Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pai

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum ialah seperangkat planning dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan materi pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pemikiran penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum ialah bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk meningkatkkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan proses faktor yang mesti diperhitungkan dalam pengembangan kurikulum. Karena pengembangan kurikulum merupakan alat untuk menolong guru dalam melakukan tugasnya mengajarkan bahan, menarik minat dan memenuhi keperluan masyarakat.[1]
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Oleh risikonya kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan supaya sesuai dengan laju kemajuan ilmu wawasan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, talenta kebutuhan akseptor didik, lingkungan, kebutuhan kawasan, sehingga mampu mempelancar acara pendidikan salam rangka perwujudan dan pencapaian tujuan pendidikan nasional.[2]
Dalam pengembangan kurikulum, tidak cuma melibatkan orang yang terkait eksklusif dengan dunia pendidikan saja, tetapi di dalamnya melibatkan banyak orang, mirip: politikus, pengusaha, orang renta penerima ajar, serta komponen bagian penduduk lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.[3]
Selain mesti memperhatikan unsur-bagian diatas, di dalam menyebarkan suatu kurikulum juga mesti menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan apalagi dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah kurikulum mampu meraih suatu tujuan seperti yang di harapkan. Dan pendekatan pengembangan kurikulum akan dijelaskan selengkapnya dalam pembahasan makalah ini yang berjudul Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI”.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pemahaman pengembangan kurikulum PAI ?
2.      Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum PAI ?
3.      Apa macam-macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI ?
C.      Tujuan Pembahasan
1.    Untuk membicarakan pengertian pengembangan kurikulum PAI
2.    Untuk membahas pengertian pendekatan pengembangan kurikulum PAI
3.    Untuk membicarakan macam-macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI
BAB II
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
A.    Pengertian Pengembangan Kurikulum PAI
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan siswa kearah pergeseran perilaku yang dininginkan. Sedangkan kurikulum pendidikan agama islam yaitu membina insan dan menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berakal, piawai, inovatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[4]
Menurut Muhaimin kurikulum berasal dari kata Yunani yang semula digerakan dalam bidang olahraga ialah curir yang artinya pelari currere yang bermakna jarak tempuh lari, adalah jarak yang mesti ditempuh dalam acara berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian ini lalu digunakan dalam pendidikan. Menurut Muhaimin mengutip pendapat Saylor kurikulum yaitu segala usaha sekolah/perguruan tinggi tinggi yang mampu menciptakan atau menyebabkan hasil-hasil yang diinginkan, apakah itu di dalam situasi sekolah maupun di luar sekolah. Muhaimin mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum itu berangkat dariide yang pada gilirannya diwujudkan dalam bentuk program.
Dengan demikian kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia namun berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya yaitu currere, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas star dan finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahawa materi berguru sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri.[5]
Dengan demikian kurikulum itu merupakan program pendidikan bukan acara pengajaran, ialah acara yang dijadwalkan yang berisi banyak sekali bahan latih dan pengalaman mencar ilmu baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai materi latih yang dirancang tersebut mesti sesuai dengan norma-norma yang berlaku kini, diantaranya mesti sesuai dengan pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No. 27 dan 30, budbahasa istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan dijadikan pemikiran bagi tenaga pendidik maupun penerima latih dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat meraih cita-cuta yang diperlukan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan.
