Pemahaman Pasar Modal Dan Penjelasannya

Pasar modal yakni pasar dari banyak sekali instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang mampu diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya fungsi pasar modal selaku wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan makin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang sudah go public. (Suad Husnan, 1994)
Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya, pasar modal memiliki peranan penting dalam mobilisasi dana untuk menunjang pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal sudah memanggil banyak perusahaan nasional maupun patungan untuk menyerap dana penduduk tersebut dengan tujuan yang bermacam-macam. Namun, sasaran utamanya ialah meningkatkan produktivitas kerja lewat perluasan perjuangan dan/atau menyelenggarakan pembenahan struktur modal untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Instrumen-instrumen pasar modal Indonesia yang memungkinkan mobilisasi dana masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursa-bursa dunia yang sudah mapan. Kendati demikian, dalam usia yang relatif muda, pasar modal Indonesia telah menjadi wahana penting diluar perbankan untuk menawarkan dana yang diharapkan dunia perjuangan lewat pemasaran saham dan obligasi serta derivatifnya.

Investasi

Investasi ialah sebuah aktiva yang dipakai perusahaan untuk perkembangan kekayaan (Accretion wealth) melaui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan duit sewa) untuk apresiasi nilai investasi atau untuk mendapat faedah lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti faedah yang diperoleh melalui relasi jual beli. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi (SAK, 1999).
Investasi mampu diartikan sebagai acara menanamkan modal baik langsung maupun tidak eksklusif, dengan keinginan pada waktunya nanti pemilik modal menerima sejumlah laba dari hasil penanaman modal tersebut (Hamid, 1995)
Investasi ialah sebuah aktivitas penempatan dana pada sebuah atau sekumpulan aset selama periode tertentu dengan keinginan dapat menemukan penghasilan dan/atau kenaikan nilai investasi (Jones, 2004). Pengertian investasi tersebut menawarkan bahwa tujuan investasi ialah meningkatkan kesejahteraan penanam modal, baik kini maupun dimasa yang akan tiba (Dhuwita, 2003).

Strategi Investasi pasif

Strategi investasi pasif mendasarkan diri pada asumsi bahwa : 
  • pasar modal tidak melaksanakan mispricing; dan 
  • walaupun terjadi mispricing, para pemodal berpendapat mereka tidak mampu mengidentifikasi dan memanfaatkannya (Lena T.C.Y, 1999). 
Dengan kata lain, penganut taktik ini tidak berencana untuk mengalahkan (outperform) pasar namun lebih kepada bertindak sebaik yang terjadi di pasar, mereka bertindak seakan-akan pasar efisien dan menerima asumsi konsensus tentang kembalian dan risiko, melihat harga saham saat ini selaku sarana peramalan terbaik kepada nilai suatu sekuritas (Jones, 2004)
Pengadopsi taktik pasif bermaksud untuk menyusun portofolio yang sesuai dengan preferensi risiko atau teladan arus kas yang mereka harapkan. Misalnya, Jika investor mengharapkan risiko yang kecil, maka mereka akan membentuk portofolio yang terdiri atas saham-saham yang memiliki beta rendah. Investor yang ingin mendapat arus kas tertentu, mungkin menentukan saham-saham yang membagikan dividen secara terencana. Investor yang mempunyai tarif pajak tinggi cenderung membentuk portofolio yang tidak membagikan dividen yang terlalu tinggi. Dengan strategi pasif maka ongkos transaksi akan diminimumkan. Para Investor mampu menganut seni manajemen buy and hold, atau melakukan investasi pada portofolio yang disusun sesuai indeks pasar.
Strategi buy and hold, menyangkut keputusan untuk berbelanja saham-saham dan menahannya hingga waktu yang cukup lama untuk memenuhi tujuan tertentu (Sawidji, 1997). Tujuan khususnya yakni untuk menyingkir dari tingginya biaya transaksi, biaya penelusuran berita, dan sebagainya. Investor yakin bahwa seni manajemen seperti ini, dalam jangka waktu yang cukup lama, akan menciptakan hasil yang serupa baiknya apabila dibandingkan dengan manajemen investasi yang aktif (artinya aktif melakukan jual beli, aktif mencari gosip yang dipandang berhubungan , dan sebagainya). Portofolio yang dimiliki pemodal mungkin cukup besar ataupun cukup kecil. Pemodal perlu melakukan taktik reinvestasi dari dividen yang diperoleh dari portofolio investasinya dan portofolio yang dimiliki mungkin didominasi oleh saham-saham tertentu. Meskipun demikian, pergeseran portofolio dimungkinkan apabila dirasa risiko portofolio sudah tidak cocok dengan preferensi risiko pemodal.
Pemodal juga mampu melakukan seni manajemen dengan membentuk portofolio yang seperti dengan sebuah indeks pasar. Misalnya membentuk portofolio yang komposisinya seperti dengan indeks LQ 45. Cara seperti ini disebut selaku Index fund. Index fund yang dibuat mungkin dibentuk sama dengan indeks pasar yang terdiri atas saham-saham yang paling aktif diperdagangkan, saham blue chip (saham-saham yang dinilai memiliki mutu baik dengan sejarah menemukan laba dan pembayaran dividen yang konsisten), ataupun saham-saham berkapitalisasi kecil (Suad Husnan, 1998).

