Pemahaman Sikap Pemimpin

Pengertian Perilaku Pemimpin
Telah ada penelitian ihwal kepemimpinan yang meneliti sikap pemimpin. Douglas Mc Gregor (1960) menerangkan bahwa langkah-langkah pemimpin didasarkan terhadap iktikad dan asumsi mereka tentang orang-orang yang ada ditempat kerja mereka. Dia mendeskripsikan kepemimpinan selaku dua set dogma yang bertentangan, yang disebut dengan teori X dan teori Y.
Pemimpin teori X percaya bahwa:
  • Setiap manusia tidak suka bekerja dan akan menyingkir dari pekerjaan jika memungkinkan.
  • Kebanyakan orang perlu dipaksa, diatur, diarahkan, dan diancam dengan eksekusi agar mereka mau berupaya utnuk mencapai tujuan organisasi.
  • Kebanyakan orang lebih memilih untuk dikontrol, ingin menghindari tanggungjawab, mempunyai sedikit ambisi, dan mengharapkan keselamatan.
Tindakan yang ada pada pemimpin ber-teori X merefleksikan perkiraan-asumsi ini. Pemimpin ber-teori X percaya bahwa mereka mesti mengurus, memerintah, dan mengatur pekerjanya melalui bujukan, penghargaan, hukuman, atau paksaan.
Manajemen ber-teori X bias memakai pendekatan keras atau lunak. Pendekatan yang keras bercirikan supervisi tertutup, kontrol ketat kepada sikap, pemaksaan, dan ancaman tertutup. Pendekatan yang lunak mencakup memperbolehkan segala hal. Mc Gregor (1960) juga mengidentifikasi adanya pendekatan yang ke tiga, yang merupakan adonan dari ke dua pendekatan tersebut di atas, yang disebut pendekatan “carrot and stick” bagi kepemimpinan (hlm. 41).
Dalam memperkenalkan teori Y, Mc Gregor (1960) mengakui bahwa “segi keberanian seseorang akan berpengaruh pada kinerja manajemennya.” Dia mengutip bahwa kebijakan dan praktek yang menekankan lingkungan kerja yang menyenangkan, berekuitas, humanisime, dan kondusif. Namun, dia menyimpulkan bahwa hal-hal ini sudah dilakukan “tanpa merubah… teori dasar manajemen”. Oleh karena itu, Mc Gregor mendasarkan pemikiran yang ada dalam manajamen ber-teori Y pada perkiraan-perkiraan berikut ini:
  • Usaha fisik dan mental dalam pekerjaan sama dengan bermain atau istirahat
  • Orang akan berlatih mengarahkan diri sesuai dengan tujuan yang mesti mereka patuhi
  • Komitmen terhadap tujuan organisasi adalah fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasinya, terutama ego dan aktualisasi diri.
  • Kebanyakan orang tidak hanya menerima, namun juga mencari tanggung jawab
  • Pada biasanya, orang itu inovatif dan imajinatif, dan memiliki akal
  • Di lingkungan kerja, potensi intelektual orang cuma sebagian yang digunakan
Teori X dan teori Y penting bagi praktisi di sekolah untuk menjelaskan bagaimana langkah-langkah pemimpinnya sehubungan dengan pemahaman mereka atas sikap insan. McGregor menyatakan bahwa manajemen teori X tidak akan bekerja “karena perintah dan kontrol hanya terbatas pada memotivasi orang yang membutuhkan nilai sosial dan egoistic.”
Contoh bagaimana teori X dan teori Y kalau diimplementasikan pada supervise kepala sekolah di dalam pembelajaran di skeolah. Administrator ber-teori X akan memonitor para guru secara tertutup untuk meyakinkan bahwa planning pembelajaran, pembelajaran, manajemen kelas telah dikerjakan sesuai dengan impian organisasi. Guru akan diperbolehkan sedikit atau tidak ada masukan ke dalam kurikulum dan akan dibatasi supaya sesuai dengan strategi instruksional khusus. Manajemen teori X bergerak menurut asumsi bahwa keputusan tentang operasional sekolah, kurikulum dan filosofi instruksional dibentuk pada level administrative dan peran kepala sekolah adalah untuk meyakinkan bahwa guru bertindak sesuai dengan hukum dan prosedur operasi termasuk tata cara instruksional di kelas dan isi rencana pembelajaran. Guru yang melenceng dari aturan akan ditegur dan mendapatkan evaluasi yang buruk. Mereka mampu saja dikeluarkan atau dibujuk untuk dapat melakukan segalanya sesuai dengan aturan yang ada. Guru yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan norma instruksional akan diberikan penghargaan terhadap penilaian kinerjanya dan tidak tidak dipengaruhi dalam bidang manajemen.
