Pemahaman Tasawuf Dan Pemahaman Sufi

Dalil Dasar-Dasar Tasawuf” />

Pengertian Tasawuf secara Etimologi

Istilah tasawuf, menurut Amin Syukur adalah istilah yang baru di dunia Islam. Istilah tersebut belum ada pada zaman Rasulullah saw, juga pada zaman para sahabat tetapi prakteknya sudah dilaksanakan pada kala itu. Bahkan, tasawuf sendiri tidak didapatkan dalam dalam Al-Qur’an. Tasawuf yaitu istilah untuk mistisisme Islam.

Dalam persepsi etimologi kata sufi memiliki pemahaman yang berbeda. Menurut Haidar Bagir, kata sufi berasal bahasa Arab yang merujuk pada beberapa kata dasar. Di antaranya yakni:

  1. Kata shaff (baris, dalam shalat), karena dianggap kaum sufi berada dalam shaff pertama.
  2. Kata Shuf, adalah materi wol atau bulu domba bergairah yang umum mencirikan busana kaum sufi.
  3. Kata Ahlu as-Shuffah, yaitu parazahid (pezuhud), dan abid (ahli ibadah) yang tidak mempunyai rumah dan tinggal di serambi masjid Nabi, mirip Abu Hurairah, Abu Dzar al-Ghifary, Imran ibn Hufsein, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Abbas, dan Hudzifah bin Yaman.
  4. Ada juga yang mengaitkannya dengan nama sebuah suku Badui yang mempunyai gaya hidup sederhana, adalah Bani Shufah. Dan yang paling tepat pengertian tasawuf berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari konteks kebahasaan, perilaku sederhana para sufi maupun aspek kesejarahan.

Pengertian Tasawuf secara Terminologi

a. Imam Junaid dari Baghdad, mendefinisikan tasawuf selaku mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah. Atau keluar dari kecerdikan perangai yang tercela dan masuk terhadap budi perangai yang terpuji.
b. Syekh Abul (asan Asy Syadzili), syekh sufi besar dari Arika Utara, mendefinisikan tasawuf selaku praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan.
c. Ibn Khaldun mendifinisaikan tasawuf ialah semacam ilmu syar’iyah yang timbul lalu dalam agama. Asalnya adalah bertekun ibadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap terhadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta tidak suka perkara-kasus yang selalu memperdaya orang banyak, kelezatan harta-benda, dan kemegahan. Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah.
d. Ibnu Maskawayh mengatakan budbahasa ialah suatu kondisi bagi diri atau jiwa yang mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan tindakan dengan senang tanpa didahului oleh daya pedoman dan pertimbangan kerana telah menempel dalam dirinya.
e. Harun Nasution dalam bukunya falsafat dan Mistisme dalam Islam menerangkan bahwa, tasawuf ialah sebuah ilmu wawasan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam bisa sedekat mungkin dengan Tuhan.
f. Amin Syukur mendefinisikan tasawuf sebagai tata cara latihan dengan keseriusan (riyadhah mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri terhadap Allah (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya tertuju kepada Nya.

Dalil Dasar-Dasar Tasawuf

Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian yakni:

  • ayat-ayat yang berbicara ihwal rasa takut kepadan Allah dan hanya berharap terhadap-Nya dan berupaya mensucikan jiwa (QS. As Sajadah [32]:16, QS. Asy Syams [91]:7-10)
  • ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri cuma kepada Allah SWT semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai kawasan menggantungkan segala urusan. (QS. At Thalaq [65]: 2-3).
  • ayat yang berkenaan dengan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia (QS. Asy Syuraa [42]: 20) dan ayat-ayat yang mememerintahkan orang-orang beriman supaya senantiasa berbekal untuk akhirat.

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

“lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa terhadap Rabbnya dengan sarat rasa takut dan harap, serta mereka menaϔkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (QS. As Sajadah [32]: 16)