Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli (Lengkap)

Model strategi & pengertiaan Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli. Kegiatan Pembelajaran PAUD Pendidikan anak usia dini mesti disesuaikan dgn beberapa tata cara yg termuat dlm karakteristik cara berguru anak usia dini. Pembelajaran PAUD dikemukakan beberapa mahir selaku berikut :

pembelajaran anak usia dini menurut para ahli metode model strategi pengertian media

Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli

1. MALOW

Menurut Maslow, dlm perkembangannya anak mempunyai berbagai kebutuhan yg perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan utama yg meliputi pangan, sandang, & ‘papan’ serta kasih sayang, perhatian, rasa kondusif, & penghargaan kepada dirinya.

Maslow menggunakan piramida selaku peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki keperluan. Menurut Maslow, anak termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-keperluan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dr yg paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yg paling tinggi (aktualisasi diri).

Adapun hirarki kebutuhan diambil dr Wikipedia tersebut yakni selaku berikut :

a. Kebutuhan fisiologis atau dasar

Pada tingkat yg paling bawah, terdapat kebutuhan yg bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman & sebagainya). Kebutuhan ini dinamakan pula keperluan dasar (basic needs) yg bila tak dipenuhi maka manusia yg bersangkutan kehilangan kontrol atas perilakunya sendiri sebab seluruh kapasitas insan tersebut dikerahkan & dipusatkan cuma untuk menyanggupi keperluan dasarnya itu. Sebaliknya, kalau kebutuhan dasar ini relatif telah tercukupi, muncullah keperluan yg lebih tinggi yakni keperluan akan rasa kondusif (safety needs).

b. Kebutuhan akan rasa kondusif

Kebutuhan keselamatan membiarkan individu untuk merasa selamat & kondusif. Jika safety needs ini terlalu lama & terlalu banyak tak terpenuhi, maka pandangan anak ihwal dunianya bisa terpengaruh & pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yg semakin negatif.

c. Kebutuhan untuk dicintai & disayangi

Setiap anak ingin mempunyai kekerabatan yg hangat & akrab, bahkan mesra dgn orang-orang di sekitarnya. Ia ingin mencintai & dicintai. Anak ingin setia kawan & butuh kesetiakawanan. Anak butuh menjadi bagian dlm suatu keluarga.

d. Kebutuhan untuk dihargai

Anak yg tercukupi kebutuhannya akan harga diri akan tampil selaku orang yg percaya diri, tak tergantung pada orang lain & senantiasa siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya menjangkau kebutuhan yg tertinggi yakni aktualisasi diri (self actualization).

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Pemenuhan potensi diri sendiri dikenali. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri terdiri dr kebenaran, kebaikan, keindahan atau kecantikan, keseluruhan (kesatuan), dikotomi-transedensi, erkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya), keunikan, kesempurnaan, keniscayaan, penyelesaian, keadilan, keteraturan, kesederhanaan, kekayaan, bermain, & mencukupi diri sendiri

Terpenuhinya keperluan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya, & hal ini dapat mendatangkan pelatuk untuk membuatkan seluruh potensi dengan-cara utuh. Pemenuhan kebutuhan dlm harus diubahsuaikan dgn pertumbuhan & perkembangan anak. Prinsip tersebut dinamakan praktek-praktek yg sesuai dgn perkembangan anak  atau disebut pula developmentally appropriate practice atau DAP

2. SMILANSKY

Smilansky mengungkapkan bahwa anak usia dini belajar melalui panca indranya & lewat hubungan fisik dgn lingkungannya. Terdapat beberapa tipe bermain dlm pembelajaran yg dijabarkan Smilansky, diantaranya yaitu functional play, constuctive play, dramatic play & game with rules.

Functional play yakni sebuah bentuk permainan dimana anak menggunakan indera & otot-ototnya untuk bereksperimen dgn materi-bahan baik didalam maupun di luar ruangan & berguru bagaimana sesuatu dapat bergerak serempak. Hal ini memuaskan kebutuhan anak untuk menjadi aktif & bereksplorasi.

Dalam bermain fungsional anak mengulang sikap mereka terus menerus sambil berbicara pada dirinya sendiri tentang apa yg ia kerjakan.

Dalam bermain pembangunan menolong anak dlm mengembangkan kemampuan-keterampilan yg akan mendukung dlm kegiatan akademik. Smilansky mengungkapkan bahwa di dlm constuctive play, children’s actions are purposeful and directed toward a goal. Tatkala anak diberikan kesempatan untuk bermain ini  memiliki arti anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan perkembangan kognitif, sosial, emosional & perkembangan fisiknya.

