Pengertian Service Marketing Mix (Bauran Pemasaran Jasa)
Bauran pemasaran jasa adalah serangkaian alat-alat pemasaran jasa yang mampu dikendalikan untuk melayani Target Market Segments (Sucherly, 1999: 9). Masing-masing pemasaran mempunyai keunggulan dan kelemahan sehingga untuk menangani kekurangan dengan cara mencari kelebihan alat lainnya dari bentuk bauran (mix).
Bauran penjualan merupakan tips golongan penjualan yang digunakan perusahaan barang/ jasa untuk meraih sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Setelah perusahaan barang/ jasa memilih pasar sasarannya dan menentukan posisi apa yang mau didudukinya di pasar target, maka langkah berikutnya yakni merancang taktik bauran penjualan.
Menurut Sucherly (1999: 10) ada dua macam bauran pemasaran ialah :
1. Bauran pemasaran barang (Tradition marketing Mix) berisikan 4 P, adalah : Product (fisik), Price, Place, dan Promotion.
2. Bauran penjualan jasa (The Expended Marketing Mix for service) terdiri dari 7 P, ialah : Product (jasa), Price, Place/ Delivery, Promotion, Physical Evidence, Process, dan People/ Participants.
Oleh karena itu untuk memasarkan alat-alat olahraga (raket, bola, stik golf, deker, dan perlengkapan fitness), maka perlu mengamati bauran pemasaran produk yaitu; 1) bentuk produk fisik alat tersebut, 2) harga dan diskon yang disediakan, 3) target pelanggan, dan 4) kanal penawaran khusus melalui TV dan advertising.
Sedang untuk menjual jasa olahraga contohnya pada kebugaran, maka perlu memperhatikan bauran pemasaran jasa yakni; 1) produk jasa fitness centre, 2) harga dan diskon yang diberikan, 3) daerah latihan yang strategis, 4) kanal penawaran spesial lewat advertising, 5) tunjangan kemudahan fisik yaitu; peralatan yang modern, dan konsultasi dokter gratis, 6) proses keterlibatan member dalam memilih program latihan, dan 7) partisipasi member dalam mengikuti latihan dengan sarat semangat.
Kualitas Jasa
Salah satu syarat biar barang/ jasa dapat laris dan diakui di pasar, maka harus memiliki mutu yang bagus. Konsep kualitas jasa pada sebuah organisasi yaitu menggambarkan acara yang dikerjakan oleh klub-klub, asosiasi-perkumpulan yang mempunyai ihwal karakteristik pimpinan, instruktur, dan orang-orang yang terkait dalam proses latihan.
Sebagai pola pada ketika latihan instruktur datang terlambat sedang anak-anak sudah siap menunggu di lapangan. Selain itu latihan tidak ada target atau target, sehingga proses latihan bersifat insidential, dan seadanya dalam arti “sesuka pelatih”. Dapat dikatakan klub atau asosiasi selaku organisasi tidak mempunyai acara yang terang ihwal tujuan latihan tergolong materi latihan, rekruitmen/ seleksi atlet, alat/ fasilitas penunjang serta jaminan keamanan. Dengan demikian pada perkumpulan olahraga mutu jasa sering diukur dengan ketepatan dalam latihan, serta keramahan dan ketekunan dalam melatih.
Gambaran di atas menunjukkan kualitas jasa yang dikerjakan klub olahraga atau asosiasi terhadap pelanggan (member) yakni tidak baik. Persepsi terhadap mutu jasa bukanlah menurut sudut pandang dari penyedia jasa (klub), melainkan menurut sudut pandang atau pandangan konsumen (member).
Menurut Fandy Tjiptono (1996: 59), mutu jasa berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan cita-cita pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi cita-cita pelanggan. Sedang menurut Wyckof yang dikutip Fandy Tjiptono menyatakan bahwa mutu jasa yaitu tingkat kelebihan yang diperlukan dan pengendalian atas tingkat kelebihan tersebut untuk menyanggupi cita-cita konsumen.
Dimensi Kualitas Jasa
Untuk memasarkan produk barang/ jasa yang bermutu, maka perlu memperhatikan dimensi-dimensi yang penting. Menurut Parasuraman, Zeithml, dan Berry (1985: 41-45), mengidentifikasi sepuluh faktor utama dalam menentukan mutu jasa yang meliputi :
1. Reliability (keajegan),
2. Responsiveness (tanggap),
3. Competence (cekatan dan berpengetahuan),
4. Access (mudah terjangkau),
5. Courtesy (sopan dan ramah),
6. Communication (gampang dimengerti),
7. Credibility (dipercaya),
8. Security (keselamatan),
9. Understanding/ Knowing the customer (mengerti kebutuhan konsumen),
10. Tangibles (berujud).
Dalam perkembangannya Parasuraman et., all (1988: 12-40) menemukan bahwa sepuluh dimensi yang ada mampu dirangkum menjadi lima dimensi pokok, yang mencakup;
1. Tangibles,
2. Realibility,
3. Responsiveness,
4. Assurance (security, credibility, courtesy, competence)
5. Empaty (access, communication, understanding the customer).
Tidak jauh berbeda apa yang dikemukakan Sucherly (1999: 15), bahwa untuk mengukur kualitas jasa dengan TERRA, yang mencakup;
1. Tangibles (berujud), yaitu alat/ akomodasi
2. Empathy (akomodasi), yakni akomodasi dalam mendapatkan barang/ jasa dan pelayanan
3. Reliability (keajegan), yakni konsistensi pelayanan
4. Responsiveness (tanggap), ialah kecepatan dalam menyikapi
5. Assurance (jaminan), ialah ketrampilan dan keramahan petugas, keamanan, serta iktikad.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu jasa pada olahraga minimal mesti menyanggupi kelima dimensi yang meliputi :
1. Berujud, yakni instruktur yang berijasah, mesin pelempar bola yang handal, pelindung badan yang kondusif, dan pelatih/ instruktur yang ramah dan tabah.
2. Kemudahan, ialah transpotasi daerah latihan terjangkau, dan gampang untuk berkomunikasi.
3. Keajegan, yakni dalam melayani atlet/ member tidak pilih kasih serta sesuai dengan persyaratan.
4. Tanggap, adalah mendapatkan ganjalan dari atlet/ member serta cepat menanggapi.
5. Memberi jaminan keselamatan kepada kecelakaan dalam latihan maupun penitipan barang.