Pembagian Bahan Bakar Dan Pembakarannya


BAHAN BAKAR & PEMBAKARAN
1.      BAHAN BAKAR CAIR
Bahan bakar cair mirip minyak tungku/ furnace oil dan LSHS (low sulphur heavy stock) terutama digunakan dalam penggunaan industri. Berbagai sifat bahan bakar cair diberikan dibawah ini:
          Densitas
Densitas didefinisikan selaku perbandingan massa materi bakar kepada volum materi bakar
pada suhu acuan 15°C. Densitas diukur dengan sebuah alat yang disebut hydrometer. Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas ialah kg/m3.
          Specific gravity
Didefinisikan sebagai perbandingan berat dari sejumlah volum minyak bakar kepada berat air untuk volum yang serupa pada suhu tertentu. Densitas materi bakar, relatif terhadap air, disebut specific gravity. Specific gravity air diputuskan sama dengan 1. Karena specific gravity ialah perbandingan, maka tidak memiliki satuan. Pengukuran specific gravity biasanya dijalankan dengan hydrometer. Specific gravity digunakan dalam penghitungan yang melibatkan berat dan volum.
          Viskositas
Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi materi terhadap anutan. Viskositas tergantung pada suhu dan menyusut dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan Stokes / Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt atau Redwood. Tiap jenis minyak bakar memiliki kekerabatan suhu – viskositas tersendiri. Pengukuran viskositas dilaksanakan dengan suatu alat yang disebut Viskometer. Viskositas merupakan sifat yang sungguh penting dalam penyimpanan dan penggunaan materi bakar minyak. Viskositas mensugesti derajat pemanasan awal yang dibutuhkan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika minyak terlalu kental,maka akan menyusahkan dalam pemompaan, sukar untuk menyalakan burner, dan susah dialirkan.
          Titik Nyala
Titik nyala suatu materi bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar kalau dilewatkan sebuah nyala api. Titik nyala untuk minyak tungku/ furnace oil yakni 66 0C.
          Titik Tuang
Titik tuang sebuah materi bakar yaitu suhu paling rendah dimana materi bakar akan tertuang atau mengalir kalau didinginkan dibawah kondisi yang telah diputuskan. Ini merupakan indikasi yang sungguh garang untuk suhu paling rendah dimana bahan bakar minyak siap untuk dipompakan.
          Panas Jenis
Panas jenis menentukan berapa banyak steam atau energi listrik yang dipakai untuk memanaskan minyak ke suhu yang diharapkan. Minyak ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan minyak yang lebih berat memiliki panas jenis yang lebih tinggi.
          Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan., dan diukur sebagai nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/ nett calorific value. Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan selama proses pembakaran. Nilai kalor kotor/. gross calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap
yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya terembunkan/terkondensasikan. Nilai kalor netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan tidak semuanya terembunkan.
          Sulfur
Jumlah sulfur dalam materi bakar minyak sungguh tergantung pada sumber minyak mentah dan pada proses penyulingannya. Kandungan normal welirang untuk residu materi bakar minyak (minyak furnace) berada pada 2 – 4 %.  Kerugian utama dari adanya sulfur ialah resiko korosi oleh asam sulfat yang terbentuk selama dan sesudah pembakaran, dan pengembunan di cerobong asap, penghangat permulaan udara dan economizer.
          Kadar Abu
Kadar bubuk akrab kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam materi bakar minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu materi bakar mempunyai kadar abu yang tinggi. Garam-garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll. Umumnya, kadar debu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang berlebihan dalam bahan bakar cair dapat mengakibatkan pengendapan kotoran pada perlengkapan pembakaran. Abu mempunyai pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan kerusakan pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi dan penyumbatan peralatan.
          Residu Karbon
Residu karbon menawarkan kecenderungan pengendapan residu padat karbon pada permukaan panas, mirip burner atau injeksi nosel, jika kandungan yang gampang menguapnya menguap. Residu minyak mengandung residu karbon 1 persen atau lebih.
          Kadar Air
Kadar air minyak tungku/furnace pada ketika pemasokan biasanya sangat minim alasannya adalah produk disuling dalam keadaan panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai patokan. Air mampu berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan mampu menjadikan kerusakan dibagian dalam permukaan tungku selama pembakaran khususnya bila mengandung garam terlarut. Air juga dapat mengakibatkan percikan nyala api di ujung burner, yang dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau memperlama penyalaan.