B.     Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan berati proses, cara, perbuatan mendekati; atau perjuangan dalam rangka kegiatan penelitian untuk menyelenggarakan kekerabatan dengan orang yang diteliti, metode untuk meraih pemahaman perihal problem observasi. Jika hal ini dikaitkan dengan kurikulum, maka pendekatan ialah cara kerja dengan menerapkan seni manajemen dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar menemukan kurikulum yang lebih baik.[6]
C.    Macam – Macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Dalam teori kurikulum setidaknya terdapat sembilan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yakni[7]:
  1. Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau acara pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai sistematisaasi tertentu yang berlawanan dengan sistematisaasi ilmu yang lain. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilaksanakan dengan cara memutuskan lebih dahulu mata pelajaran / mata kuliah apa yang mesti dipelajari akseptor bimbing, yang diperlukan untuk antisipasi pengembangan disiplin ilmu.
Pada tabel tersebut dapat dijelaskan kedudukan dan kaitan yang akrab antara beberapa aspek / mata pelajaran PAI, yaitu Al-Qur’an Hadist yang ialah sumber utama fatwa Islam, dalam arti ialah sumber aqidah (keimanan), syariah (ibadah dan muamalah) dan akhlaq, sehingga kajiannya berada disetiap komponen tersebut. Akhlaq ialah perilaku hidup atau kepribadian hidup insan, dalam arti bagaimana sistem norma yang menertibkan hubungan insan dengan Allah dan kekerabatan insan dengan insan lainnya (muamalah) itu menjadi perilaku hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan tata cara kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan / seni, iptek, olahraga / kesehatan dan lain-lain yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sedangkan tarikh atau sejarah islam merupakan perkembangan perjalanan hidup insan Muslim dari masa ke masa dalam perjuangan bersyariah (ibadah dan mualamah) dan berakhlaq serta dalam berbagi tata cara kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.
  1. Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ilham “memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang hendak memberi potensi manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat insan ialah dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi, dan dasar pengembangan program pendidikan.[8]
Sebelum menguraikan lebih jauh tentang pendekatan humanistis tersebut dilihat dari proses kejadiannya insan itu terdiri atas dua substansi yaitu : (1) substansi jasad atau bahan yang materi dasarnya dari bahan yang merupakan bab dari alam semesta dan dalam kemajuan serta perkembangannya tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya (hukum, ketentuan, hukum Allah yang berlaku dialam semesta). (2) substansi immateri/ non jasadi, yakni penghembusan atau peniupan ruh (ciptaan-Nya) kedalam dri manusia, sehingga insan ialah benda organik yang mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai banyak sekali alat berpotensi  dan fitrah. Dari kedua substansi tersebut yang paling esensial yaitu substansi materi, jasad hanyalah alat ruh dialam positif saat ruh terpisah dari jasad maka hal tersebut disebut maut. Yang mati adalah  jasad, sedangkan ruh masih melanjutkan eksistensinya dialam barzah.
Dengan demikian, “memanusiakan manusia” mempunyai arti usaha memberi peluang kepada peserta ajar untuk mengembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mungkin untuk difungsikan sebagai fasilitas pemecahan duduk perkara kehidupan, pengembangan iptek sains dan budaya, serta pengembangan perilaku akidah dan taqwa.
Berdaasarkan pengertaian tersebut, maka kurikulum PAI dikembangkan dengan bertolak pada kebutuhan dan minat peserta bimbing, yang mendorong mereka untuk mampu mengembangkan alat-alat memiliki potensi dan peluangdasar atau fitrahnya, serta mendorongnya untuk mampu mengemban amanah sebagai abdullah maupun kholifahtullah. Materi bimbing dipilih sesuai minat dan kebutuhannya. Peserta bimbing menjadi subjek pendidikan, dalam arti dia menduduki daerah utama dalam pendidikan. Guru atau dosen berfungsi selaku psikoog yang mengetahui segala kebutuhan dan problem penerima ajar, dia berperan sebagai bidan yang membantu akseptor didik melahirkan pandangan baru-idenya atau selaku pembimbing, pendorong, fasilitator dan pramusaji bagi peserta asuh.[9]
