Imam Ghazali adalah seorang ulama besar yg sampai kini namanya masih mengabadi. Lahir di kota Thus, Khurasan pada tahun 450 H, Imam Ghazali kemudian diketahui selaku hujjatul Islam. Ibnu Katsir memuji dia: “Imam Ghazali menguasai berbagai disiplin ilmu & mempunyai banyak karya tulis di berbagai bi&g. Ia ialah orang yg paling pandai di seluruh dunia dlm segala hal yg ia bicarakan. Ia telah menjadi orang unggul sejak abad mu&ya.”
Kali ini kita akan membaca rekomendasi Imam Ghazali dlm hal pendidikan anak. Setiap orang bau tanah muslim perlu membaca, merenungkan & mengamalkan nasehat ini.
“Ketahuilah, memahami cara mendidik anak adalah hal yg sangat penting. Anak ialah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yg suci laksana mutiara yg sungguh berguna. Ia akan berkembang sesuai pembiasaan orang tua terhadap dirinya. Jika dia disia-siakan atau dididik dgn kebiasaan buruk, maka demikianlah ia akan tumbuh cukup umur. Dan dapat dipastikan kurun depannya hancur & keinginan orang tuanya kandas.
Cara menjaga anak dari kehancuran ialah mendidiknya & membiasakannya dgn akhlak mulia serta menjauhkannya dari lingkungan yg buruk.
Kendati anak sudah meraih usia mumayyiz, bisa membedakan kebaikan dgn kejelekan, dia mesti tetap diperhatikan. Awal usia mumayyiz ditandai dgn rasa malu. Secara logika, malu yg timbul dlm diri seorang anak menunjukan akalnya sudah bisa membedakan yg bagus & yg jelek.
Kendati anak sudah meraih usia mumayyiz, mampu membedakan kebaikan dgn keburukan, tahu mana yg boleh & mana yg dihentikan, beliau perlu diamati & didampingi. Pendidikannya belum selesai di situ. Rasa malu & berfungsinya logika yakni modal penting bagi pendidikan anak untuk mencapai kepribadiannya.
Karenanya anak dihentikan dibiarkan. Ia perlu diamati & dibiasakan dgn akhlak mulia. Agar terbebas dari sifat-sifat jelek mirip bohong & dengki, anak mesti dididik dgn pendidikan yg berpedoman Al Qur’an, hadits, & kisah-dongeng orang-orang shalih.
Jika anak melaksanakan kebaikan, hendaklah dihargai & dipuji. Sebaliknya, jika anak sesekali melaksanakan kesalahan hendaklah dilupakan & tak diungkit-ungkit lagi. Terlebih kalau beliau tampak meratapi kesalahan itu & berupaya menutupi. Jika ia mengulangi kesalahan serupa, ia perlu dinasehati secara tertutup.” [Webmuslimah.com]
Referensi:
Parenting Rasulullah karya Jamal Abdurrahman
Untaian Nasehat Imam Al Ghazali karya Shalih Ahmad Asy Syami