2.      BAHAN BAKAR PADAT (BATUBARA)
2.1. Klasifikasi Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama ialah antracit, bituminous, dan lignit, meskipun tidak terperinci pembatasan diantaranya. Pengelompokannya lebih lanjut ialah semiantracit, semi-bituminous, dan sub-bituminous. Antracit ialah batubara tertua bila dilihat dari sudut pandang geologi, yang merupakan batubara keras, tersusun dari bagian utama karbon dengan sedikit kandungan materi yang mudah menguap dan hampir tidak berkadar air. Lignit ialah batubara termuda dilihat dari persepsi geologi. Batubara ini merupakan batubara lunak yang tersusun utamanya dari bahan yang gampang menguap dan kandungan air dengan kadar fixed carbon yang rendah. Fixed carbon ialah karbon dalam keadaan bebas, tidak bergabung dengan unsur lain. Bahan yang mudah menguap ialah materi batubara yang gampang terbakar yang menguap apabila batubara dipanaskan. Sifat-sifat batubara secara luas dik lasifikasikan kedalam sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah menguap dan debu. Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai materi kimia mirip karbon, hidrogen, oksigen, dan belerang. Nilai kalor batubara bermacam-macam dari tambang batubara yang satu ke yang lainnya.
2.2. Analisis batubara
Terdapat dua tata cara untuk menganalisis batubara: analisis ultimate dan analisis proximate. Analisis ultimate menganalisis seluruh unsur komponen batubara, padat atau gas dan analisis proximate meganalisis hanya fixed carbon, materi yang mudah menguap, kadar air dan persen debu. Analisis ultimate mesti dijalankan oleh laboratorium dengan perlengkapan yang lengkap oleh andal kimia yang trampil, sedangkan analisis proximate dapat dilaksanakan dengan perlengkapan yang sederhana.  Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon, materi mudah menguap, debu, dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan bahan yang gampang menguap secara eksklusif turut andil kepada nilai panas batubara. Fixed carbon bertindak selaku pembangkit utama panas selama pembakaran. Kandungan materi yang mudah menguap yang tinggi membuktikan gampangnya penyalaan bahan bakar.
2.3. Penyimpanan, handling dan persiapan batubara
Ketidaktentuan dalam ketersediaan dan pengangkutan bahan bakar mengharuskan dilakukannya penyimpanan dan penanganan untuk keperluan berikutnya. Kesulitan yang ada pada penyimpanan batubara yaitu diperlukannya bangunan gudang penyimpanan, adanya
kendala masalah daerah, penuruan kualitas dan peluangterjadinya kebakaran. Kerugiankerugian kecil lainnya yakni oksidasi, angin dan kehilangan karpet. Oksidasi 1% batubara memiliki imbas yang sama dengan kandunag bubuk 1% dalam batubara. Kehilangan karena angin mencapai 0,5 – 1,0 % dari kerugian total. Penyimpanan batubara yang bagus akan mengurangi kehilangan karpet dan kerugian terjadinya pembakaran mendadak. Pembentukan “karpet lunak”, dari batubara halus dan tanah, mengakibatkan kehilangan karpet. Jika suhu naik secara perlahan dalam tumpukan batubara, maka mampu terjadi oksidasi yang mau mengakibatkan pembakaran yang mendadak dari batubara yang disimpan. Kehilangan karpet mampu dikurangi dengan cara:
1. Mengeraskan permukaan tanah untuk penyimpanan batubara
2. Membuat kawasan penyimpanan kriteria yang yang dibuat dari beton dan bata
Di Industri, batubara di-handling secara manual maupun dengan conveyor. Pada saat handling batubara harus diusahakan biar sesedikit mungkin batubara yang hancur membentuk partikel kecil dan sesedikit mungkin partikel kecil yang tercecer. Persiapan batubara sebelum pengumpanan ke boiler ialah tahap penting untuk menerima pembakaran yang baik. Bongkahan batubara yang besar dan tidak beraturan dapat menyebabkan permasalahan selaku berikut:
§ Kondisi pembakaran yang jelek dan suhu tungku yang tidak memadai
§ Udara berlebih yang terlalu banyak mengakibatkan kerugian cerobong yang tinggi
§ Meningkatnya bahan yang tidak terbakar dalam bubuk
§ Rendahnya efisiensi termal
3.      Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas ialah bahan bakar yang sangat memuaskan sebab hanya memerlukan sedikit handling dan sistim burner nya sungguh sederhana dan hampir bebas perawatan. Gas dikirimkan lewat jaringan pipa distribusi sehingga cocok untuk wilayah yang berpopulasi tinggi atau padat industri. Walau begitu, banyak pemakai individual yang besar memiliki penyimpan gas, bahkan beberapa diantara mereka memproduksi gasnya sendiri.