Disamping itu, pendekatan humanistis mampu dijalankan lewat pengembangan tema-tema PAI yang berupa dilema-masalah yang aktual dimasyarakat dan banyak menjadi perhatian para akseptor latih. Melaui tema-tema peserta asuh dibimbing dan diarahkan untuk mampu memecahkan dilema tersebut dalam prespektif ajaran dan nilai-nilai Islam ata pedoman dan nilai-nilai Islam dijadikan sebagai landasan watak dan budpekerti dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya. Bisa pula diterapkan dalam pembelajaran sejarah Islam yang dimaksudkan untuk menggali, berbagi dan mengambil  ibrah dari pelajaran sejarah dan kebudayaan (peradaban Islam), sehingga peserta latih bisa menginternalisasi dan tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan serta dalam rangka membangun perilaku terbuka dan toleran atau semangat ukhwah Islamiyah dalam arti luas.
Kaprikornus dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang mampu dicapai pesera didik namun lebih kepada pembentukan perubahan pada peserta asuh, baik secara jasmani maupun ruhani. Selanjutnya siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Dan siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa hendaknya diperbolehkan menentukan acara mencar ilmu, dan siswa boleh pertanda hasil belajarnya lewat banyak sekali macam karya atau aktivitas.
  1. Pendekatan Teknologis
Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan peserta ajar untuk menghadapai abad depan perubahan penduduk yang makin pesat yang akhir dari perkembangan IPTEK. Oleh alasannya adalah itu pengembangan kurikulum pendidikan harus memakai pendekatan IPTEK.[10]
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum bertolak dari analisis kompetensi  yang diharapkan untuk melaksanakan peran-peran tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria berhasil, dan stategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan peran (job analisis) tersebut. Pembelajaran PAI dibilang memakai pendekatan teknologis, bilamana beliau memakai pendekatan tata cara dalam menganalisis masalah belajar, menyiapkan, mengelolah, melakukan dan menilainya. Disamping itu, pendekatan teknologis ingin mengejarkan kemanfaatan tertentu dan menuntut penerima latih agar mampu melakukan peran-tugas tertentu sehingga proses dan planning produknya (hasil) diprogram sedemikian rupaa agar mencapai hasil pembelajarannya (tujuan mampu dievaluasi dan diukur dengan terang dan terkontrol). Dari desain proses pembelajaran hingga meraih hasil tersebut diperlukan mampu dikerjakan seecara efektif dan efisien serta memiliki daya tarik.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan, yakni : ia terbatas pada hal-hal yang dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajran maupun produknya. Karna adanya kekurangan tersebut maka dalam pembelajaran PAI tidak selamanya memakai pendekatan teknologis.[11]
  1. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keterampilan bertollak dari dilema yang dihadapi dalam penduduk , untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta melakukan pekerjaan secara kooperatif dan kollaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pendekatan rekonstruksi sosial berpendapat bahwa insan adalah sebagai mahluk sosial yang dalam kehidupannya senantiasa memerlukan orang lain, selalu hidup bareng , berinteraksi dan bekerja sama. Melalui kehidupan bareng dan kerja sama itulah manusia dapat hidup, berkembang, dan mampu memecahkan banyak sekali persoalan yanng dihadapi. Tugas pendidikan khususnya menolong biar penerima latih bisa menjadi mahir dan berikutnya mampu ikut bertanggung jawab kepada pengembangan masyarakatnya.
Isi pendidikan terdiri dari dilema-masalah kasatmata yang dihadapi dalam kehidupan konkret di penduduk . Proses pendidikan atau pengalaman mencar ilmu peserta bimbing berbentuk aktivitas-acara belajar kelompok yang memprioritaskan kerja sama, baik antar penerima latih dan guru/dosen dengan sumber-sumber berguru yang lain. Oleh alasannya adalah itu, dalam menyusun kurikulum PAI bertolak dari masalah yang dihadapi dalam penduduk selaku isi PAI, sedangkan proses atau pengalaman mencar ilmu akseptor ajar yaitu dengan cara memrankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta melakukan pekerjaan secara kooparatif dan kolaboratif, berupaya mencari pemecahan kepada problem tersebut menuju pembentukan penduduk yang baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial sangat mengamati korelasi kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten dengan impian tertinggi, misalnya problem hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kesanggupan memilih nasib sendiri sesuai arahan yang mereka kehendaki.
Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilakukan di kawasan-tempat yang termasuk belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk mengembangkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan kesempatanyang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-peluangtersebut, dengan pertolongan ongkos dari pemerintah sekolah berusaha mengembangna kesempatantersebut. Kurikulum rekonstruksi sosial bermaksud untuk menghadapka akseptor asuh pada aneka macam urusan insan dan kemanusian. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang timbul tidak harus diperhatikan oleh “wawasan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.
