membaca, Meringkas Buku-Buku Yang Berkaitan Dengan Pelajarannya Di Kelas Ataupun Yang Berhubungan Dengan Tugas Yang Diberikan Guru. Jadi Dari Usulan Di Atas Bahwa Motivasi Timbul Disebabkan Oleh Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik. Untuk Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa Tidak Gampang. Untuk Itui Guru Perlu Mengenal Siswa, Dan Mempunyai Kesanggupan Inovatif Untuk Menghubungkan Pelajaran Dengan Keperluan Dan Minat Siswa. Buku-Buku Yang Tersedia Di Dalam Perpustakaan Sekolah Bukanlah Cuma Sekedar Menjadi Barang Koleksi Yang Dipajang Atau Mengisi Ruang Perpustakaan Sekolah Saja, Namun Eksistensi Buku-Buku Bacaan/Perpustakaan Sungguh Besar Artinya Bagi Guru-Guru Dan Siswa Dalam Pelaksanaan Proses Mencar Ilmu Dan Membaca Buku-Buku Yang Berkaitan Dengan Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Serta Dapat Menambah Wawasan Dan Pengetahuan Guru-Guru Dan Siswa Untuk Lebih Mempermudah Dalam Mempelajari Dan Mengerti Buku Bacaan Hendaknya Siswa Mesti Tahu Bagaimana Cara Mempelajari Bahan Dan Buku-Buku Bacaan Yang Ada Di Perpustakaan. Berikut Ini Diberikan Beberapa Isyarat Begaimana Caranya Mempelajari Bahan Dari Buku Perpustakaan. Berdasarkan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1992:70) Cara Mempelajarinya Yaitu : A. Tentukan Dulu Problem Atau Bahan Apa Yang Ingin Diketahui Dari Buku Tersebut. Pastikan Dengan Kebutuhan Sehubungan Dengan Materi Yang Hendak Dipelajari. B. Lihat Daftar Isi Buku Yang Akan Dipelajari Untuk Menentukan Bagian Berapa Dalam Buku Tersebut Yang Memuat Materi Yang Ingin Dipelajari. C. Bukalah Halaman Bagian Yang Diharapkan, Kemudian Periksa Butir-Butir Yang Di Muat Dalam Bagian Tersebut. Seandainya Materi Yang Diharapkan Ada Dalam Butir Tertentu Dari Bagian Tersebut, Bacalah Butir Tersebut Dan Anda Tidak Terlampau Penting Membaca Butir Lainnya. Catat Pokok-Pokoknya Untuk Kemudan Anda Gabungkan Dengan Catatan Sendiri. D. Jika Semua Butir Yang Ada Dalam Bab Tersebut Anda Perlukan, Bacalah Terlebih Dahulu Semua Butir Yang Ada Di Dalamnya Hingga Simpulan Sambil Memberi Tanda Pada Bagian-Bagian Tertentu Yang Anda Butuhkan. E. Ulangi Membaca Bagian Tersebut Secara Lebih Mendalam, Khususnya Bagian-Bab Yang Ana Sudah Tandai. Catatlah Hal-Hal Yang Anda Pentingkan Dan Satukan Dengan Catatan Yang Anda Miliki. Jangan Lupa Membaut Pertanyaan Dari Materi Tersebut Pada Catatan Anda. F. Hampir Sebagian Besar Buku Yang Di Tulis Dalam Bahasa Gila Utamanya Bahasa Inggris, Di Bab Belakangnya Ditambahkan Indeks. Indeks Memudahkan Kita Mempelajari Atau Menemukan Bab Penting Yang Kita Kehendaki. Indeks Di Susun Berdasarkan Alfabet Dan Dibarengi Nomor Halaman. G. Kesulitan Bahasa Asing Akan Dapat Anda Atasi Apabila Anda Bersungguh-Sungguh Mempelajarinya Dan Tidak Jenuh Membuka Kamus. Dengan Melihat Petunjuk Di Atas Diharapkan Mampu Memberi Manfaat Bagi Siswa, Meskipun Isyarat Ini Gres Sebagian Besar Saja Tetapi Kalau Di Coba Tidak Tidak Mungkin Menjinjing Faedah Bagi Kita Sendiri. Di Setiap Sekolah Terdapat Perpustakaan, Alasannya Perpustakaan Ialah Sumber Utama Untuk Memperoleh Materi Bacaan Bagi Para Siswa. Itulah Sebabnya Di Dalam Perpustakaan Ditawarkan Buku-Buku Yang Sungguh Diharapkan Siswa Di Sekolah. Perpustakaan Memang Mempunyai Arti Kumpulan Buku-Buku. Siswa Mampu Menyanggupi Keperluan Bahan Bacaan Yang Dibutuhkan Diperpustakaan.Sejalan Dengan Uraian Tersebut M. Sudomo (1979:239) Menyampaikan:” Hal Lain Yang Perlu Diamati Oleh Guru Yaitu Perjuangan Untuk Memperkaya Wawasan Siswa Melalui Buku-Buku Bacaan Yang Ditawarkan Dalam Perpustakaan”. Bahan Bacaan Itu Mampu BerbentukBacaan Yang Berafiliasi Eksklusif Dengan Pelajaran, Namun Juga Mampu Berupa Pengetahuan-Pengetahuan Lain Dan Wawasan Yang Baru. Semua