Strategi Investasi Aktif

Strategi ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa 

  • Pasar modal melakukan kesalahan dalam penentuan harga (mispriced); dan 
  • Para pemodal berpendapat mampu mengidentifikasi mispriced ini dan memanfaatkannya (apakah kedua perkiraan itu benar, masih ialah masalah yang perlu diteliti) (Lena T.C.Y, 1999).
  Keadaan Dan Jenis Naskah Jawa
Mereka yang menganut seni manajemen aktif pada dasarnya tidak percaya sepenuhnya pada rancangan pasar modal yang efisien. Meskipun demikian tidak memiliki arti pemodal akan menganut seni manajemen aktif atau pasif secara mutlak. Mereka mungkin menginvestasikan sebagian dana mereka dengan menganut taktik aktif dan sisanya mendasarkan pada taktik pasif.
Mereka yang memakai taktik investasi aktif dapat menggunakan analisis fundamental, analisis teknikal atau market timing. Kedua tipe analisis yang pertama akan dibahas pada sub bab berikutnya. sedangkan market timing intinya menentukan kapan semestinya pemodal berbelanja atau menjual (atau melaksanakan short selling). Dengan demikian analisis ini merupakan kombinasi dari analisis teknikal.
Sebagian besar pemodal sepertinya masih memilih untuk melakukan taktik aktif meskipun terdapat berbagai bukti yang mendukung hipotesis pasar yang efisien, dan kinerja dari banyak sekali pemodal institusional yang menganut strategi pasif, yang ternyata juga memberikan kinerja yang cukup baik. Alasan mengapa mereka tetap melakukannya yaitu keinginan untuk memperoleh imbalan yang sangat besar dari strategi yang mereka kerjakan.
Salah satu bentuk seni manajemen aktif yang sering dilakukan yakni pemilihan sekuritas. Strategi ini dilaksanakan kepada saham-saham yang diperkirakan akan memperlihatkan abnormal return faktual, dan biasanya dilakukan dengan analisis fundamental, meskipun acap kali analisis teknikal juga digunakan (atau variasi keduanya).
Upaya untuk melaksanakan pemilihan saham tampaknya memang memiliki justifikasi. McEnally dan Todd (1992) memberikan bahwa pemodal yang sukses memilih saham-saham yang termasuk 25% penghasil return tertinggi, dan konsisten mempertahankan pilihannya, akan berhasil menghindari tahun-tahun kerugian. Sebaliknya apabila seorang pemodal menentukan saham-saham yang termasuk 25% terburuk, dan tidak merubahnya, akan berada dalam posisi memperoleh kerugian yang cukup bermakna terutama pada tahun-tahun jelek. Periode pengamatan yang dipakai oleh kedua peneliti tersebut yakni 1946-1989.
Dalam pemilihan saham tersebut, tampaknya peran para analis saham cukup memiliki arti. Kemampuan analis, waktu yang dicurahkan, dan berita yang dimiliki para analis sekuritas tersebut tampaknya merupakan keunggulan jika daripada analisis yang dilakukan oleh pemodal individual. Umumnya nasehat yang diberikan oleh analis sekuritas menyangkut buy, sell atau hold.
Selain melakukan penyeleksian sekuritas, salah satu bentuk lain strategi aktif yaitu penggantian sektor (sector rotation). Dengan cara ini pemodal mengganti komposisi portofolionya, dari memusatkan pada suatu sektor menjadi pemusatan sektor lain, atau lebih merata, dan aneka macam kombinasi lainnya. Pemodal mungkin menggeser portofolionya dari value stocks ke growth stocks, atau cyclical stock atau sebaliknya