5.      Pendekatan Kompetensi
Kompetensi merupakan jalinan terpadu antara pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam teladan berfikir dan bertindak.  Pendekatan kompetensi menitikberatkan kepada semua ranah, yakni kognitif, afektif dan psikomotor.[12] Ciri-ciri pendekatan ini ialah berfikir terstruktur sistemik, sasran penilaian lebih difokuskan pada tingkat penguasaan dan kemampuan memperbaharui diri (regenerative capability).
Prosedur penggunaan pada pendekatan ini[13]:
a.       Menetapkan patokan kopetensi lulusan yang mesti dikuasai oleh para lulusan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
b.      Memerinci perangkat kopetensi yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan.
c.       Menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman berguru lewat bidang studi atau mata pelajaran (jjika perlu membuat mata pelajaran baru) dan aktivitas-acara gres yang berhubungan .
d.      Mengembangkan silabus.
e.       Mengembangkan skenario pembelajaran
f.       Mengembangkan perangkat llunak (software)/
g.      Mengembangkan sistm penilaian.
  1. Pendekatan Sistem (System Aproach)
Sistem ialah totalitas atau keseluruhan komponen yang sling berfungsi, berinteraksi, berintelasiberinterelasi dan interpendensi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendekatan tata cara yakni penggunaan berbagai rancangan yang serasi dari teori sistem yang biasa untuk mengetahui teori organisasi dan praktik administrasi. Pendekatan tata cara ini terdiri atas beberapa faktor, antara lain[14]: (1) filsafat tata cara, yaitu selaku cara untuk berfikir (way of thinking) tentang fenomena secara keseluruhan, (2) analisis metode, adalah metode atau teknik dalam memecahkan duduk perkara (dilema solving) atau pengambilan keputusan (decision making), (3) administrasi sistem, yakni aplikasi teori metode di dalam mengorganisir sistem organisasi.
  1. Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak diraih dalam posisi sentral, alasannya tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.[15]
Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.         Tujuan yang ingin diraih terperinci bagi penyusun kurikulum.
b.         Tujuan yang terang akan menawarkan arah yang jelas pula dalam memutuskan bahan pelajaran, sistem, jenis acara dan alat yang dipergunakan untuk meraih tujuan.
c.         Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan menunjukkan arah dalam menyelenggarakan penilaian kepada hasil yang dicapai.
d.        Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di dalam menyelenggarakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
  1. Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan
Pendekatan ini mampu dilihat dari pola pendekatan:
a.         Pendekatan teladan Subject Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada aneka macam matapelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi, matematika dan sebagainya. Matapelajaran ini tidak bekerjasama satu sama lain.
b.        Pendekatan pola Correlated Curriculum
Pendekatan ini yaitu pendekatan dengan acuan mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang sering dan mampu secara dekat bekerjasama. Misalnya, bidang studi IPA, IPS dan sebagainya.
c.         Pendekatan teladan Integrated Curriculum
Pendekatan ini berdasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu, Misalnya: pohon; sebatang pohon ini bukan merupakan sejumlah bagian-bab pohon yang terkumpul, akan namun ialah sesuatu yang memiliki arti tertentu yang utuh, yakni pohon.
  1. Pendekatan Akuntabilitas (Accountability)
Accountability atau pertanggungjawaban forum pendidikan wacana pelaksanaan tugasnya terhadap penduduk akhir-simpulan ini menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan kurun ini. Pendekatannya yang diketahui sebagai scientific management atau administrasi ilmiah, menetapkan peran-tugas spesifik yang harus diatasi pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaian peran itu.
Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. ada dua pendekatan yang mampu diterapkan dalam pengembangan kurikulum, yakni:
a.      Pendekatan Top Down
