Sehari yg kemudian media umum dibuat terkejut dgn beredarnya foto sebagian jamaah di Mekkah yg makan ‘asal pilih’ di siang Ramadhan.
“Siang hari bulan mulia di Pelataran Masjidil Haram beberapa jamaah & pekerja tampakbebas memakan masakan & warung tetap saja buka melayani pelanggan tanpa cemas terjadi sweeping .”
Begitu pernyataan seorang tokoh lewat media sosial. Kontan saja, tak sedikit warga jejaring sosial yg membaginya. Hal tersebut dipicu adanya agresi sweeping yg dikerjakan oleh satpol PP kepada Saeni (53), warga Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Banten, pada Rabu (8/6) lalu.
“Lalu Serang mencontek siapa?” demikian tanggapanpengguna media sosial lain.
Apakah Masjidil Haram sebegitu ‘bebas’ tanpa rambu-rambu penghormatan terhadap orang yg berpuasa?
Penulis menjajal untuk cek & ricek kebenaran tersebut dgn menghubungi muslim Indonesia yg sedang ada di Masjidil Haram, Mekah, Saudi Arabia.
“Tidak (tidak ada warung buka & melayani pelanggan). Di Mekah, (warung makan) buka sehabis Maghrib atau Isya,” kata Fahmi Alkautsar pada penulis, Senin (13/6).
Fahmi yg berprofesi selaku penerjemah khutbah Jum’at para masyayikh di Masjidil Haram dr bahasa Arab ke bahasa Melayu & bahasa Indonesia itu mengatakan hal tersebut ialah tuduhan belaka.
“Kabar tersebut fitnah. Nggak benar. Foto-foto itu gambar usang, bukan bulan Ramadhan,” lanjut Fahmi sudah lama berada di Mekah.
Setali tiga uang dgn Fahmi, Ahmad Musyaddad yg pula berprofesi sebagai penerjemah di sana menyampaikan bahwa kabar perihal pekerja bebas menyantap makan di siang Ramadhan itu tak benar.
“Tidak benar. Di sini hai’ah amar ma’ruf & nahi munkar sungguh ketat. Mengawasi hal-hal yg tak syar’i. Apatah lagi pelanggaran yg dilaksanakan dengan-cara terbuka. Jangankan bulan Ramadhan, di luar Ramadhan saja jikalau sudah saatnya azan semua toko tutup rapat,” kata Musyaddad di hari yg sama.