Seorang kepala sekolah ber-teori Y akan menggunakan pendekatan yang lebih kolaboratif dalam melaksanakan supervise dan akan berdialog pribadi dengan para guru untuk mengenali cara menciptakan pembelajaran yang efektif bagi semua siswa. Yakin bahwa semua guru telah termotivasi secara internal, kepala sekolah yang ber-teori Y akan terlibat dalam refleksi diri dan tujuan kenaikan diri setiap guru. Pendekatan inovatif dan kreatif dalam pembelajaran di kelas akan ditekankan utnuk meningkatkan prestasi siswa dan memperluas pembelajaran. Setiap guru akan dinilai secara perorangan karena kepala sekolah ber-teori Y bertindak menurut perkiraan bahwa motivasi internal setiap guru berlainan.
Ada dua sudut pandang yang digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan sikap kepemimpinan. Fokus dari salah satu sudut pandang mencakup kenali tugas dan sifat kepemimpinan. Fokus observasi lainnya yakni berupaya membedakan antara sikap pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif.
Satu teori yang menonjol yang terbentuk dari penelitian deskriptif tentang sifat kerja manajerial yaitu taksonomi peran manajerial oleh Mintzberg (1979). Dia mengungkapkan 10 tugas acara manajerial. Kegiatan tertentu termasuk di dalam satu atau lebih dari peran manajerial berikut ini:
  • Peran Figurehead: mencakup tugas-peran yang bersifat simbolis, legal, atau sosial, seperti hadir di acara-program seremonial atau menandatangani dokumen.
  • Peran pemimpin: meliputi kegiatan-acara yang tujuannya untuk mengintegrasikan organisasi untuk mencapai tujuan utama organisasi, seperti mempekerjakan seseorang, melatih, dan mengiklankan.
  • Peran relasi: meliputi kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga relasi dengan individu-individu di luar unit manajerial organisasi.
  • Peran monitor: acara yang mencakup pencarian gosip untuk mengidentifikasi dan menganalisa duduk perkara dan kesempatan dan mengetahui kejadian-insiden dan proses di dalam dan di luar unit organisasi.
  • Peran penyebar: kegiatan yang meliputi interpretasi dan pengeluaran info yang tidak mampu diakses secara eksklusif oleh bawahannya.
  • Peran juru bicara: kegiatan yang meliputi transmisi info di luar unit organisasi
  • Peran entrepreneur: aktivitas yang memulai dan menertibkan perubahan menuju peningkatan dalam organisasi
  • Peran pengendali gangguan: meliputi kegiatan untuk menangani krisi, acara dan konflik yang tidak terlihat
  • Peran pengalokasi sumber daya: kegiatan yang mencakup pengalokasian dan penggunaan dana, personil, material, peralatan, fasilitas, dan jasa.
  • Peran negosiator: kegiatan yang meliputi tawar menawar dalam transaksi yang memerlukan komitmen dari sumber daya, seperti penawaran kolektif, kesepakatan, ganjalan, atau pengankatan personil inti.
  Penyebab Kesulitan Mencar Ilmu Anak Dan Cara Mengatasinya
Tiga peran utama_figurehead, pemimpin, dan korelasi- bekerjasama dengan sikap interpersonal. Tiga tugas berikutnya-,onitor, penyebar, dan juru bicara-meliputi aktivitas pemrosesan berita. Empat tugas yang terakhir-entepreneur, pengendali gangguan, penalokasi sumber daya, dan negositor-bekerjasama dengan perilaku pemimpin dalam membuat keputusan. Menurut Mintzberg, peran manajer tergantung pada sifat alamiah posisi manajerial, namun manajer mempunyai kelonggaran dalam memerankna masing-masing tugas tersebut. Pada dikala tertentu, konflik tugas mampu muncul dikarenakan tekanan dari supervisor dan pengikutnya alasannya adalah pentingnya tugas yang berbeda atau sikap dari tugas yang dilaksanakan.
Penelitian lainnya fikus pada pengidentifikasian dan perbedaan pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif. Penelitian yang mendasar dan berpengaruh diawali di Universitas Ohio pada tahun 1940an oleh john K. Hemphill dan Alvin Coons (1950) dan kemudian dilanjutkan oleh Andrew Halpin dan BJ Winer (1952). Dalam penelitian di Universitas Ohio, bentuk primer pengumpulan data dan penelitian yaitu Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (Leader Behavior Description Quessionaire (LBDQ)) yang dilaksanakan pada manajer dan atasan serta bawahan mereka. LBDQ ini meminta responden mendeskripsikan sikap pemimpin dan mengukur dua dimensi dasar-pembentukan struktur dan pertimbangan. Pembentukan struktur mengacu pada perilaku pemimpin dalam berhubungan dengan atasan dan bawahannya dan membuat acuan organisasi, channel komunikasi, dan tata cara procedural. Pertimbangan mengacu pada sikap pemimpin yang memberikan hubungan baik, iman, kehangatan, minat, dan rasa hormat antara pemimpin dan bawahannya.
