Pemilik Pohon Kurma
Oleh : Abu Riyadl Nurcholis,Lc
Setiap kita tentu menghendaki memiliki sebuah simpanan, yang mungkin sanggup kita gunakan pada saat membutuhkannya. Demikianlah watak insan. Akan tetapi bila kita cermati, ternyata semua tabungan tersebut bersifat sementara, seiring nafas yang tersisa dalam dada. Padahal kita sudah mengerahkan seluruh pikiran dan tenaga guna mewujudkannya.
Sebenarnya ada suatu tabungan yang gampang untuk kita wujudkan, cuma saja seringkali berat bagi kita untuk melaksanakannya dengan istiqomah. Ia yaitu Dzikrullah (mengingat Allah). Mungkin ia cuma beberapa kata, tetapi dia ialah investasi yang menguntungkan disisi Allah subhanahuwata’ala . Sebagaimana yang disebutkan dalam suatu hadits tentang selesai bagi orang yang berdzikir:
عن جابر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” من قال سبحان الله العظيم وبحمده غرست له نخلة في الجنة”.
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda : ” Barang siapa yang berkata :” Subhanallahil adzim wa bi hamdihi“( maha suci Yang Mahakuasa yang maha agung dan segala puji baginya ) maka akan ditanamkan untuknya sebatang pohon korma disurga” [ HR Ibnu Hibban dan Tirmidzi. Dan dishohihkan Al Albani].
Sungguh luar biasa, betapa besar pahala yang didapat. Bisnis yang tak butuh modal. Tentu sungguh merugi bila kita terluput dari pohon-pohon korma tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku! kita akan sanggup menikmatinya kelak ketika kita sungguh membutuhkannya, lantaran hari Akhirat itu hari yang kekal, tetapi di alam tersebut tidak ada faedah dari harta maupun benda yang selama ini kita tumpuk.
Sebenarnya keutamaan dzikrullah bukan cuma itu saja, disana masih ada keutamaan-keistimewaan lain yang lebih besar dari itu, mirip yang disebutkan oleh Ibnu Qoyyim rohimahullah dalam kitab Al waabil As-Shoib, ia menyatakan lebih dari tujuh puluh faedah dzikir, diantaranya yakni :
- Dzikir sanggup membantu kita dalam bermuroqobah (merasa diawasi Allah), biar terhindar dari perbuatan maksiat, bahkan sanggup membantu kita untuk meraih keikhlasan dalam ibadah. Sedangkan keikhlasan merupakan kunci keamanan. Sebagian Ulama’ salaf menuturkan: ” Ikhlas sesaat ialah keamanan kekal, namun ikhlas itu sangatlah mahal”.
- Allah subhanahuwata’ala akan menyebut nama pedzikir dihadapan para malaikat selaku penghormatan bagi mereka. Dalam sebuah hadits Qudsi Yang Mahakuasa subhanahu wa ta’ala berkata: “
فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكرني في ملأ ذكرته في ملأ خيرا منه
“Jika hambaku menyebut-Ku dalam kesendiriannya maka ia akan Ku-sebut dalam diri-Ku, dan jika dia sebut diri-Ku dihadapan manusia maka Aku akan sebut dirinya dihadapan makhluk yang lebih mulia (para malaikat)” [HR Bukhori & Muslim]
- Memperbanyak dzikir mampu meniadakan dosa, maka dengan demikian beliau ialah amalan yang utama, karena kebaikan yang utama yaitu yang mampu menghapus kejelekan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
من قال في يوم وليلة سبحان الله وبحمده مائة مرة خطت عنه خطاياه وإن كانت مثل زبد البحر
“Barangsiapa yang berkata pada tempo sehari semalam ” subhanallahu wa bihamdihi“( maha suci Yang Mahakuasa dan segala puju bagi-Nya) seratus kali maka akan dihapus darinya dosa-dosa walaupun sebanyak buih dilautan”. [HR. Bukhori &Muslim]
- Dengan berdzikir maka seseorang sanggup menjuhi kejahatan mulut, ibarat ghibah, namimah, sombong, dusta, perkatan kotor dsb. Maka barang siapa sibuk dengan dzikir tentu lisannya jauh dari perkataan sia-sia, sehingga tergantikan dengan hal yang berguna. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :
من حسن إسلام المرء تركه ما لايعنيه
“Diantara tanda baiknya Islam seseorang ialah sanggup meninggakan setiap hal yang tidak bermanfaa”t. [ HR. Tirmidzi dan dishohihkan Al Albani]
- Dzikir merupkan salah satu alasannya adalah turunnya rohmat dan ketenangan jiwa dari Yang Mahakuasa subhanahuwata’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam : ” Dan tidaklah suatu kaum berkumpul disuatu rumah dari rumah Yang Mahakuasa dalam rangka membaca kitab Yang Mahakuasa dan mempelajarinya kecuali akan diturunkan ketenangan dan rahmat kepada mereka” [HR. Bukhori & Muslim].