Efisiensi Pasar Modal

Efisiensi pasar modal ialah salah satu indikator untuk memilih kualitas suatu pasar modal. Semakin tinggi derajat efisiensinya, maka mutu pasar modal tersebut akan kian baik. Pada dasarnya terdapat dua jenis efisiensi pasar modal, adalah efisiensi internal dan efisiensi eksternal (Sri Handari dkk, 1996).
Pasar modal semakin efisien internal jika ongkos transaksi dalam jual beli saham kian rendah. Kaprikornus, efisiensi ini dikaitkan dengan besarnya biaya untuk melaksanakan pembelian atau pemasaran sebuah saham. Sementara itu derajat efisiensi eksternal akan diputuskan oleh kecepatan adaptasi harga saham dipasar modal kepada gosip gres. Dengan kata lain, jika harga saham di pasar modal merefleksikan semua isu yang ada (dan berafiliasi dengan saham tersebut), maka pasar modal akan mempunyai efisiensi eksternal yang kian tinggi. Dari pengertian efisiensi eksternal tersebut, maka mampu disimpulkan bahwa jenis efisiensi ini akan dikaitkan dengan berita, artinya efisiensi pasar modal akan diukur secara informasional (Sri Handaru dkk, 1996). Hal yang sama juga diungkapkan Suad Husnan (1996) lewat pernyataan bahwa pasar modal yang efisien ialah pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua info yang relevan dengan cepat.
Haugen (1997) menyatakan bahwa terdapat tiga bentuk efisiensi pasar modal, tiap-tiap bentuk tersebut berhubungan dengan sekelompok info yang semakin luas kalau daripada tingkat sebelumnya. Ketiga bentuk itu yaitu efisiensi lemah, efisiensi setengah berpengaruh, dan efisiensi kuat.
Efisiensi bentuk lemah (weak-form efficiency) menunjukkan bahwa harga merefleksikan semua isu yang terangkum dalam catatan harga kala lalu. dalam keadaan ini penanam modal tidak mampu menemukan tingkat laba yang lebih tinggi dari kondisi wajar secara konsisten dengan menggunakan informasi harga di waktu kemudian. Dengan kata lain isu ini tidak relevan untuk menemukan tingkat hasil yang berlebih (Haugen, 1997).
Efisiensi bentuk setengah berpengaruh (semi-strong form efficiency) ialah keadaan yang tidak cuma merefleksikan harga-harga diwaktu lalu, namun juga isu yang dipublikasikan. Akibatnya dalam kondisi ini investor tidak dapat mendapatkan keuntungan diatas wajar secara konsisten dengan mempergunakan isu publik (Haugen, 1997).
Tingkat efisiensi terakhir adalah efisiensi bentuk berpengaruh (strong-form efficiency), dicapai jikalau harga tidak cuma merefleksikan isu harga diwaktu lalu dan gosip yang dipublikasikan, namun juga isu yang dapat diperoleh dari analisis fundamental ihwal perusahaan dan perekonomian serta isu-info lain yang tidak atau belum dipublikasikan. Dalam keadaan semacam ini harga sekuritas akan menjadi sangat wajar, dan tidak ada investor yang bisa memperoleh perkiraan yang lebih baik perihal harga saham secara konsisten (Haugen, 1997).

Teknik Analisis Saham

Pengambilan keputusan investor untuk melaksanakan investasi pada saham selalu memikirkan aspek perolehan dan risiko. Risiko diidentifikasikan dengan fluktuasi atau ketidakpastian. Walaupun kemajuan dari perolehan diharapkan, namun fluktuasi tajam yang menimbulkan risiko tinggi senantiasa diupayakan ditekan.
Analisis saham diperlukan untuk menentukan kelas risiko dan perolehan surat berguna sebagai dasar keputusan investasi. Analisis tersebut dilaksanakan dengan dasar sejumlah berita yang diterima investor atas suatu jenis saham tertentu. Keputusan investasi akan berlawanan apabila merupakan hasil analisis yang berlawanan, dari susunan berita yang berbeda, selama dengan keadaan yang berbeda dengan preferensi risiko yang berhubungan untuk aneka macam investor. Francis (1983) mengemukakan dua pendekatan dalam penilaian sekuritas, ialah analisis mendasar (fundamental approach) dan analisis teknikal (technical approach).

Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan selaku langkah penilaian saham perusahaan. Asumsi yang digunakan yaitu harga saham yang terjadi ialah refleksi dari info tentang saham tertentu. Hal ini terjadi jika efisiensi pasar modal sedikitnya dalam bentuk setengah kuat. Para penanam modal yang mengambil keputusan menurut aspek fundamental ini umumnya cenderung lebih bahagia menyingkir dari risiko (risk averse).
Dalam menerapkan analisis fundamental ini pada praktiknya akan senantiasa mengasumsikan bahwa pembentukan harga sebuah saham dipengaruhi oleh isu yang datangnya secara acak (random walk) dan harga saham akan secara cepat menyesuaikan dengan keadaan info tersebut. Sehingga analisis mendasar akan lebih tepat dipakai bila kondisi pasar modal berada dalam tingkat efisiensi setengah berpengaruh dan berpengaruh.
Asumsi yang lain dari analisis fundamental ini yaitu selaku berikut (Huang, 1990) : 
Investor yakni rasional dan berperilaku risk averse 
Investor tersebut akan mencari saham yang memberikan laba optimal jika risiko yang dihadapi sama besarnya, atau akan mencari saham yang menawarkan risiko terkecil kalau laba yang diperoleh sama. 
Teori Jalan Acak (The theory of random walk) 
Berita akan datang secara acak. Berita baik, secara teoritis akan mengangkat harga saham bersangkutan. sebaliknya, isu buruk akan mendorong harga saham untuk turun. 
Teori pasar yang efisien (The theory of Efficient Market) 
Pasar dapat dibilang efisien apabila isu-informasi yang datang secara cepat beredar ke seluruh penanam modal yang ada.

