Manusia akan didatangkan pada daerah terbukanya wadi, di situ mereka mendapatkan buku catatan amalnya. Di antara mereka ada yang menerima catatan amalnya dengan asisten dan wajahnya putih bersinar, ada yang menerima dengan tangan kiri dan parasnya berwarna hitam, dan ada lagi yang menerimanya dari belakang punggungnya.
Orang yang putih parasnya yakni orang mukmin yang akan awet dalam rahmat Allah (di surga), sedangkan orang yang hitam wajahnya yakni orang kafir dan munafik yang akan menerima siksa Allah di neraka selaku balasan atas segala amal perbuatannya. Lalu mereka semua membaca buku catatan amalnya masing-masing dan merasa terkejut lantaran semua amal perbuatannya ketika di dunia tercatat semua tanpa ada satupun yang ketinggalan, baik itu amal baik maupun amal buruk.
Dalam catatan tersebut, semua hamba mengetahui sikap zaman kemudian dikala di dunia. Catatan tersebut selalu dan pasti benarnya, karena yang mengarsip dan mencatat ialah malaikat pesuruh Allah Ta’ala. Allah Swt berfirman:
هَىٰذَاكِتَىٰبُنَا يَنطِقُ عَلَيْكُم بِاُلْحَقِّ إِنَّاكُنَّانَسْتَنسِخُ مَا
“Inilah kitab (catatan) kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya kami sudah memerintahkan mencatat apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jatsiyah: 29)
Pada waktu itu tidak ada makhluk yang bisa mengelak (mengelak ), karena selain bertempat di alam yang haq (alam darul baka), mulut mereka terbungkam, semua anggota menceritakan atas apa yang telah mereka perbuat di dunia, tempat dan zaman (waktu) juga menjadi saksi atas tindakan mereka. Mereka merasa cemas, sangat wira’i dan merasa bersalah. Orang kafir dan munafiq berada di tempat terbukanya wadi tersebut selama seribu tahun.