Pembentukan struktur dan pertimbangan ditemukan sebagai sikap independen. Oleh sebab itu, seorang pemimpin mungkin mempunyai tingkat usulanyang tinggi dan pembentukan struktur yang rendah, sedangkan pemimpin lainnya mungkin memiliki tingkat usulandan pembentukan struktur yang serupa tingginya. Model hasil penelitian Ohio ialah matriks dua dimensi dengan empat quadran yang mendeskripsikan 4 acuan kepemimpinan yang berlainan, seperti yang digambarkan pada gambar 5.1.
Pada penelitian sebelumnya menggunakan LBDQ untuk melihat perilaku pemimpin komandan di suatu maskapai penerbangan, direktur pendidikan yang lebih tinggi, dan pengawas sekolah memberikan bahwa “kepemimpinan yang efektif bercirikan Pembentukan Struktur yang tinggi dan Pertimbangan yang tinggi pula” (Halpin. 1996 hlm. 127). Halpin menunjukkan bahwa ada korelasi antar sikap pemimpin dan nilai organisasi. Dnegan kata lain, pemimpin dalam organisasi yang menekankan dan menempatkan nilai pada pembentukan struktur cenderung memberikan perilaku yang berhubunagn dengan pendapatdan begitu juga sebaliknya. 
Pada waktu yang hampir sama, penelitian yang hampir sama perihal kepemimpinan di perusahaan asuransi, pabrik, dan perkeretaapian dilaksanakan oleh Universitas Michigan. Penelitian mereka memperlihatkan ada 2 tipe perilaku yang membedakan pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif (Yukl, 1994). Yakni, (a) perilaku yang berorientasi tugas, (b) sikap yang berorientasi pada kekerabatan dan (c) kepemimpinan partisipatif. Pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada acara yang berorientasi pada peran mirip mempersiapkan, menjadwalkan, mengkoordinasikan, dan menawarkan sumber daya. Pemimpin yang efektif juga membimbing bawahannya untuk menciptakan tujuan yang tinggi namun kongkret. Namun, pemimpin yang efektif tidak hanya menimbang-nimbang sikap yang berorientasi pada peran. Mereka juga memberikan kekerabatan yang konkret dengan bawahannya. Perilaku yang berorientasi pada korelasi yang berafiliasi dengan pemimpin yang efektif mencakup ditunjukkannya perilaku percaya, bersikap ramah dan penuh pertimbangan, memberikan pemahaman pada maslah yang dihadapi bawahannya, bersikap suportif pada karir bawahannya, berkomunikasi secara terbuka, dan mengetahui hal-hal yang telah diraih oleh bawahannya. Pemimpin yang efektif juga melakukan supervisi lazim, bukan melakukan inspeksi tertutup terhadap pekerjaan bawahannya. Penemuan yang terakhir oleh observasi Michigan ini yaitu partisipasi pekerja dalam membuat keputusan memberikan kepuasaan dan prestasi yang lebih tinggi.
Penelitian terhadap para pemimpin menciptakan banyak sekali model dan teori yang mengkonseptualisasi kepemimpinan menjadi dua dimensi. Hanson (1996) menawarkan bahwa setelah membandingkan dan mengkontraskan aneka macam model sikap kepemimpinan, Nampak banyak sekali variabel yang berhubungan dengan pembentukan struktur (perilaku yang berorientasikan tugas) dan pertimbangan (perilaku hubungan). Pendekatan perilaku dalam teori kepemimpinan condong konsentrasi pada model universal keefektifan kepemimpinan. Robert Blake dan Jane Mouton (1964) menyusun Teori Grid manajerial yang mendeskripsikan pemimpin sehubungan dengan insan dan buatan. Mereka menemukan bahwa pemimpin yang paling efektif ialah pemimpin yang sungguh menimbang-nimbang insan dan produksinya. Namun, pemimpin yang mirip itu (tinggi dalam segala hal) tidak secara pribadi menawarkan 2 perilaku yang berbeda yang mencerminkan insan dan bikinan atau salah satu dari sikap yang berorientasi pada insan dan sikap yang berorientasi pada buatan. Pemimpin seperti ini memperlihatkan orientasi pada insan dan bikinan. Blake dan Mouton (1982) mendapatkan bahwa sikap yang diseleksi oleh para pemimpin harus berkaitan dengan situasi agar efektif. Perilaku tertentu yang diseleksi berlawanan dari suasana ke situasi yang lain dan dari satu bawahan ke bawahna yang lain. Konsep kepemimpinan dua dimensi ini memunculkan berbagai observasi berdasarkan banyak sekali kemungkinan dan suasana variabel. Teori kemungkinan akan dibahas lebih mendalam pada bab 6.