Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh penyeleksian metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, menciptakan motivasi siswa rendah. Untuk membuat pembelajaran yang mempesona, upaya yang harus dikerjakan guru adalah menentukan model pembelajaran yang sempurna sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan memajukan kegiatan siswa dalam mencar ilmu sehingga hasil berguru pun mampu ditingkatkan.
Salah satu versi pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang dikerjakan pada kelompok kecil, siswa berguru dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang maksimal baik pengalaman individu maupun pengalaman golongan. Esensi pembelajaran kooperatif itu ialah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan nyata yang mengakibatkan kerja golongan maksimal.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan nyata antar anggota kelompok. Siswa saling melakukan pekerjaan sama untuk menerima hasil mencar ilmu yang lebih baik. Keberhasilan kalangan dalam meraih tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan harmonis dalam kelompok itu.
Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa versi pembelajaran ini sangat bagus untuk mengembangkan aktivitas mencar ilmu siswa, karena semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota golongan yang asal namanya saja tercantum selaku anggota kalangan, tetapi semua harus aktif.
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh penyeleksian metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, menciptakan motivasi siswa rendah. Untuk membuat pembelajaran yang mempesona, upaya yang harus dikerjakan guru adalah menentukan model pembelajaran yang sempurna sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan memajukan kegiatan siswa dalam mencar ilmu sehingga hasil berguru pun mampu ditingkatkan.
Salah satu versi pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang dikerjakan pada kelompok kecil, siswa berguru dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang maksimal baik pengalaman individu maupun pengalaman golongan. Esensi pembelajaran kooperatif itu ialah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan nyata yang mengakibatkan kerja golongan maksimal.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan nyata antar anggota kelompok. Siswa saling melakukan pekerjaan sama untuk menerima hasil mencar ilmu yang lebih baik. Keberhasilan kalangan dalam meraih tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan harmonis dalam kelompok itu.
Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa versi pembelajaran ini sangat bagus untuk mengembangkan aktivitas mencar ilmu siswa, karena semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota golongan yang asal namanya saja tercantum selaku anggota kalangan, tetapi semua harus aktif.
2.3.2Unsur-komponen Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dijalankan dalam kalangan kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
Siswa dalam kelompoknya mesti berpendapat bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dijalankan dalam kalangan kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
Siswa dalam kelompoknya mesti berpendapat bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
1. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya mirip milik mereka sendiri.
2. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya mempunyai tujuan yang serupa.
3. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. Siswa akan dikena evaluasi atau kado/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua golongan.
4. Siswa mengembangkan kepemimpinan dan mereka memerlukan kemampuan untuk mencar ilmu bareng selama proses belajarnya.
5. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara perorangan materi yang dikerjakan dalam kalangan kooperatif.
Dengan memperhatikan komponen-komponen pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kalangan mesti betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, namun juga dituntut tanggung jawab individu.
2.3.3Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Sebagai seorang guru dalam memperlihatkan pelajaran terhadap siswa tentu dia akan memilih manakah versi pembelajaran yang tepat diberikan untuk bahan pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti ihwal pembelajaran kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005:46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.Siswa bekerja dalam golongan secara kooperatif untuk menyelesaikan bahan belajarnya.
b.Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kesanggupan tinggi, sedang dan rendah.
c.Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berlawanan.
d.Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan mengamati ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah mampu membentuk golongan sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok mampu melakukan pekerjaan dengan optimal.
Sebagai seorang guru dalam memperlihatkan pelajaran terhadap siswa tentu dia akan memilih manakah versi pembelajaran yang tepat diberikan untuk bahan pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti ihwal pembelajaran kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005:46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.Siswa bekerja dalam golongan secara kooperatif untuk menyelesaikan bahan belajarnya.
b.Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kesanggupan tinggi, sedang dan rendah.
c.Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berlawanan.
d.Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan mengamati ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah mampu membentuk golongan sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok mampu melakukan pekerjaan dengan optimal.