Berikut yakni daftar jenis-jenis bahan bakar gas:
§ Bahan bakar yang secara alami ditemukan dari alam:
Gas alam
Metan dari penambangan batubara
§ Bahan bakar gas yang yang dibuat dari bahan bakar padat
Gas yang terbentuk dari batubara
Gas yang terbentuk dari limbah dan biomasa
Dari proses industri yang lain (gas blast furnace)
§ Gas yang terbuat dari minyak bumi
Gas Petroleum cair (LPG)
Gas hasil penyulingan
Gas dari gasifikasi minyak
§ Gas-gas dari proses fermentasi
Bahan bakar bentuk gas yang umum dipakai adalah gas petroleum cair (LPG), gas alam, gas hasil produksi, gas blast furnace, gas dari pembuatan kokas, dll. Nilai panas materi bakar gas dinyatakan dalam Kilokalori per normal meter kubik (kKal/Nm3) ditentukan pada suhu normal (20 0C) dan tekanan wajar (760 mm Hg). Karena nyaris semua peralatan pembakaran gas tidak mampu memakai kadungan panas dari uap air, maka perhatian kepada nilai kalor kotor (GCV) menjadi kurang. Bahan bakar mesti dibandingkan menurut nilai kalor netto (NCV). Hal ini benar terutama untuk gas alam, dimana kadungan hidrogen akan meningkat tinggi alasannya adalah adanya reaksi pembentukan air selama pembakaran.
3.1.LPG
LPG berisikan adonan utama propan dan Butan dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak bosan (propilen dan butilene) dan beberapa fraksi C 2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang terdapat dalam LPG yaitu propan (C3H8), Propilen (C3H6),normal dan iso-butan (C4H10) dan Butilen (C4H8). LPG merupakan gabungan dari hidrokarbon tersebut yang berupa gas pada tekanan atmosfir, namun mampu diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu wajar , dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun digunakan sebagai gas, namun untuk ketentraman dan kemudahannya, disimpan dan ditransport dalam bentuk cair dengan tekanan tertentu. LPG cair, jika menguap membentuk gas dengan volum sekitar 250 kali. Uap LPG lebih berat dari udara: butan beratnya sekitar dua kali berat udara dan propan sekitar satu setengah kali berat udara. Sehingga, uap dapat mengalir didekat permukaan tanah dan turun hingga ke tingkat yang paling rendah dari lingkungan dan mampu terbakar pada jarak tertentu dari sumber kebocoran. Pada udara yang damai, uap akan tersebar secara perlahan. Lolosnya gas cair walaupun dalam jumlah sedikit, mampu mengembangkan campuran perbandingan volum uap/udara sehingga dapat menimbulkan bahaya. Untuk membantu pendeteksian kebocoran ke atmosfir, LPG umumnya ditambah bahan yang berbau. Harus tersedia ventilasi yang memadai didekat permukaan tanah pada tempat penyimpanan LPG.
3.2.Gas alam
Metan ialah kandungan utama gas alam yang meraih jumlah sekitar 95% dari volum total. Komponen yang lain adalah: Etan, Propan, Pentan, Nitrogen, Karbon Dioksida, dan gasgas lainnya dalam jumlah kecil. Sulfur dalam jumlah yang sungguh sedikit juga ada. Karena metan merupakan unsur paling besar dari gas alam, lazimnya sifat metan digunakan untuk membandingkan sifat-sifat gas alam kepada materi bakar lainnya. Gas alam merupakan bahan bakar dengan nilai kalor tinggi yang tidak membutuhkan fasilitas penyimpanan. Gas ini bercampur dengan udara dan tidak menghasilkan asap atau jelaga. Gas
ini tidak juga mengandung welirang, lebih ringan dari udara dan menyebar ke udara dengan gampangnya kalau terjadi kebocoran. Perbandingan kadar karbon dalam minyak bakar,
4.     EVALUASI KINERJA BAHAN BAKAR
4.1.Proses pembakaran
Pembakaran merupakan oksidasi cepat materi bakar dibarengi dengan buatan panas, atau panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi cuma jika ada pasokan oksigen yang cukup. Oksigen (O2) merupakan salah satu bagian bumi paling umum yang jumlahnya meraih 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada kondisi wajar kalau terdapat udara yang cukup. Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya merupakan komponen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran. materi bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen juga mengurangi transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga memajukan volum hasil samping pembakaran, yang juga mesti dialirkan melalui alat penukar panas hingga ke cerobong. Nitrogen ini juga mampu bergabung dengan oksigen (utamanya pada suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang ialah pencemar beracun.