Dikatakan pendekatan top down atau pendekatan administratif, adalah pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah. Oleh alasannya dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga dinamakan line staff mode. Dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down bisa dilaksanakan baik untuk menyusun kurikulum yang sungguh-sungguh gres (curriculum construction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curriculum improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum versi ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:
Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan.
Langkah kedua, ialah menyusun tim atau golongan kerja untuk menjabarkan kebujakan atau rumusan-rumusan yang sudah disusun oleh tim pengarah.
Langkah Ketiga, jika kurikulum sudah akhir disusun oleh tim atau kalangan kerja, berikutnya alhasil diserahkan terhadap tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi.
Langkah Keempat, para eksekutif berikutnya menyuruh terhadap setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.[16]
b.      Pendekatan Grass Roots
Dalam model grass roots atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebartluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan perumpamaan singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh alasannya adalah sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), meskipun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum gres (curriculum construction).
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini.
Pertama, menyadari adanya dilema. Berawal dari keresahan guru ihwal kurikulum yang berlaku.
Kedua, mengadakan refleksi. Refleksi dijalankan dengan mengkaji literature yang berhubungan contohnya dengan membaca buku, jurnal hasil observasi yang berkaitan dengan persoalan yang kita hadapi atau mengkaji sumber isu lain.
Ketiga, mengajukan hipotesis atau balasan sementara. Guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya problem dan cara penanggulangannya.
Keempat, memilih hipotesis yang sangat mungkin bersahabat dan dapat dijalankan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
Kelima, mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpecahkan duduk perkara yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita mampu berkolaborasi atau meminta usulan sobat sejawat.
Keenam, menciptakan dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan lewat grass roots. Langkah ini sungguh penting untuk dilaksanakan selaku materi publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.
BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pendekatan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan taktik dan tata cara yang sempurna dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan baik dari bahan pembelajaran, proses pembelajaran maupun tujuan pembelajaran yang sistematis supaya mendapatkan kurikulum yang lebih baik dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Pengantar Kurikulum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001)
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah Madrasah dan Perguruan tinggi. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005)
Munir, Kurikulum Berbasis TIK. (Bandung : ALFABETA, 2010)
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. (Jakarta : Bumi Akasara, 2003)
Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran. (Jakarta : Bumi Aksara, 2001)
Syaodih, Nana Syaodih Sukmainata dan Erliana. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. (Bandung : PT Refika Aditama, 2012)
Triwiyanto, Teguh. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Akasara, 2015)
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana 2007
Khaerudin,Mahfud Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jogjakarta: Nuansa Aksara 2007)


[1] Nana Syaodih Sukmainata dan Erliana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. (Bandung : PT Refika Aditama, 2012) hlm 2

[2] Munir, Kurikulum Berbasis TIK. (Bandung : ALFABETA, 2010) hlm 3

[3] S. Nasution, Asa-Asas Kurikulum. (Jakarta : Bumi Akasara, 2003) hlm 6

[4] Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di sekolah Madrasah dan Perguruan tinggi. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 10

[5] Muhaimin, ibid hlm 12

[6] Muhaimin, ibid hlm 139

[7] Muhaimin, ibid hlm 140

[8] Muhaimin, ibid hlm 142

[9]  Muhaimin, ibid hlm 144

[10] Muhaimin, ibid hlm 163

[11] Muhaimin, ibid hlm 163

[12] Abu Ahmadi, Pengantar Kurikulum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001), hlm. 29

[13] Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Akasara, 2015) hlm 183

[14] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran. (Jakarta : Bumi Aksara, 2001) hlm 56

[15] Abuddin, Nata. Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana 2007) hlm 175.

[16] Mahfud, khaeruddin. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jogjakarta: Nuansa Aksara 2007) hlm 43.