Analisis Teknikal

Analisis Teknikal ialah teknik analisis saham yang dilaksanakan dengan memakai data historis perihal perkembangan harga saham dan volume perdagangan saham dalam acuan gratik. dan kemudian dipakai sebagai model pengambilan keputusan. Penawaran dan undangan akan digunakan untuk memprediksi tingkat harga mendatang dan pergerakannya. Analisis teknikal merupakan teknik analisis yang paling banyak dijalankan oleh para investor, bahkan penelitian Taylor dan Aller (1992) dalam Fernandez-Rodriguez dkk (1999) menyatakan bahwa lebih dari 90% investor menawarkan bobot yang lebih tinggi pada penggunaan analisis teknikal dibandingkan analisis mendasar dalam membeli atau memasarkan saham.
Asumsi dalam analisis teknikal antara lain (Huang, 1990 dan Sri Handari dkk, 1996) 
Kejadian di pasar menggambarkan semuanya (Market action discount everything) 
Reaksi pasar akan terjadi sesuai dengan kondisi pasar tersebut, dimana kalau proposal jual (offer) lebih banyak dibandingkan usulan beli (bid) maka harga akan bergerak turun. Demikian pula sebaliknya apabila ajuan jual lebih minim daripada usulan beli maka harga akan bergerak naik. 
Harga bergerak mengikuti tren (Price move in trends) 
Harga saham akan bergerak sesuai dengan keadaan pasar, mirip yang telah diterangkan sebelumnya. Apabila suatu harga saham sudah bergerak baik naik ataupun turun maka harga saham tersebut untuk selanjutnya akan mengikuti pola sebelumnya hingga isu atau info yang modern ada. 
Masa lalu akan terulang dengan sendirinya (History repeat itself) 
Pergerakan harga saham yang pernah terjadi akan senantiasa menempel dibenak seorang penanam modal dan condong untuk menjadi acuan bagi seorang penanam modal untuk mengambil keputusan investasi.
Analisis teknikal akan tepat digunakan apabila keadaan pasar modal tidak efisien dalam bentuk lemah, atau dengan kata lain tidak random walk. Sesuai dengan salah satu perkiraan dalam analisis teknikal yang berbunyi history repeat itself. maka keadaan pasar modal yang saham-saham tidak bergerak acak dan dapat diprediksi akan menciptakan analisis teknikal bermanfaat bagi penanam modal.
Analisis teknikal dapat didefinisikan selaku penggunaan data spesifik yang berasal dari transaksi dipasar untuk analisis baik harga saham agregat (indeks pasar maupun rata-rata industri) atau harga saham tunggal. (Jones, 2004).
Pendekatan teknikal dalam investasi intinya adalah refleksi ilham bahwa harga bergerak dalam tren yang ditentukan oleh perubahan sikap penanam modal terhadap berbagai macam tekanan ekonomi, moneter, politik dan psikologis. Seni analisis teknikal, dalam kaitannya selaku seni, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tren pada tahap permulaan dan untuk mempertahankan bentuk investasi sampai beratnya menunjukkan bahwa tren akan berbalik (Pring, Edward dan Magee (1958) mengartikulasikan asumsi dasar yang mendasari analisis teknikal selaku berikut : 
  1. Nilai pasar ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan usul 
  2. Penawaran dan ajakan diatur oleh berbagai aspek, baik rasional maupun irasional. 
  3. Harga sekuritas cenderung untuk bergerak pada sebuah tren yang bertahan untuk waktu yang cukup lama, disamping fluktuasi kecil dipasar. 
  4. Perubahan didalam tren disebabkan oleh pergantian penawaran dan ajakan. 
  5. Pergeseran pada penawaran dan undangan, dengan tidak mengamati mengapa pergesaran terjadi, dapat dideteksi cepat atau lambat pada grafik transaksi pasar. 
  6. Beberapa contoh grafik condong mengalami pengulangan.
  Pemahaman Administrasi Waktu Menurut Para Mahir