4.2.Pembakaran Tiga T
Tujuan dari pembakaran yang bagus adalah melepaskan seluruh panas yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan pengontrolan “tiga T” pembakaran adalah (1) Temperature/ suhu yang cukup tinggi untuk menyalakan dan menjaga penyalaan materi bakar, (2) Turbulence/ Turbulensi atau pencampuran oksigen dan materi bakar yang bagus, dan
(3) Time/ Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna. Bahan bakar yang umum dipakai mirip gas alam dan propan umumnya berisikan karbon dan hidrogen. Uap air merupakan produk samping pembakaran hidrogen, yang dapat mengambil panas dari gas buang, yang mungkin dapat dipakai untuk transfer panas lebih lanjut. Gas alam mengandung lebih banyak hidrogen dan lebih minim karbon per kg ketimbang bahan bakar minyak, sehingga akan memproduksi lebih banyak uap air. Sebagai balasannya, akan lebih banyak panas yang terbawa pada pembuangan ketika memperabukan gas alam.
5.      SISTIM DRAFT
Fungsi draft dalam sistim pembakaran ialah untuk membuang produk pembakaran, adalah gas buang, ke atmosfir. Draft mampu diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Natural draft dan Mechanical draft.
5.1.Natural draft
Natural draft ialah draft yang dihasilkan oleh cerobong. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan berat antara kolom gas panas dibagian dalam cerobong dan kolom udara luar dengan berat dan luas permukaan yang serupa. Karena lebih ringan dari udara luar, gas buang cerobong condong naik, dan udara luar yang lebih berat mengalir melalui terowongan abu memasuki ruangan mengambil alih tempat gas buang yang naik. Draft umumnya dikontrol oleh damper yang dioperasikan secara manual yang menghubungkan boiler dengan cerobong. Tidak digunakan fan atau blower pada sistim ini. Gas hasil pembakaran dibuang pada ketinggian tertentu sehingga tidak mengganggu penduduk sekitar.
5.2.Mechanical draft
Merupakan draft buatan yang dihasilkan oleh fan. Tiga jenis dasar draft yang dipakai yakni:
§ Balanced draft: Fan (blower) forced-draft (F-D) mendorong udara menuju tungku dan sebuah fan induksi draft (I-D) mencampakkan gas ke cerobong, sehingga menyediakan draft untuk membuang gas dari boiler. Tekanan dijaga antara 0,05 sampai 0,10 inci air dibawah tekanan atmosfir pada boiler dan sedikit kasatmata untuk memanaskan ulang dan pada perlakuan panas tungku.
§ Induced draft: Fan induksi draft menawan draft yang cukup untuk mengalir menuju tungku, sehingga hasil pembakaran dapat terbuang ke atmosfir. Tekana udara tungku dijaga pada tekanan sedikit negatif dibawah tekanan atmosfir sehingga udara pembakaran mengalir lewat sistim.
§ Forced draft: Sistim forced draft menggunakan suatu fan untuk mengalirkan udara ke tungku, memaksa hasil pembakaran mengalir lewat unit dan kemudian naik ke cerobong.