- Memperbanyak dzikir mampu menggantikan kedudukan amalan besar yang lain, yang mana sanggup jadi amalan tersebut tidak sanggup digantikan dengan amalan sunah lainnya. Dalam hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari shahabat Abu Hurairoh radhiallahu anhu :
Pada suatu hari sekumpulan fakir miskin Muhajirin mengunjungi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam seraya berkata :” Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya itu menerima derajat yang tinggi dan juga kenikmatan yang infinit disurga, padaha mereka mengerjakan shalat mirip yang kami lakukan dan mereka berpuasa menyerupai kami puasa, akan namun mereka memiliki harta yang lebih sehingga sanggup menunaikan haji dan umroh, serta berjihad dijalanNya.
Maka mendengar keluhan itu , Rasullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :”Maukah saya beri tahu kalian wacana amalan yang sanggup menyeimbangi mereka dan orang setelah kalian, dan tidak ada seorangpun yang lebih baik dari apa yang hendak kalian amalkan kecuali sanggup melaksanakan lebih dari amalan tersebut”. Maka serentak fakir miskin itu menjawab :” Tentu ya Rasulullah”. Kemudian Rasulullah bersabda: ” Maka hendaknya kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir disetiap tamat Shalat” (HR. Bukhori)
- Banyak berdzikir akan menjadikan kita jauh dari sifat-sifat orang munafiq, karena diantara sifat mereka ialah enggan untuk dzikrullah azzawajala, sebagaimana Firman-Nya :” Dan orang-orang munafiq itu tak mauberdzikir kecuali cuma sedikit saja”. ( An Nisa’ : 142 ).
- Bahwa dzikir sanggup menambahkan pada diri seorang muslim kekuatan logika maupun batin, bahkan kekuatan tubuh dalam menempuh kesulitan hidup, sebagaimana dikisahkan dalam sebuah riwayat bahwa suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam mengajarkan terhadap Faimah dan Ali radhiallahu anhuma ketika mereka mengeluhkan pekerjaan yang menumpuk dirumah, dan Fatimah meminta pembantu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam semoga mampu merenggangkan pekerjaan mereka berdua, maka dia shalallahu ‘alaihi wasalam mengajarkan terhadap mereka berdua untuk membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali sebelum beranjak keperaduan, lalu ia bersabda :
إنه خير لكما من خادم
“Sesungguhnya Ia(dzikir) lebih baik untuk kalian berdua dari pada sekedar seorang pembantu”. [HR. Bukhori &Muslim]
Tersirat dari hadits tersebut diatas bahwa kekuatan tubuh timbul dari kekuatan hati, sehingga dengan kekuatan hati ini akan terasa ringan seluruh beban kehidupan, dan hal tersebut tidak akan diperoleh kecuali dengan dzikrullah azzawajalla.
Sebenarnya masih banyak faedah dan keutaman berdzikir, yang tidak sanggup kami sebutkan semuanya. Adapun bentuk dzikrullah oleh ulama’ dibagi menjadi empat jenis, adalah:
· Bedzikir dengan menyebutkan Asma’ dan sifat Yang Mahakuasa Azza wajalla, atau memujinya dengan kalimat yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam ibarat : Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Lailaahaillallah.dsb.
· Mempelajari nama dan sifat Yang Mahakuasa subhanahu wa ta’ala dengan demikian seorang hamba mampu mengenal penciptanya, maka akan mengakibatkan dirinya senantiasa mengenang-Nya.
· Mempelajari perintah dan larangan Allah, sehingga menimbulkan seorang hamba makin faham dengan masalah agama Islam, dengan demikian dalam hatinya akan senantiasa mengingat dan takut kepada Yang Mahakuasa subhanahu wa ta’ala.
· Mengingat kenikmatan-kenikmatan dan karunia Yang Mahakuasa subhanahu wa ta’ala yang telah dianugrahkan kepada kita, sehingga akan tambah rasa syukur kepada-Nya
Dzikir mampu dilaksanakan dengan hati maupun verbal dan dzikir yang paling utama yakni yang mampu memadukan antara hati dan verbal, adapun dzikir dengan hati lebih utama dari sekedar dzikir dengan ekspresi saja.
Semoga ulasan singkat ini sanggup mengembangkan semangat kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa Azza wa jalla dengan meperbanyak dzikrullah, dan barang siapa yang bersungguh-sunguh dijalan-Nya pasti akan dibukakan baginya pintu hidayah, dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan mensia-siakan perbuatan hamba-Nya yang senantiasa ingat terhadap-Nya. Wallahu a’lam bissowab.
Referensi:
Al wabil Assoib- Ibnu Qoyim
Al Bahru Roiq Fizuhdi wa Roqoiq- DR. Ahmad Farid
Syarh Hisnul Muslim- Majdi bin Abdulwahab Ahmad
Sumber http://bubuk-riyadl.blogspot.com