  PAIKEM = Metode Pembelajaran PAUD Berpusat Pada Anak

Dramatic play dapat berkembang sepanjang bermain fungsional. Perbedaan utama antar bermain drama dgn bermain jenis laniinya ialah bahwa bermain drama berorientasi pada orang, bukan berorientasi pada bahan atau objek. Anak-anak yg tak terlibat dengan-cara terus menerus dlm bermain peran dgn anak-anak lain mengalami kesulitan di kemudian hari.

Dalam kegiatan game with rules anak telah mengetahui & bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat & boleh diubah sesuai kesepakatan orang yg terlibat dlm permainan asalkan tak menyimpang jauh dr hukum biasanya., contohnya bermain kartu domino, bermain tali atau monopoli (Sujiono, 2009:119)

3. ERIKSON

Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis dr tugas-peran pertumbuhan & tugas-tugas social (Sumantri & Syaodih, 2008: 1.10). Perkembangan afektif merupakan dasar pertumbuhan insan. Erikson membagi delapan tahap pertumbuhan psikososial anak yakni sebagai berikut.

a. Trust vs Mistrust (0-1 thn)

Bayi yg kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangkit, keresahannya secepatnya terhapus, selalu dibuai & diperlakukan sebaik-baiknya, diaajak main & bicara, maka akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini daerah yg kondusif dgn orang-orang disekitarnya yg senantiasa bersedia menolong & mampu dijadikan daerah ia menggantungkan hidupnya. Jika sebaliknya, maka pada bayi akan tumbuh rasa takut serta ketidakpercayaan kepada dunia di sekelilingnya.

b. Autonomy vs Shame & Doubt (2-3 thn)

Jika anak menninggalkan masa pertumbuhan ini dgn autonomi yg lebih kecil daripada rasa malu & ragu, ia akan mengalami kesusahan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja & dewasanya. Sebaliknya, bila anak melalui masa ini dgn adanya keseimbangan serta mampu menangani rasa malu & ragu dgn rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus kehidupan berikutnya.

c. Initiative vs Guilt (4-5 thn)

Anak yg diberi keleluasaan & potensi untuk memiliki gagasan pada permainan motoris serta mendapat jawaban yg memadai dr pertanyaan-pertanyaan yg diajukannya, maka inisiatifnya akan meningkat dgn pesat.

d. Industry vs Inferiority ( 6 th-pubertas)

Anak mulai bisa berpikir deduktif, bermain, & belajar menurut peraturan yg ada. Pengalaman-pengalaman anak mempengaruhi industyi & infentiority anak.

e. Identity & Repudiation vs Identity Diffusion (masa remaja)

Pada masa ini anak sudah menuju kematangan fisik & mental. Ia mempunyai perasaan-perasan & keingainan gres selaku akibat pergeseran-perubahan tubuhnya.

f. Intimacy & Solidarity vs Isolation (masa cukup umur muda)

Pada tahap ini kesuksesan tak bergantung dengan-cara langsung pada orang tua. Jika intimacy tak terdapat di antara sesama sahabat, akan terdapat apa yg disebut isolation.

g. Generativity vs Stagnation (masa remaja)

Generativity bermakna orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri. Orang yg tak sukses meraih generavity berarti ia berada dlm keadaan self absorption dgn cuma menetapkan perhatian pada keperluan-keperluan & kesenangan pribadinya saja.

h. Integrity vs Despair (masa renta).

Pada tahap ini perjuangan-usaha yg pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan. Integrity timbul dr kesanggupan individu untuk menyaksikan kembali kehidupannya yg lalu dgn kepuasan. Sedangkan despair, yakni keadaan dimana individu yg menengok ke belakang & meninjau kembali kehidupannya di masa kemudian sebagai rangkaian kegagalan & kesasar.

4. PIAGET

Menurut pandangan Piaget (dalam Sujiono, 2012: 120) intelegensi anak meningkat melalui suatu proses active learning dgn cara menunjukkan peluang pada anak untuk tampakdengan-cara aktif dlm kegiatan yg dapat memaksimalkan penggunaan seluruh panca indera anak.