6.     PELUANG EFISIENSI ENERGI
6.1    Pemanasan permulaan Minyak Bakar
Viskositas minyak bakar dan LSHS (Low Sulphur Heavy Stock) meningkat dengan berkurangnya suhu, yang mampu menyusahkan pemompaan minyak. Pada suhu ambien yang rendah (dibawah suhu 25 0C), minyak bakar tidak mampu dipompa dengan gampang. Untuk mengcegah terjadinya hal ini, dilaksanakan pemanasan awal minyak bakar dengan dua cara:
§ Memanaskan seluruh tangki. Dalam pemanasan dalam jumlah besar (bulk heating) ini,
kumparan steam diposisikan dibagian bawah tangki, yang keseluruhannya diisolasi;
§ Minyak dapat juga dipanaskan pada ketika dialirkan dengan menggunakan penghangat yang mengalir. Untuk meminimalisir kebutuhan steam, tangki seharusnya diisolasi. Pemanasan dalam jumlah dibutuhkan kalau laju aliran cukup tinggi, sehingga penggunakan penghangat yang mengalir tidak memadai, atau bila bahan bakar mirip LSHS dipakai. Jika dipakai pemanasan yang mengalir, hanya untuk minyak bakar, dilakukan pada dikala minyak bakar keluar dari tangki hingga pada suhu pemompaan. Pemanas mengalir pada dasarnya ialah sebuah penukar panas dengan steam atau listrik selaku media pemanasnya.
6.2. Kontrol suhu minyak bakar
Kontrol suhu termostatis minyak bakar dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pemanasan berlebihan, utamanya bila anutan minyak berkurang atau berhenti. Hal ini penting untuk penghangat listrik, alasannya adalah minyak dapat terkarbonisasi bila pemikiran sungguh menyusut tetapi pemanasnya tetap hidup. Termostat harus ditempatkan pada tempat aliran minyak bakar sebelum pipa pengisapan. Suhu pemompaan minyak bakar tergantung pada jenis minyak bakar yang hendak dialirkan. Minyak bakar dilarang disimpan pada suhu diatas yang diharapkan untuk pemompaan, sebab akan menimbulkan konsumsi energi yang lebih tinggi.
6.3. Persiapan Bahan Bakar Padat
  Penggilingan Batubara
Ukuran batubara yang benar ialah salah satu kunci yang menjamin pembakaran yang efisien. Ukuran batubara yang sempurna, sesuai dengan sistim pembakaran yang digunakan, mampu menolong pembakaran, meminimalkan kehilangan debu dan efisiensi pembakaran yang lebih baik. Ukuran batubara diperkecil dengan penggilingan/crushing dan penghancuran/pulverizing. Penggilingan awal batubara ekonomis digunakan untuk unit yang lebih kecil, utamanya untuk unit stoker-fired. Pada sistim handling batubara, penggilingan dilaksanakan untuk batubara dengan ukuran diatas 6 atau 4 mm. Peralatan yang umum digunakan untuk penggilingan adalah rotary breaker, roll crusher dan hammer mill. Sebelum penggilingan, batubara sebaiknya diayak apalagi dahulu, sehingga cuma batubara yang kelebihan ukuran yang diumpankan ke penggiling, sehingga dapat meminimalisir konsumsi daya pada alat penggiling. Hal-hal simpel yang direkomendasikan pada penggilingan batubara ialah:
§ Penggunaan ayakan untuk memisahkan partikel kecil dan halus untuk menghindarkan terbentuknya partikel yang sangat halus pada penggilingan.
§ Penggunaan pemisah magnetis untuk memisahkan cuilan besi dalam batubara yang mampu merusak alat penggiling.
6.4. Pengontrolan Pembakaran
Pengontrolan pembakaran menolong burner dalam mengontrol pasokan bahan bakar, pasokan udara, (rasio materi bakar terhadap udara), dan menghilangkan gas-gas pembakaran untuk meraih efisiensi boiler yang optimum. Jumlah materi bakar yang dipasok ke burner harus sebanding dengan tekanan dan jumlah steam yang dibutuhkan. Pengontrolan pembakaran juga dibutuhkan sebagai alat keamanan untuk menjamin bahwa boiler beroperasi dengan aman. Berbagai jenis pengontrol pembakaran yang dipakai adalah:
§ Pengontrol Hidup/Mati(On/Off): Pengontrol yang paling sederhana, kendali ON/OFF berarti bahwa burner melakukan pekerjaan pada kecepatan penuh atau OFF. Jenis pengontrol ini terbatas untuk boiler kecil.