Itu Akan Menambah Pengetahuan Yang Lebih Luas Kepada Siswa. Itulah Sebabnya Perpustakaan Ialah Salah Satu Sumber Berguru Yang Mendukung Pembelajaran Dan Memiliki Peranan Yang Sungguh Penting Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah. Perpustakaan Yang Baik Adalah Perpustakaan Yang Dapat Digunakan Sebagaimana Mestinya, Maka Perpustakaan Dengan Kurikulum Sekolah, Petugas Pengelola Perpustakaan, Waktu Buka Perpustakaan Sekolah Dan Ruang Perpustakaan Sekolah, Semakin Baik Pengelolaan Dan Semakin Berfungsinya Perpustakaan Akan Meransang Siswa Untuk Berkunjung, Banyak Membaca, Belajar Di Perpustakaan Sekolah, Maka Akan Makin Tinggi Hasil Prestasi Mencar Ilmu Siswa, Dengan Demikian Siswa Mampu Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah Secara Optimal Baik Itu Secara Berdikari, Berkelompok Maupun Dengan Cara Diskusi. C. Hubungan Antara Bantuan Peran Dengan Kegiatan Berguru Usaha Siswa Dalam Meraih Hasil Berguru Yang Optimal Sungguh Berkaitan Dengan Materi Yang Diajarkan Oleh Guru. Untuk Memberikan Materi Dibutuhkan Sistem Pengajaran. Salah Satu Metode Yang Mampu Memajukan Hasil Beljar Yakni Tata Cara Pemberian Tugas. Berdasarkan Nana Sudjana (2000:81) Bahwa Tugas Yang Diberikan Terhadap Siswa Hendaknya Menimbang-Nimbang : 1. Tujuan Yang Mau Di Capai. 2. Jenis Tugas Yang Terperinci Dan Tepat Sehingga Anak Memahami Apa Yang Ditugaskan Tersebut. 3. Sesuai Dngan Kesanggupan Siswa. 4. Ada Isyarat /Sumber Yang Dapat Menjinjing Pekerjaan Siswa. 5. Sediakan Waktu Yang Cukup Untuk Mengerjakan Tugas. Dikenali Bahwa Sistem Santunan Tugas Yaitu Sistem Pengajaran Yang Merangsang Siswa Untuk Aktif Belajar Baik Secara Individual Maupun Secara Berkelompok. Oleh Karena Itu Dengan Sistem Pertolongan Tugas Diperlukan Mampu Meningkatkan Kegiatan, Minat Serta Motivai Siswa Untuk Belajar Sehingga Tercapainya Hasil Berguru Yang Dibutuhkan. Disinilah Letak Korelasi Antara Tata Cara Bantuan Tugas Dengan Acara Mencar Ilmu Siswa. Teknik Derma Tugas Atau Resitasi Lazimnya Digunakan Dengan Tujuan Biar Siswa Mempunyai Hasil Belajar Yang Lebih Mantap, Karena Siswa Melakukan Latihan-Latihan Selama Melakukan Peran. Sehingga Pengalaman Siswa Dalam Mempelajari Sesuatu Mampu Terintegrasi. Hal Itu Terjadi Disebabkan Siswa Mendalamin Suasana Atau Pengalaman Yang Berlainan Dalam Menghadapi Duduk Perkara-Persoalan Baru. Di Samping Itu Untuk Mendapatkan Wawasan Melaksanakan Tugas Akan Memperluas Dan Memperkaya Wawasan Serta Kemampuan Siswa Di Sekola, Lewat Aktivitas-Acara Di Luar. Dengan Acara Melakukan Tugas Siswa Aktif Belajar Dan Merasa Terangsang Untuk Meningkatkan Belajar Yang Lebih Baik, Memupuk Inisiatif Dan Berani Bertanggung Jawab Sendiri. Banyak Tugas Yang Mesti Dijalankan Siswa, Hal Itu Diperlukan Mampu Menyadarkan Siswa Untuk Memanfaatkan Waktu Senggangnya Untuk Hal-Hal Yang Menunjang Belajarnya Dengan Mengisi Kegiatan-Acara Yang Berkhasiat Dan Konstruktif.

[1] Suharsimi Ari Kunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 8

[2] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : PT. Haji Mas Agung, 1989)  hlm 116

[3] Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa(Jakarta : Raja Grafindo 1996),hlm  67

[4] Martinis Yamin, Maisah, Manajemen Pembelajaran,     hlm 34

[5] Syaiful Bahri Djamarah, Asuan Zain, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : Rineka Cipta 2006) 214

[6] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi , Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,1995), hlm 132

[7] Zaim El-Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan Yang TerserakMenyambung Yang Terputus Dan Menyatukan Yang Tercerai(Bandung : Alfabeta CV, 2008),hlm122

[8] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 125

[9] ibid