2.3.4 Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yakni: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok dan 4) tipe Struktural. Tentang hal itu mampu diuraikan selaku berikut:
a.Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) ialah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan memakai kalangan kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar acara atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling menolong satu sama lain untuk memahami materi pembelajaran melalui bimbingan, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yakni: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok dan 4) tipe Struktural. Tentang hal itu mampu diuraikan selaku berikut:
a.Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) ialah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan memakai kalangan kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar acara atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling menolong satu sama lain untuk memahami materi pembelajaran melalui bimbingan, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
b.Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw yaitu salah satu model pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran lewat penggunaan kalangan kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan keadaan belajar untuk meraih tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman berguru yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman golongan. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kalangan, yakni anggota golongan asal dan anggota kelompok mahir. Anggota kalangan asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada sebuah kelompok yang disebut golongan hebat.
Tipe Jigsaw yaitu salah satu model pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran lewat penggunaan kalangan kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan keadaan belajar untuk meraih tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman berguru yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman golongan. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kalangan, yakni anggota golongan asal dan anggota kelompok mahir. Anggota kalangan asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada sebuah kelompok yang disebut golongan hebat.
c.Investigasi Kelompok
Investigasi kalangan merupakan pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sukar untuk dipraktekkan, di mana siswa terlibat dalam perencanaan penyeleksian topik yang dipelajari dan melaksanakan pentelidikan yang mendalam atas topik yang dipilihnya, berikutnya mempersiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Investigasi kalangan merupakan pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sukar untuk dipraktekkan, di mana siswa terlibat dalam perencanaan penyeleksian topik yang dipelajari dan melaksanakan pentelidikan yang mendalam atas topik yang dipilihnya, berikutnya mempersiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
d.Tipe Struktural
Ada 2 macam pembelajaran koooperatif tipe struktural ini yang populer, yaitu:
Think-pair-share, ialah pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran selaku berikut:
a.Tahap Pertama: Thinking (berfikir), dengan mengajukan pertanyaan, kemudian siswa diminta untuk mempertimbangkan balasan secara mampu berdiri diatas kaki sendiri beberapa ketika.
b.Tahap Kedua: Siswa diminta secara berpasangan untuk mendiskusikan apa yang dipikirkannya pada tahap pertama.
c.Tahap Ketiga: Meminta terhadap pasangan untuk mengembangkan kepada seluruh kelas secara bergiliran.
Numbered head together yaitu pembelajaran kooperatif dengan tindakan sebagai berikut:
a.Langkah 1: siswa dibagi per golongan dengan anggota 3-5 orang, dan setiap anggota diberi nomor 1-5.
b.Langkah 2: guru bertanya.
c.Langkah 3: berfikir bersama menyatukan pendapat.
d.Langkah 4: nomor tertentu disuruh menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dari keempat tipe pembelajaran kooperatif di atas, peneliti lebih kepincut melaksanakan observasi dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, di mana pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap siswa berkewajiban mempelajari bahan yang diperintahkan terhadap mereka secara bareng pada golongan jago, kemudian setiap siswa mesti menyampaikan bahan yang telah dipelajarinya dalam kelompok asal, sehingga siswa menemukan pengalaman eksklusif. Tingkat kegiatan pada kooperatif Jigsaw lebih tinggi karena semua siswa berpartisipasi dan punya tanggung jawab baik individu maupun golongan.
2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik adalah: a. kelompok kecil, b. berguru bareng , dan c. pengalaman mencar ilmu. Esensi kooperatif learning ialah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kalangan, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan aktual yang mengakibatkan kerja kalangan maksimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar melakukan pekerjaan sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya peran-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan usulan yang dikemukakan oleh Johnson (1991:27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah kegiatan mencar ilmu secara kalangan kecil, siswa mencar ilmu dan melakukan pekerjaan sama sampai terhadap pengalaman mencar ilmu yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Persiapan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw
1.Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota golongan ialah kelompok asal dan golongan hebat, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a.Kelompok kooperatif permulaan (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa golongan yang berisikan 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok mesti heterogen khususnya di kemampuan akademik.
b. Kelompok Ahli
Kelompok mahir anggotanya yakni nomor kepala yang sama pada kalangan asal.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik adalah: a. kelompok kecil, b. berguru bareng , dan c. pengalaman mencar ilmu. Esensi kooperatif learning ialah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kalangan, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan aktual yang mengakibatkan kerja kalangan maksimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar melakukan pekerjaan sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya peran-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan usulan yang dikemukakan oleh Johnson (1991:27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw adalah kegiatan mencar ilmu secara kalangan kecil, siswa mencar ilmu dan melakukan pekerjaan sama sampai terhadap pengalaman mencar ilmu yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.