§ Pengontrol tinggi/rendah/ mati(high/low/off): Sistim TINGGI/RENDAH/MATI sedikit lebih rumit, dimana burner memiliki dua laju pembakaran. Burner mampu beroperasi pada laju pembakaran lebih lambat atau mampu dialihkan ke pembakaran sarat sesuai kebutuhan. Burner dapat juga kembali pada posisi pembakaran rendah pada ketika beban berkurang. Pengontrol ini cocok utuk boiler berskala sedang.
Pengontrol modulasi: Pengontrol modulasi melakukan pekerjaan pada prinsip untuk menyesuaikan
kebutuhan tekanan steam dengan cara mengganti laju pembakaran pada seluruh operasi boler.
Motor-motor modulasi memakai hubungan mekanis konvensional atau katup listrik
untuk mengontrol udara primer, udara sekunder, dan bahan bakar yang dipasok ke burner.
Modulasi penuh bermakna bahwa boiler sedang melaksanakan pembakaran, dan bahan bakar dan
udara secara hati- hati diadaptasi sesuai keperluan pembakaran untuk memaksimalkan
effesieni termal.
7.     DAFTAR PERIKSA OPSI
Bagian ini meliputi pilihan-pilihan yang sangat penting untuk memperbaiki efisiensi energi materi bakar yang digunakan dan dalam proses pembakaran.
         Daftar Periksa Bahan Bakar
§ Pemeriksaan harian: Suhu minyak pada burner dan kebocoran minyak/steam
§ Tugas mingguan: Pembersihan seluruh saringan dan pembuangan air dari seluruh tangki
§ Tugas tahunan: Pembersihan seluruh tangki
– Penyelesaian gangguan/ trouble shooting untuk bahan bakar
1. Minyak tidak mampu dipompa
· Viskositas terlalu tinggi
· Jalur dan saringan tersumbat
· Lumpur dalam minyak
· Kebocoran pada penghisap minyak
· Pipa ventilasi terhambat
2. Strainer tersumbat
· Lumpur atau lilin dalam minyak
· Pengendapan unsur berat dalam minyak
· Karat atau kerak dalam tangki
· Karbonsasi minyak disebabkan pemanasan yang belebihan
3. Air berlebihan dalam minyak
· Air dikirim berbarengan dengan minyak
· Manhole bocor
· Rembesan dari tangki bawah tanah
· Masuknya air dari pipa ventilasi
· Kebocoran koil steam pemanas
4. Pipa terusan tersumbat
· Lumpur dalam minyak
· Minyak dengan viskositas tinggi
· Adanya bahan aneh seperti kain, kerak dan serpihan kayu tipis dalam jalur
· Karbonisasi minyak
– Daftar Periksa Pembakaran
1. Start up
· Periksa ukuran burner/nosel yang tepat.
· Tentukan apalagi dahulu pasokan udara (hidupkan blower). Yakinkan tidak ada uap/gas sebelum menyalakan.
· Yakinkan nyala api dari pemantik atau sumber lain diposisikan didepan nosel.
· Tekan ON (pemanasan permulaan) pasokan minyak (sebelum start-up, penutupan kanal minyak masbodoh).
2. Operasional
· Periksa suhu minyak pada ujung burner (sesuaikan dengan grafik viskositas vs. suhu).
· Periksa tekanan udara ntuk burner LAP (tekanan udara yang biasa dipakai adalah 63,5 cm sampai 76,2 cm kolom air).
· Periksa tetesan minyak erat burner.
· Periksa nyala api yang meredup/ denyut nyala
· Periksa posisi burner (yakinkan tidak ada nyala api yang menumbuk dinding refraktori).
· Setel panjang nyala api untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada (yakinkan nyala tidak memanjang melampaui tungku).
1.      Perubahan beban
· Operasikan kran udara dan minyak secara serentak (Untuk burner yang otomatis, operasikan pengatur otomatis. Jangan menyetel kran cuma pada aliran minyak bakar).
· Setel burner dan damper untuk asap yang berwarna coklat muda (kabur) dari cerobong dan dengan kadar CO2 nya sekurang-kurangnya12 persen.
4. Mematikan
· Tutup terlebih dahulu ajaran minyak bakar.
· Matikan blower setelah beberapa detik (yakinkan gas- gasnya dibersihkan dari ruang pembakaran).
· Jangan biarkan nosel burner terbuka ke panas radiant dari tungku. (Jika minyak dimatikan, pindahkan burner/nosel atau tempatkan lapisan tipis tahan api antara nosel dan tungku).