Piaget membagi pertumbuhan kognitif anak ke dlm 4 fase, yakni:

a. Sensori Motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak berinteraksi dgn dunia sekitar lewat panca indera. Dapat berpikir kompleks seperti bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda yg dikehendaki & melakukan apa yg diinginkannya dgn benda tersebut. Kemampuan ini merupakan awal berpikir dengan-cara simbolik yaitu kesanggupan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut dengan-cara empirik.

b. Pra Operasional (2-7 tahun)

Fase ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dlm menyusun pikirannya. Cara berpikir anak belum stabil & belum terstruktur dengan-cara deduktif.

c. Operasi Konkret (7-12 tahun)

  Cara Belajar Anak Usia Dini ( Usia 0 – 6 Tahun )

Anak sudah mempunyai kesanggupan berpikir dengan-cara logis dgn syarat objek yg menjadi sumber berpikir tersebut hadir dengan-cara konkret. Anak mampu mengklasifikasi objek, mengurutkan benda sesuai dgn tata urutannya, mengerti cara pandang orang lain & berpikir dengan-cara deduktif.

d. Operasi Formal (12 tahun ke atas)

Anak mampu bepikir dengan-cara abstrak mirip kesanggupan mengemukakan pandangan baru-inspirasi, memprediksi kejadian yg akan terjadi, melaksanakan proses berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis & menentukan cara untuk mengambarkan kebenaran hipotesis tersebut.

5. VYGOTSKY

Konstruktivisme sosial yg dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa mencar ilmu bagi anak dilaksanakan dlm interaksi dgn lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky ialah interaksi antara faktor internal & eksternal yg penekanannya pada lingkungan sosial dlm belajar.

Konstruktivisme yakni suatu teori mencar ilmu yg mempunyai suatu pedoman dlm filosofi & antropologi sebaik psikologi. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak meningkat melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dgn orang yg lebih tahu. Berhubungan dgn proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan konsep zone of proximal development (ZPD) sebagai kapasitas potesial belajar anak yg dapat berwujud melalui pinjaman orang cukup umur atau orang yg lebih terampil (Sujiono, 2012: 115).

ZPD atau scaffolding interpretation merupakan tahapan untuk meraih taraf perkembangan yg lebih tinggi. Empat tahapan yg terjadi dlm pertumbuhan & pembelajaran:

a) Tindak anak-anak masih dipengaruhi/dibantu orang lain

b) Tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri

c) Tindakan anak berkembang impulsif & terinternalisasi

d) Tindakan spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berpikir dengan-cara abstrak.

Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, mengharapkan setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi & saling memunculkan taktik-seni manajemen pemecahan dilema yg efektif dlm masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dlm pembelajaran menekankan scaffolding.

Makara teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori berguru sosial sehingga sangat cocok dgn model pembelajaran kooperatif sebab dlm model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dgn siswa & antara siswa dgn guru dlm perjuangan menemukan konsep-konsep & pemecahan dilema (https://utak-atik-psikologi.blogspot.com).

Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dlm keberfungsian mental meningkat lewat interaksi social pribadi. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yg berada dlm suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang. Pembelajaran menurut scaffolding yakni memberikan ketrampilan yg penting untuk pemecahan problem dengan-cara berdikari, mirip diskusi & praktek langsung.

Zone of Proximal Development yakni wilayah dimana anak mampu untuk belajar dgn sumbangan orang yg kompeten. Batas ZPD yg lebih rendah ialah level pemecahan persoalan yg di capai oleh seorang anak yg melakukan pekerjaan dengan-cara berdikari. Dan batas yg lebih tinggi merupakan level tanggung jawab komplemen yg mampu di terima oleh anak dgn pinjaman seorang instruktur yg mampu.

Ada beberapa prinsip dasar dlm penerapan teori Vygotsky dikelas :

  • Belajar & meningkat ialah aktivitas sosial & kolaboratif.
  • ZPD dapat menjadi pemandu dlm penyusunan kurikulum & pelajaran.
  • Pembelajaran disekolah mesti dlm konteks yg bermakna, tak boleh dipisahkan dr pengetahuan bawah umur yg dibangun dlm ‘dunia nyata’ mereka.

6. HOWARD GARDNER

Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang profesor psikologi dr Harvard University. Gardner menyampaikan bahwa orang yg berlawanan memiliki kecerdasan yg berbeda. Howard Gardner dlm bukunya The Theory of Multiple Intelegence mengusulkan delapan macam komponen kecerdasan, yg disebutnya dgn Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda meliputi: (a) kecerdasan linguistik-ekspresi & (b) kecerdasan akal-matematik (c) kecerdasan spasial-visual, (d) kecerdasan ritmik-musik, (e) kecerdasan kinestetik, (f) kecerdasan interpersonal, (g) kecerdasan intrapersonal, (h) kecerdasan naturalis.