Persiapan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw
1.Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota golongan ialah kelompok asal dan golongan hebat, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a.Kelompok kooperatif permulaan (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa golongan yang berisikan 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok mesti heterogen khususnya di kemampuan akademik.
b. Kelompok Ahli
Kelompok mahir anggotanya yakni nomor kepala yang sama pada kalangan asal.
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlainan dengan golongan kooperatif yang lain, alasannya adalah setiap siswa melakukan pekerjaan sama pada dua kalangan secara bergantian, dengan tindakan pembelajaran sebagai berikut
a.Siswa dibagi dalam golongan kecil yang disebut kalangan asal, beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A,B,C,D,E
b.Membagi perihal / peran sesuai dengan bahan yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam golongan asal menerima ihwal / tugas yang berlawanan, nomor kepala yang serupa mendapat tugas yang sama pada masing-masing kalangan.
c.Kumpulkan masing-masing siswa yang mempunyai ihwal / tugas yang sama dalam satu kalangan sehingga jumlah golongan jago sama dengan jumlah perihal atau peran yang sudah disediakan oleh guru.
d.Dalam golongan mahir ini tugaskan semoga siswa mencar ilmu bersama untuk menjadi jago sesuai dengan ihwal / peran yang menjadi tanggung jawabnya.
e.Tugaskan bagi semua anggota golongan ahli untuk mengerti dan dapat menyampaikan info wacana hasil dari tentang / tugas yang telah diketahui kepada kelompok kooperatif (kalangan asal). Poin c, d, dan e dijalankan dalam waktu 30 menit.
f.Apabila peran sudah akhir dijalankan dalam kalangan ahli masing-masing siswa kembali ke kalangan kooperatif asal.
g.Beri potensi secara bergiliran masing-masing siswa untuk memberikan hasil dari peran di kalangan mahir. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit.
h.Bila kalangan sudah menuntaskan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kalangan memberikan jadinya dan guru menunjukkan klarifilkasi. (10 menit).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlainan dengan golongan kooperatif yang lain, alasannya adalah setiap siswa melakukan pekerjaan sama pada dua kalangan secara bergantian, dengan tindakan pembelajaran sebagai berikut
a.Siswa dibagi dalam golongan kecil yang disebut kalangan asal, beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A,B,C,D,E
b.Membagi perihal / peran sesuai dengan bahan yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam golongan asal menerima ihwal / tugas yang berlawanan, nomor kepala yang serupa mendapat tugas yang sama pada masing-masing kalangan.
c.Kumpulkan masing-masing siswa yang mempunyai ihwal / tugas yang sama dalam satu kalangan sehingga jumlah golongan jago sama dengan jumlah perihal atau peran yang sudah disediakan oleh guru.
d.Dalam golongan mahir ini tugaskan semoga siswa mencar ilmu bersama untuk menjadi jago sesuai dengan ihwal / peran yang menjadi tanggung jawabnya.
e.Tugaskan bagi semua anggota golongan ahli untuk mengerti dan dapat menyampaikan info wacana hasil dari tentang / tugas yang telah diketahui kepada kelompok kooperatif (kalangan asal). Poin c, d, dan e dijalankan dalam waktu 30 menit.
f.Apabila peran sudah akhir dijalankan dalam kalangan ahli masing-masing siswa kembali ke kalangan kooperatif asal.
g.Beri potensi secara bergiliran masing-masing siswa untuk memberikan hasil dari peran di kalangan mahir. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit.
h.Bila kalangan sudah menuntaskan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kalangan memberikan jadinya dan guru menunjukkan klarifilkasi. (10 menit).
2.5 Kerangka Konseptual
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yakni : tahap I (kooperatif asal), tahap II (golongan ahli), tahap III (kelompok adonan). Untuk memajukan acara siswa perlu ada motivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini peneliti cuma meneliti sampai acara siswa, tidak meneliti sampai hasil belajar siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yakni : tahap I (kooperatif asal), tahap II (golongan ahli), tahap III (kelompok adonan). Untuk memajukan acara siswa perlu ada motivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini peneliti cuma meneliti sampai acara siswa, tidak meneliti sampai hasil belajar siswa.
2.6 Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pelajaran bahasa Indonesia kelas VII MTs Al Hidayah kegiatan siswa dapat meningkat.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pelajaran bahasa Indonesia kelas VII MTs Al Hidayah kegiatan siswa dapat meningkat.