Pengakuan Mantan Aktivits Gereja: Saya Bahagia dengan Islam

Beliau ialah seorang Kolonel. Berkantor di daerah Cilandak Jakarta Selatan. Rumah ia di Depok Jawa Barat, berdekatan dgn kediaman Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham di tempat Sawangan. Setiap kali bersua dgn kolonel Martinus, dai yg kerap mengenakan pakaian serbaputih ini senantiasa menyapa.

“Selamat pagi, Pak Martinus.” Demikian yg diucapkan Kiyai Arifin saat berjumpa dgn Kolonel setiap pagi sepulang dr masjid atau perjalanan dakwah.

Melalui sapaan tulus itulah, Allah Ta’ala lunakkan hati Kolonel Martinus. Beliau mengunjungi Kiyai Arifin untuk dibimbing mengucapkan dua kalimat syahhadat, “Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.”

Resmi menjadi Muslim, nama Martinus diganti menjadi Yahya. Kehidupan. Kemudian, beliau pun aktif mengikuti dzikir & kajian bersama Kiyai Arifin.

Suatu hari, Kolonel Yahya mendatangi Kiyai Arifin sambil menyampaikan, “Terimakasih, Ustadz. Saya sudah menyelesaikan amanah dr Ustadz. Saya sudah membaca Tafsir al-Qur’an. Lengkap 30 juz.”

Rajin berdzikir & mengikuti kajian ini pun menjadi kebiasaan Kolonel Yahya. Kebiasaan ini pula yg mengirimkan ia pada husnul khatimah, insya Allah.

Kisahnya, ia diajak oleh Kiyai Arifin untuk dakwah ke Nusakambangan. Di tengah perjalanan menggunakan bus, ada sesi yg disebut Titik Hidayah. Para peserta diminta untuk mengisahkan bagaimana pengalaman ruhaninya hingga memperoleh Islam.

Satu persatu pun maju. Masing-masing berkisah selama tujuh hingga delapan menit. Terakhir kali, Kolonel Yahya maju ke hadapan. Berbeda dgn yg lain, dia paling lama bertutur. “Hampir lima belas menit,” cerita Kiyai Haji Arifin dlm Dzikir Akbar di Masjid Baitussalam The Green BSD Tangerang Selatan.

Di antara poin terpenting yg dia sampaikan yakni perasaan bahagia sehabis memeluk Islam. “Saya senang. Saya bahagia. Saya bahagia.” Ungkap Kiyai Arifin menirukan penuturan Kolonel Yahya yg disimak dgn serius oleh seluruh akseptor program.

  Saksikan Keajaiban Doa Ulama, Satu Desa Masuk Islam

Tak lama setelah itu, tangan dia bergetar. Kiyai Arifin yg duduk paling erat dgn posisi Kolonel Yahya pribadi berdiri, membantu Kolonel Yahya. Melihat raut paras sang Kolonel, Kiyai Arifin eksklusif mendukung tubuh mantan pelopor gereja ini sembari mengucapkan kalimat thayyibah. Membimbing sang Kolonel.

“Arifin menjadi saksi. Beliau mengucapkan kalimat ‘Laa ilaha illallah’ di tamat hayatnya. Tatkala tubuh ia terjatuh di tangan Arifin, rasanya enteng banget.” kisah Kiyai Arifin Ilham yg disambut takbir jamaah dzikir di Sabtu pagi permulaan Desember penghujung 2015 ini.

“Kami pun eksklusif melaksanakan prosesi pemakaman. Jam 9 malam gres selesai. Arifin ketiduran. Arifin bermimpi melihat beliau.” Tutur dai yg kini sedang mendirikan Islamic Center di Kawasan Gunung Sindur Bogor itu, “Beliau mengenakan busana serbaputih. Bercahaya.”

Di final mimpinya, Kolonel Yahya berkata, “Terimakasih, Ustadz Arifin. Saya senang. Saya senang. Saya senang.”

Pungkas Kiyai Arifin menerangkan, “Biasakan berbuat baik. Karena kita akan dimatikan sebagaimana kebiasaan yg kita kerjakan. Jika terbiasa dzikir, maut kita pun dlm keadaan dzikir. Insya Allah.”

Wallahu a’lam. [Pirman/Wargamasyarakat]