Howard Gardner mengemukakan bahwa pada dasarnya anak mempunyai delapan jenis kecerdasan dasar tersebut.

a. Kecerdasan Bahasa

Kecerdasan bahasa berisi kesanggupan untuk berfikir dgn kata-kata & memakai bahasa untuk mengekspresikan arti yg kompleks. Anak dgn kecerdasan mulut ini sangat cakap dlm berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, menyampaikan laporan & aneka macam acara lain yg terkait dgn berbicara & menulis.

b. Kecerdasan Matematis/Logis

Kecerdasan ini ditandai dgn kesanggupan anak untuk berinteraksi dgn angka-angka & bilangan, berpikir logis & ilmiah, adanya konsistensi dlm pemikiran. Anak yg pandai dengan-cara nalar-matematika kadang kala tertarik dgn pola & bilangan/angka-angka. Mereka mencar ilmu dgn cepat operasi bilangan & cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep dengan-cara logis, atau menyimpulkan keterangan dengan-cara matematik.

c. Kecerdasan Spasial

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kesanggupan anak untuk menyaksikan dengan-cara rinci citra visual yg terdapat di sekitarnya. Anak yg memiliki kecerdasan spasial adalah orang yg mempunyai kapasitas dlm berfikir dengan-cara tiga  dimensi. Kecerdasan spasial memungkinkan individu mampu mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal & mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.

d. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik ialah kecerdasan yg memungkinkan seorang memanipulasi objek & cakap melakukan kegiatan fisik. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kesanggupan seseorang untuk membangun relasi yg penting antara fikiran dgn tubuh.

e. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal dibuktikan dgn adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yg berpotensi karena harmoni mampu merasuk ke dlm jiwa seseorang lewat tempat-kawasan yg tersembunyi di dlm jiwa.

f. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yg dimiliki oleh seseorang untuk dapat mengetahui & mampu melakukan interaksi dengan-cara efektif dgn orang lain. Pada ketika berinteraksi dgn orang lain, anak dapat memperkirakan perasaan, temperamen, situasi hati, maksud & cita-cita teman interaksinya, kemudian memperlihatkan respon yg pantas

g. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dlm bentuk kemampuan dlm membangun persepsi yg akurat wacana diri sendiri & memakai kesanggupan tersebut dlm menciptakan planning & mengarahkan orang lain.

h. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan ini ditandai dgn keahlian mengetahui & mengkategorikan spesies-tanaman & fauna di lingkungannya. Para pecinta alam ialah pola orang tergolong selaku orang – orang yg memiliki kecerdasan ini.

NO Jenis Kecerdasan Kecenderungan /

Kegemaran

Metode Belajar
1 Bahasa / Verbal Gemar :

– membaca

– menulis

– bercerita

– bermain kata

Membaca, menulis, mendengar
2 Matematis Logis Gemar :

– bereksperimen

– tanya jawab

– menjawawab teka-teki logis

Berhitung, aplikasi rumus, eksperimen
3 Spasial Gemar :

– mendesain

– menggambar

– berimajinasi

– menciptakan sketsa

Observasi, menggambar, mewarnai, menciptakan peta
4 Kinestetik tubuh Gemar :

– menari

– berlari

– melompat

– meraba

– memberi kode

Membangun, mempraktekan. menari, ekspresi
5 Musikal

Gemar :

– bernyanyi

– bersiul

– bersenandung

Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen musik
6 Interpersonal Gemar :

– memimpin

– berorganisasi

Observasi alam & bermain golongan bersama sahabat-teman
7 Intrapersonal

Gemar :

– menyendiri

– memilih tokoh favorit yg positif, & membaca serta menjadikan mereka sebagai mitra khayalan dlm memecahkan suatu permasalahan

Meluangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali dengan-cara mental aneka macam macam perasaan & ide yg dialami.
8 Naturalis Gemar :

– bermain di alam

– memelihara hewan

– bahagia dgn tumbuh-tumbuhan

Mengenali & mengkategorikan spesies-flora & fauna di lingkungannya.

Kemampuan mendidik sungguh erat kaitannya dgn kemampuan mengidentifikasi & menyaksikan potensi kecerdasan pembelajar serta mengetahui bagaimana hal itu dikumpulkan dlm suatu rangkaian belajar yg menawan. Setiap pembelajar memiliki sembilan kecerdasan & mampu dikembangkan hingga tingkat kompetensi yg paling optimal dapat dicapai anak.

Di sisi lain, masing-masing anak memiliki kecenderungan (inklinasi) kepada kecerdasan tertentu atau kelebihan yg ditunjukkan lewat sikap spesifik. Dalam pembelajaran mesti dikesampingkan pembatasan kesanggupan cuma dlm satu katagori atau wilayah kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan sebagai orang yg sedang melakukan perjalanan hidupnya dgn cara yg memungkinkan mengoptimalkan apa yg ada dlm dirinya.

Tabel tersebut menggambarkan tentang kecenderungan & hobi &  sikap yg dapat dimati & tata cara mencar ilmu yg dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan. Semoga Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli berfaedah.